Bogor (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu
menyatakan saat ini ada sekitar 700 orang di Indonesia yang menjadi
simpatisan ISIS.
"Secara fakta, saat ini di Indonesia jumlah simpatisan ISIS tidak banyak, hanya sekitar 700 orang," ujar Menhan ketika menjadi pembicara di Indonesia International Defense Science Seminar di Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Ia menilai jumlah tersebut belum perlu dikhawatirkan.
Namun, hal ini juga bukan berarti bahwa Pemerintah Indonesia tidak melakukan tindakan untuk menghilangkan pengaruh ideologi radikalisme yang diduga telah tertanam pada para pendukung kelompok ekstremis itu.
"Di dalam mengatasi radikalisme dan ISIS, Indonesia menggunakan strategi pemantapan mindset bagi seluruh masyarakat, dengan kembali kepada jati diri bangsa, yakni nilai-nilai budaya dan kultur yang tertanam sejak dulu," jelas Ryamizard.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) itu juga menekankan, kegiatan bela negara penting dicanangkan karena berpeluang memperkuat jiwa dan identitas bangsa, sehingga ampuh menangkal segala bentuk ancaman yang dapat membahayakan keutuhan dan integritas negara.
"Kesadaran bela negara itu perlu untuk ditanamkan kepada seluruh warga negara, sebagai bentuk revolusi mental, sekaligus membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas ancaman yang semakin beragam," tuturnya.
"Jadi, saat ini semakin disadari bahwa pertahanan negara tidak cukup dilakukan melalui pendekatan aspek militer atau melalui pengadaan alutsista, tapi mutlak diperlukan juga adanya wawasan dan pertahanan bangsa yang kuat," ujar Menhan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Secara fakta, saat ini di Indonesia jumlah simpatisan ISIS tidak banyak, hanya sekitar 700 orang," ujar Menhan ketika menjadi pembicara di Indonesia International Defense Science Seminar di Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Ia menilai jumlah tersebut belum perlu dikhawatirkan.
Namun, hal ini juga bukan berarti bahwa Pemerintah Indonesia tidak melakukan tindakan untuk menghilangkan pengaruh ideologi radikalisme yang diduga telah tertanam pada para pendukung kelompok ekstremis itu.
"Di dalam mengatasi radikalisme dan ISIS, Indonesia menggunakan strategi pemantapan mindset bagi seluruh masyarakat, dengan kembali kepada jati diri bangsa, yakni nilai-nilai budaya dan kultur yang tertanam sejak dulu," jelas Ryamizard.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) itu juga menekankan, kegiatan bela negara penting dicanangkan karena berpeluang memperkuat jiwa dan identitas bangsa, sehingga ampuh menangkal segala bentuk ancaman yang dapat membahayakan keutuhan dan integritas negara.
"Kesadaran bela negara itu perlu untuk ditanamkan kepada seluruh warga negara, sebagai bentuk revolusi mental, sekaligus membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas ancaman yang semakin beragam," tuturnya.
"Jadi, saat ini semakin disadari bahwa pertahanan negara tidak cukup dilakukan melalui pendekatan aspek militer atau melalui pengadaan alutsista, tapi mutlak diperlukan juga adanya wawasan dan pertahanan bangsa yang kuat," ujar Menhan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017