Balikpapan (Antara) - Tim Pengendali Inflasi Daerah Kota Balikpapan yang dimotori Kantor Perwakilan Bank Indonesia dan pemerintah kota mengajak para ulama turut membantu mencegah inflasi dengan mengingatkan umat muslim agar tidak belanja berlebihan saat Ramadhan dan Idul Fitri.

"Tidak perlu ada `panic buying` atau main borong berlebihan yang malah akhirnya akan memicu inflasi," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Suharman Tabrani di Balikpapan, Senin.

"Malah sesungguhnya sesuai hakikat puasa yang artinya `menahan`, belanja mestinya lebih sedikit atau lebih hemat daripada belanja di bulan-bulan lain selain Ramadhan," timpal Ketua Bidang Kerukunan Ummat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Balikpapan H Abdul Muis Abdullah.

Agar tidak terjadi panic buying tersebut, Wali Kota Rizal Effendi menegaskan, pemerintah kota menjamin ketersediaan pasokan barang dan jasa untuk seluruh warga.

"Kami jamin semua barang cukup, sembako terutama, sehingga tidak perlu menimbun," katanya.

Meski demikian, tambah Rizal, apabila masyarakat berlaku berbelanja berlebihan, hal itu bisa mengancam pasokan sehingga kenaikan harga menjadi keniscayaan dan menyebabkan inflasi.

Balikpapan hampir mendatangkan seluruh kebutuhan pokok warga dari daerah lain, seperti beras, gula, sampai cabai.

Beras misalnya, dibeli dari Kalimantan Selatan, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Cabai yang harganya bisa mencapai Rp150.000 per kg juga didatangkan dari Malang atau Makassar, bahkan bahan bangunan seperti batu koral, dibeli dari Palu, Sulawesi Tengah.

"Ketergantungan itu memang membuat rawan inflasi. Kapal bawa cabai terlambat sehari saja dari Surabaya atau Makassar, harganya sudah melonjak," kata Suharman Tabrani.

Secara statistik, tingkat inflasi Balikpapan hingga April 2017 sebesar 5,03 persen secara tahunan dan -0,08 persen secara bulanan.

Menurut Suharman Tabrani, hal tersebut cukup terkendali dan bahan makanan menjadi penyebab utama inflasi, seperti saat ada agenda keagamaan, yaitu puasa dan Idul Fitri.

Untuk itu, lanjutnya, TPID meminta tolong para ustadz dan ustadzah agar dalam setiap tausiyahnya menyelipkan pesan bijak berbelanja menjelang dan selama Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

"Bulan Ramadhan itu bulan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas amal, bukan meningkatkan jumlah belanja yang mungkin tidak bijak," tegas Muis Abdullah. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017