Samarinda (ANTARA News - Kaltim) - Penyebab kerawanan banjir di Samarinda (Kalimantan Timur) sebagian akibat masalah tersumbatnya drainase (saluran air di kota) sehingga mengatasi persoalan itu butuh dukungan semua pihak, misalnya jangan membuang sampah sembarangan.'
Hal itu dikatakan Wakil Wali Kota Samainda, Nusyirwan Ismail di Samarinda, saat memimpin kegiatan Jumat Bersih.
"Pribahasa kita berat sama dipikul, ringan sama dijinjing gampang diucapkan namun sulit dilaksanakan. Jika saja sikap itu sudah benar-benar membudaya tentu masalah banjir bukan lagi persoalan utama kota ini," papar dia.
Kota Samarinda yang berpenduduk sekitar 700.000 jiwa itu merupakan salah satu daerah paling rawan banjir di Kalimantan Timur.
Berdasarkan pengkajian sejumlah pihak, ada beberapa akar masalah sehingga "Kota Tepian" itu rawan banjir, antara lain sering tersumbatnya drainase, pendangkalan Sungai Karang Mumus dan Sungai Mahakam, serta banyak catchtment area (kawasan tangkapan air hujan) yang beralih fungsi.
Kali ini, Nusyirwan langsung memimpin Jumat Bersih di kelurahan Sidomulyo, kecamatan Samarinda Ilir bersama sejumlah pejabat serta warga setempat.
“Sebagus apa pun program pemerintah, dibangunkan parit yang lebar dan dalam, tapi masih ada warga yang membuang sampah, baik kaleng botol dan lainnya, ditambah lagi erosi, itu tidak menyelesaikan masalah. Pengungkit terbesar masalah kelancaran drainase adalah kebersamaan dan kepedulian warga,†ujar Nusyirwan yang didampingi Camat Samarinda Ilir Nursan dan Plt Kabag Humas dan Protokol Sekretariat Kota Erham Yusuf.
Disebutkan Nusyirwan bahwa hari ini dibangunkan parit yang lebar, besok Jumat bersih tetapi warga 40 persen warga Samarinda dari total 800 ribu jiwa setiap saat membuang sampah sembarang, apalagi yang langsung ke parit, menjadi sia-sia dan tetap sebagai persoalan yang tak berujung penyelesaian.
“Memang kalau si A membuang satu botol atau satu kantong plastik di sembarang tempat, mereka menganggap sedikit saja. Tapi kalau 350-an ribu warga Samarinda yang membuang sembarang, akan menghasilkan sampah berton-ton kubik yangmengendap di parit." papar dia.
“Dengan kebersamaan ini, permasalahan banjir tentunya bisa ditekan sejalan dengan program pengerukan SKM dan relokasi bantaran SKM serta proyek penanganan banjir lainnya yang tetap dilaksanakan," ujar dia.
Jika semua itu sudah berjalan baik, imbuh dia maka Pemda tidak perlu lagi mengalokasikan untuk proyek normalisasi karena bisa diatasi dengan kebersamaan tadi, apakah kebersamaan dalam tidak membuang sampah maupun kebersamaan menjagakelancaran drainase kota.
"Juga perlu diingat bahwa jika terjadi banjir, maka butuh biaya lain untuk perbaikan dan merehab infrastruktur yang rusak akibat banjir," katanya.
Padahal, jika dana itu tidak teralokasi untuk biaya mengatasi banjir serta penanganan pasca musibah maka bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor lain, termasuk perekonomian rakyat melalui usaha kecil.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011
Hal itu dikatakan Wakil Wali Kota Samainda, Nusyirwan Ismail di Samarinda, saat memimpin kegiatan Jumat Bersih.
"Pribahasa kita berat sama dipikul, ringan sama dijinjing gampang diucapkan namun sulit dilaksanakan. Jika saja sikap itu sudah benar-benar membudaya tentu masalah banjir bukan lagi persoalan utama kota ini," papar dia.
Kota Samarinda yang berpenduduk sekitar 700.000 jiwa itu merupakan salah satu daerah paling rawan banjir di Kalimantan Timur.
Berdasarkan pengkajian sejumlah pihak, ada beberapa akar masalah sehingga "Kota Tepian" itu rawan banjir, antara lain sering tersumbatnya drainase, pendangkalan Sungai Karang Mumus dan Sungai Mahakam, serta banyak catchtment area (kawasan tangkapan air hujan) yang beralih fungsi.
Kali ini, Nusyirwan langsung memimpin Jumat Bersih di kelurahan Sidomulyo, kecamatan Samarinda Ilir bersama sejumlah pejabat serta warga setempat.
“Sebagus apa pun program pemerintah, dibangunkan parit yang lebar dan dalam, tapi masih ada warga yang membuang sampah, baik kaleng botol dan lainnya, ditambah lagi erosi, itu tidak menyelesaikan masalah. Pengungkit terbesar masalah kelancaran drainase adalah kebersamaan dan kepedulian warga,†ujar Nusyirwan yang didampingi Camat Samarinda Ilir Nursan dan Plt Kabag Humas dan Protokol Sekretariat Kota Erham Yusuf.
Disebutkan Nusyirwan bahwa hari ini dibangunkan parit yang lebar, besok Jumat bersih tetapi warga 40 persen warga Samarinda dari total 800 ribu jiwa setiap saat membuang sampah sembarang, apalagi yang langsung ke parit, menjadi sia-sia dan tetap sebagai persoalan yang tak berujung penyelesaian.
“Memang kalau si A membuang satu botol atau satu kantong plastik di sembarang tempat, mereka menganggap sedikit saja. Tapi kalau 350-an ribu warga Samarinda yang membuang sembarang, akan menghasilkan sampah berton-ton kubik yangmengendap di parit." papar dia.
“Dengan kebersamaan ini, permasalahan banjir tentunya bisa ditekan sejalan dengan program pengerukan SKM dan relokasi bantaran SKM serta proyek penanganan banjir lainnya yang tetap dilaksanakan," ujar dia.
Jika semua itu sudah berjalan baik, imbuh dia maka Pemda tidak perlu lagi mengalokasikan untuk proyek normalisasi karena bisa diatasi dengan kebersamaan tadi, apakah kebersamaan dalam tidak membuang sampah maupun kebersamaan menjagakelancaran drainase kota.
"Juga perlu diingat bahwa jika terjadi banjir, maka butuh biaya lain untuk perbaikan dan merehab infrastruktur yang rusak akibat banjir," katanya.
Padahal, jika dana itu tidak teralokasi untuk biaya mengatasi banjir serta penanganan pasca musibah maka bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor lain, termasuk perekonomian rakyat melalui usaha kecil.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011