Samarinda (ANTARA Kaltim) - Daerah di perbatasan antara Provinsi Kalimantan Timur dan Malaysia yakni Kabupaten Mahakam Ulu bersiap menggelar Festival Hudoq Pekayang sebagai upacara tradisonal tahunan dengan kemasan seni yang lebih elegan.
"Selama ini upacara adat Hudog Pekayang memang sudah digelar setiap tahun pada September-Oktober, tetapi kemasannya masih bersifat apa adanya. Nah, mulai tahun ini kami akan coba mengemas lebih profesional," kata Kepala Dinas Pariwisata Mahakam Ulu Kristina Tening di Samarinda, Jumat.
Keberadaan Kristina di Samarinda dalam rangka mengikuti Sosialisasi Branding Pesona Indonesia yang digelar selama tiga hari pada 22-24 Maret 2017. Acara ini kerja sama antara Kementerian Pariwisata dan Dinas Pariwisata Provinsi Kaltim.
Upacara adat Hudoq Pekayang digelar pada September-Oktober karena menyesuaikan dengan tradisi masyarakat setempat yang menanam padi pada bulan tersebut yakni menyesuaikan dengan musim karena di bulan itu biasanya curah hujan mampu memenuhi kebutuhan air bagi padi yang ditanam.
Harapan dari tradisi upacara Hudoq Pekayang yang digelar bersamaan dengan menanam padi adalah, permohonan kepada Tuhan agar padi yang ditanam bisa menghasilkan bulir padi yang banyak dan padat sehingga petaninya mampu memenuhi kebutuhan pangan.
"Festival ini kami harapkan diikuti semua kecamatan di Mahakam Ulu. Satu kecamatan bisa saja diikuti oleh beberapa desa. Soal teknisnya masih kami bahas karena rencana gelarannya juga masih lama," katanya.
Sementara urutan inti dari upacara tradisi tidak beda dengan sebelumnya, yakni dimulai dari Sak Baaq Hudoq (santap Hudoq). Proses ini merupakan syarat untuk memberi makan topeng Hudoq dan makan penarinya dengan menu ketan dan telur ayam kampung rebus.
Prosesi kedua adalah Tengaran Hudoq, yakni berbicara dalam bahasa (mantra) Hudoq untuk menginformasikan maksud kedatangan dengan petinggi kampung.
Dalam prosesi ini, perwakilan Hudoq dan petinggi kampung duduk di atas gong. Jika telah disampaikan maksud dan tujuannya, kemudian Hudoq lainnya bersorak dalam bahasa Hudoq.
Prosesi selanjutnya berupa Ngenyah (menari) Hudoq, satu perwakilan Hudoq tuan rumah menari, kemudian proses keempat adalah Ngaraang Aruq (menari panjang), setiap perwakilan Hudoq masing-masing kampung menari bergantian dengan membuat lingkaran di lamin adat.
"Setelah empat prosesi itu selesai, barulah masuk pada Festival Hudoq Pekayang, sehingga semua penari dan masyarakat berada di lapangan guna menari mengikuti irama musik. Di acara puncak inilah yang dimungkinkan dilakukan penilaian masing-masing peserta festival," ujar Kristina.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Selama ini upacara adat Hudog Pekayang memang sudah digelar setiap tahun pada September-Oktober, tetapi kemasannya masih bersifat apa adanya. Nah, mulai tahun ini kami akan coba mengemas lebih profesional," kata Kepala Dinas Pariwisata Mahakam Ulu Kristina Tening di Samarinda, Jumat.
Keberadaan Kristina di Samarinda dalam rangka mengikuti Sosialisasi Branding Pesona Indonesia yang digelar selama tiga hari pada 22-24 Maret 2017. Acara ini kerja sama antara Kementerian Pariwisata dan Dinas Pariwisata Provinsi Kaltim.
Upacara adat Hudoq Pekayang digelar pada September-Oktober karena menyesuaikan dengan tradisi masyarakat setempat yang menanam padi pada bulan tersebut yakni menyesuaikan dengan musim karena di bulan itu biasanya curah hujan mampu memenuhi kebutuhan air bagi padi yang ditanam.
Harapan dari tradisi upacara Hudoq Pekayang yang digelar bersamaan dengan menanam padi adalah, permohonan kepada Tuhan agar padi yang ditanam bisa menghasilkan bulir padi yang banyak dan padat sehingga petaninya mampu memenuhi kebutuhan pangan.
"Festival ini kami harapkan diikuti semua kecamatan di Mahakam Ulu. Satu kecamatan bisa saja diikuti oleh beberapa desa. Soal teknisnya masih kami bahas karena rencana gelarannya juga masih lama," katanya.
Sementara urutan inti dari upacara tradisi tidak beda dengan sebelumnya, yakni dimulai dari Sak Baaq Hudoq (santap Hudoq). Proses ini merupakan syarat untuk memberi makan topeng Hudoq dan makan penarinya dengan menu ketan dan telur ayam kampung rebus.
Prosesi kedua adalah Tengaran Hudoq, yakni berbicara dalam bahasa (mantra) Hudoq untuk menginformasikan maksud kedatangan dengan petinggi kampung.
Dalam prosesi ini, perwakilan Hudoq dan petinggi kampung duduk di atas gong. Jika telah disampaikan maksud dan tujuannya, kemudian Hudoq lainnya bersorak dalam bahasa Hudoq.
Prosesi selanjutnya berupa Ngenyah (menari) Hudoq, satu perwakilan Hudoq tuan rumah menari, kemudian proses keempat adalah Ngaraang Aruq (menari panjang), setiap perwakilan Hudoq masing-masing kampung menari bergantian dengan membuat lingkaran di lamin adat.
"Setelah empat prosesi itu selesai, barulah masuk pada Festival Hudoq Pekayang, sehingga semua penari dan masyarakat berada di lapangan guna menari mengikuti irama musik. Di acara puncak inilah yang dimungkinkan dilakukan penilaian masing-masing peserta festival," ujar Kristina.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017