Penajam (ANTARA Kaltim) - Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, menemukan sebanyak 70 kasus malaria sepanjang Januari hingga Februari 2017.

"Kami prediksi temuan kasus malaria pada tahun ini bisa meningkat," kata Pengelola Program Malaria Dinkes Kabupaten Penajam Paser Utara, Sarjito Ponco Waluyo ketika ditemui di Penajam, Kamis.

Dengan temuan tersebut, katanya, berarti wilayah Penajam Paser Utara masih tergolong endemis terhadap penyebaran penyakit malaria.

Berdasarkan jumlah temuan kasus hingga Februari 2017, Ponco Waluyo memprediksi kasus malaria di kabupaten Penajam Paser Utara berpotensi meningkat, apalagi dengan musim pancaroba seperti saat ini.

Dinkes Penajam Paser Utara mencatat daerah endemis atau rawan malaria terdapat di wilayah Puskesmas Sotek, Kecamatan Penajam, di mana kasus malaria paling banyak ditemukan di wilayah tersebut.

"Daerah endemis malaria di wilayah Puskesmas Sotek, khususnya di daerah kilometer 12 sampai 15 Sotek ke arah Bongan, terutama di area hutan dan perkebunan sawit.

Daerah lainnya yang memiliki kerawanan tinggi terhadap penyakit malaria di wilayah Penajam Paser Utara berada di area perusahaan perkebunan.

Ponco menyatakan, serangan penyakit malaria tertinggi berada di wilayah sekitar PT Fajar Surya Swadaya, di mana penderita malaria tersebut berprofesi sebagai pekerja atau pencari kayu di wilayah perusahaan hutan tanam industri itu.

Selain itu dua warga Desa Semoi, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Paser Utara terinfeksi malaria di wilayah Bukit Bangkirai di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara.

"Pada Januari 2017 sebanyak 15 orang pekerja di wilayah Bukit Bangkirai terserang malaria, dua penderita malaria itu warga Desa Semoi, Kecamatan Sepaku," ungkap Ponco.

Dinkes Penajam Paser Utara akan segara membagikan 650 kelambu insektisida antimalaria bantuan dari Global Fund kepada warga yang bermukim di daerah terindikasi endmis malaria.

Pada Agustus 2017 lanjut Ponco, Global Fund kembali memberikan bantuan sebanyak 8.700 kelambu insektisida antimalaria untuk dibagikan di wilayah rawan malaria.

Namun menurut dia, pembagian kelambu insektisida antimalaria tersebut terkendala anggaran, sebab pada 2017 pemerintah kabupaten hanya menganggarkan Rp40 juta, yang hanya cukup untuk melakukan monitoring dan supervisi atau pengawasan ke daerah endemis malaria.

"Idealnya dibutuhkan sekitar 15.000 kelambu insektisida antimalaria dan persediaan obat-obatan, jadi pemerintah kabupaten harus menyediakan anggaran lebih besar lagi karena anggaran Rp40 juta itu tidak cukup untuk kegiatan pencegahan malaria," tambah Ponco.

Serangan penyakit malaria di wilayah Penajam Paser Utara pada 2015-2016 cukup mengkhawatirkan, dengan satu penderita asal Desa Binuang, Kecamatan Sepaku, meninggal dunia karena terlambat mendapat penanganan medis.

Pada 2015, tercatat 379 kasus malaria yang ditemukan di wilayah Penajam Paser Utara, dan meningkat menjadi 678 kasus pada 2016.(*)

Pewarta: Bagus Purwa

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017