Penajam (ANTARA Kaltim) - Pengembangan ekowisata hutan bakau atau mangrove di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Penajam, sebagai tujuan wisata baru masih terkendala ketiadaan anggaran, kata pejabat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Supardi.
"Terkait pengembangan ekowisata hutan bakau, saat ini terkendala tidak ada anggaran, terutama untuk melanjutkan pembangunan jembatan titian yang melintasi hutan bakau," jelas Supardi yang menjabat Kabid Pariwisata Disbudpar ketika dihubungi di Penajam, Sabtu.
Di kawasan ekowisata hutan bakau itu baru dibangun jembatan titian melintasi hutan bakau sepanjang 400 meter dan Disbudpar berencana melakukan pembangunan jembatan titian melintasi hutan bakau tahap kedua.
Supardi menyatakan belum bisa memastikan instansinya akan mendapatkan anggaran untuk pembangunan jembatan titian tahap kedua di kawasan ekowisata hutan bakau tersebut.
"Karena keterbatasan anggaran, bisa saja pelaksanaan pembangunan jembatan titian tahap kedua itu ditunda," ujarnya.
Namun, menurut Supardi, Disbudpar terus berupaya melakukan koordinasi agar mendapatkan anggaran untuk melanjutkan pengembangan kawasan ekowisata hutan bakau itu dari APBD kabupaten, provinsi hingga APBN.
Diperkirakan untuk melakukan pengembangan ekowisata hutan bakau seluas satu hektare di Kelurahan Kampung Baru tersebut membutuhkan dana sekitar Rp3 miliar.
"Anggaran Rp3 miliar itu untuk melanjutkan pembangunan jembatan titian, pembangunan gazebo, mushala dan mini kafe," tambah Supardi.
Sementara saat ini dana yang ada hanya sekitar Rp1 milar dan akan digunakan untuk penambahan jembatan titian sepanjang 400 meter, pembangunan toilet dan dua unit gazebo.
Kendati pembangunan kawasan ekowisata hutan bakau di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Penajam belum rampung 100 persen, namun sudah banyak masyarakat yang berkunjung ke kawasan ekowisata tersebut.
"Kawasan wisata hutan bakau itu sudah bisa dinikmati, tapi masih dengan fasilitas terbatas karena belum bisa rampung 100 persen," ujar Supardi.
Wisata mangrove tersebut akan dilengkapi dengan gerbang utama, kantor pengelola, plaza dan pujasera, toko cinderamata, serta area permainan dan perkemahan.
Selain itu, juga ada penginapan, restoran terapung, anjungan pandang kawasan hutan bakau dan satwa liar yang dilindungi, tempat pembuangan sampah serta lahan parkir untuk motor, mobil hingga bus.
Selain menikmati keindahan hutan bakau yang masih alami, pengunjung juga dapat melihat kera ekor hitam, bekantan, berbagai jenis burung dan kepiting serta biota alam lainnya di objek wisata hutan bakau tersebut. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Terkait pengembangan ekowisata hutan bakau, saat ini terkendala tidak ada anggaran, terutama untuk melanjutkan pembangunan jembatan titian yang melintasi hutan bakau," jelas Supardi yang menjabat Kabid Pariwisata Disbudpar ketika dihubungi di Penajam, Sabtu.
Di kawasan ekowisata hutan bakau itu baru dibangun jembatan titian melintasi hutan bakau sepanjang 400 meter dan Disbudpar berencana melakukan pembangunan jembatan titian melintasi hutan bakau tahap kedua.
Supardi menyatakan belum bisa memastikan instansinya akan mendapatkan anggaran untuk pembangunan jembatan titian tahap kedua di kawasan ekowisata hutan bakau tersebut.
"Karena keterbatasan anggaran, bisa saja pelaksanaan pembangunan jembatan titian tahap kedua itu ditunda," ujarnya.
Namun, menurut Supardi, Disbudpar terus berupaya melakukan koordinasi agar mendapatkan anggaran untuk melanjutkan pengembangan kawasan ekowisata hutan bakau itu dari APBD kabupaten, provinsi hingga APBN.
Diperkirakan untuk melakukan pengembangan ekowisata hutan bakau seluas satu hektare di Kelurahan Kampung Baru tersebut membutuhkan dana sekitar Rp3 miliar.
"Anggaran Rp3 miliar itu untuk melanjutkan pembangunan jembatan titian, pembangunan gazebo, mushala dan mini kafe," tambah Supardi.
Sementara saat ini dana yang ada hanya sekitar Rp1 milar dan akan digunakan untuk penambahan jembatan titian sepanjang 400 meter, pembangunan toilet dan dua unit gazebo.
Kendati pembangunan kawasan ekowisata hutan bakau di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Penajam belum rampung 100 persen, namun sudah banyak masyarakat yang berkunjung ke kawasan ekowisata tersebut.
"Kawasan wisata hutan bakau itu sudah bisa dinikmati, tapi masih dengan fasilitas terbatas karena belum bisa rampung 100 persen," ujar Supardi.
Wisata mangrove tersebut akan dilengkapi dengan gerbang utama, kantor pengelola, plaza dan pujasera, toko cinderamata, serta area permainan dan perkemahan.
Selain itu, juga ada penginapan, restoran terapung, anjungan pandang kawasan hutan bakau dan satwa liar yang dilindungi, tempat pembuangan sampah serta lahan parkir untuk motor, mobil hingga bus.
Selain menikmati keindahan hutan bakau yang masih alami, pengunjung juga dapat melihat kera ekor hitam, bekantan, berbagai jenis burung dan kepiting serta biota alam lainnya di objek wisata hutan bakau tersebut. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017