Samarinda (ANTARA Kaltim) - Satu nelayan di Kota Bontang, Kalimantan Timur, dilaporkan hilang sementara dua lainnya berhasil diselamatkan saat perahu yang mereka tumpangi diterjang gelombang setinggi tiga meter.
"Kami baru menerima informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bontang terkait adanya perahu nelayan yang tenggelam diterjang gelombang setinggi tiga meter hari ini (Rabu) sekitar pukul 11. 15 Wita. Peristiwa itu dilaporkan berlangsung pada Selasa malam (6/12) sekitar pukul 21. 00 Wita," ujar kepala Seksi Operasi Basarnas Kaltim Kantor SAR Balikpapan Octavianto, dihubungi dari Samarinda, Rabu sore.
Nelayan yang dilaporkan hilang tersebut kata Octavianto yakni, Daroyini (34) warga Jalan Gunung Krakatau, HOP 2, Nomor 21, Kota Bontang.
Sementara, dua nelayan yang berhasil selamat yakni Taharmin (36) dan Sabri (34), keduanya warga Jalan MH Thamrin RT 026, Kota Bontang.
"Kedua nelayan itu berhasil diselamatkan kapal KM Tanjung Harapan Utama pada Rabu pagi sekitar pukul 10. 00 Wita. Sementara, korban hilang sampai saat ini masih dalam pencarian bersama unsur SAR Gabungan. Tim Basarnas dari Pos SAR Kutai TImur, sudah berada di lokasi untuk ikut membantu pencarian korban hilang tersebut," kata Octavianto.
Basarnas lanjut Octavianto, mengimbau nelayan dan warga ang ingin beraktivitas di laur agar waspada, karena cuaca di wilayah perairan Kaltim dan Kalimantan Utara buruk.
"Kami mengimbau nelayan dan warga yang ingin melaut agar mewaspadai cuaca buruk karena saat ini wilayah perairan Kaltim dan Kalimantan Utara, sangat berpotensi terjadi cuaca ekstrem," ucap Octavianto.
Sementara, Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Temindung Samarinda, Sutrisno menyatakan, cuaca di wilayah perairan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Bontang pada Selasa sore (6/12) hingga Rabu dinihari sangat berpotensi terjadinya cuaca ekstrem.
"Pada Selasa malam (6/12) di wilayah bagian Utara Kota Samarinda memang terjadi hujan kemudian pada Rabu dinihari sekitar pukul 01. 00 Wita, angin dengan kecepatan 21 knot atau jika dikonversi ke dalam hitungan kilo meter per jam, kecepatan angin yang berasal dari bagian Utara itu mencapai 38 kilometer per jam, menerjang wilayah Samarinda" kata Sutrisno.
"Jadi secara otomatis, sebelum angin yang berembus dari Utara mencapai wilayah Kota Samarinda dengan kecepatan 21 knot atau 38 kilometer per jam, kecepatan angin di sekitar Kota Bontang tentu potensinya lebih tinggi. Pada Selasa menjelang malam, juga terlihat posisi awan "Cumulonimbus" (Cb) atau awan pekat penyebab badai, berada di sebelah Utara Kota Samarinda dan semakin malam bergerak ke arah Selatan dan sehingga pada Rabu dinihari terjadi hujan lebat disertai angin kencang dengan kecepatan 21 knot," jelas Sutrisno.
BMKG tambah Sutrisno, mengingatkan kepada para nelayan yang akan melaut di wilayah perairan Kaltim dan Kalimantan Utara agar tetap mewaspadai kemungkinan terjadinya peningkatan cuaca ekstrem.
"Kami mengimbau kepada nelayan, khususnya yang menggunakan perahu kecil tradisional agar senantiasa mewaspadai terjadinya badai akibat potensi terjadinya cuaca ekstrem di wilayah Kota Samarinda, khususnya dan Kaltim umumnya masih tetap ada," kata Sutrisno. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Kami baru menerima informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bontang terkait adanya perahu nelayan yang tenggelam diterjang gelombang setinggi tiga meter hari ini (Rabu) sekitar pukul 11. 15 Wita. Peristiwa itu dilaporkan berlangsung pada Selasa malam (6/12) sekitar pukul 21. 00 Wita," ujar kepala Seksi Operasi Basarnas Kaltim Kantor SAR Balikpapan Octavianto, dihubungi dari Samarinda, Rabu sore.
Nelayan yang dilaporkan hilang tersebut kata Octavianto yakni, Daroyini (34) warga Jalan Gunung Krakatau, HOP 2, Nomor 21, Kota Bontang.
Sementara, dua nelayan yang berhasil selamat yakni Taharmin (36) dan Sabri (34), keduanya warga Jalan MH Thamrin RT 026, Kota Bontang.
"Kedua nelayan itu berhasil diselamatkan kapal KM Tanjung Harapan Utama pada Rabu pagi sekitar pukul 10. 00 Wita. Sementara, korban hilang sampai saat ini masih dalam pencarian bersama unsur SAR Gabungan. Tim Basarnas dari Pos SAR Kutai TImur, sudah berada di lokasi untuk ikut membantu pencarian korban hilang tersebut," kata Octavianto.
Basarnas lanjut Octavianto, mengimbau nelayan dan warga ang ingin beraktivitas di laur agar waspada, karena cuaca di wilayah perairan Kaltim dan Kalimantan Utara buruk.
"Kami mengimbau nelayan dan warga yang ingin melaut agar mewaspadai cuaca buruk karena saat ini wilayah perairan Kaltim dan Kalimantan Utara, sangat berpotensi terjadi cuaca ekstrem," ucap Octavianto.
Sementara, Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Temindung Samarinda, Sutrisno menyatakan, cuaca di wilayah perairan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Bontang pada Selasa sore (6/12) hingga Rabu dinihari sangat berpotensi terjadinya cuaca ekstrem.
"Pada Selasa malam (6/12) di wilayah bagian Utara Kota Samarinda memang terjadi hujan kemudian pada Rabu dinihari sekitar pukul 01. 00 Wita, angin dengan kecepatan 21 knot atau jika dikonversi ke dalam hitungan kilo meter per jam, kecepatan angin yang berasal dari bagian Utara itu mencapai 38 kilometer per jam, menerjang wilayah Samarinda" kata Sutrisno.
"Jadi secara otomatis, sebelum angin yang berembus dari Utara mencapai wilayah Kota Samarinda dengan kecepatan 21 knot atau 38 kilometer per jam, kecepatan angin di sekitar Kota Bontang tentu potensinya lebih tinggi. Pada Selasa menjelang malam, juga terlihat posisi awan "Cumulonimbus" (Cb) atau awan pekat penyebab badai, berada di sebelah Utara Kota Samarinda dan semakin malam bergerak ke arah Selatan dan sehingga pada Rabu dinihari terjadi hujan lebat disertai angin kencang dengan kecepatan 21 knot," jelas Sutrisno.
BMKG tambah Sutrisno, mengingatkan kepada para nelayan yang akan melaut di wilayah perairan Kaltim dan Kalimantan Utara agar tetap mewaspadai kemungkinan terjadinya peningkatan cuaca ekstrem.
"Kami mengimbau kepada nelayan, khususnya yang menggunakan perahu kecil tradisional agar senantiasa mewaspadai terjadinya badai akibat potensi terjadinya cuaca ekstrem di wilayah Kota Samarinda, khususnya dan Kaltim umumnya masih tetap ada," kata Sutrisno. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016