Tana Paser (ANTARA Kaltim) - Sebanyak 12 puskesmas belum melaporkan pelaksanaan pengobatan penyakit filariasis atau kaki gajah, kata Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Paser, Eko Ariyanto.
"Terdapat 17 puskesmas di Paser, tetapi baru lima yang telah mengirim laporan pengobatan penyakit kaki gajah," kata Eko Ariyanto, di Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kamis.
Lima puskesmas yang telah mengirim laporan pengobatan penyakit kaki gajah itu, kata Eko, yakni Puskesmas Padang Pangrapat, Pasir Belengkong, Long Kali, Suliliran Baru, dan Puskesmas Suatang Baru.
Berdasarkan laporan Puskesmas Padang Pangrapat, lanjut Eko, jumlah warga yang sudah mendapatkan pengobatan sebanyak 6.411 orang, dari target yang ditetapkan 7.407 orang.
Sedangkan untuk Puskesmas Pasir Belengkong, jumlah warga yang telah mendapat pengobatan sebanyak 11.718 orang.
"Jumlah warga yang mendapatkan pengobatan di Puskesmas Pasir Belengkong ternyata melebihi target, yakni 11.439 orang," ujar Eko lagi.
Adapun untuk Puskesmas Long kali, katanya pula, target pengobatan sebanyak 15.619 orang, dan yang telah mendapat pengobatan mencapai 15.333 warga.
"Sedangkan di Puskesmas Suliliran Baru menargetkan pengobatan kepada 14.734 warga, dan yang telah mendapatkan pengobatan sebanyak 13.438 orang," ujarnya.
Pada Puskesmas Suatang Baru, kata Eko lagi, dari warga yang akan diberi pengobatan kaki gajah 5.640, yang sudah terrealisasi sebanyak 5.423 warga.
Salah satu kendala yang dihadapi pada program pengobatan pencegahan kaki gajah, kata Eko, adalah minim pengetahuan warga tentang obat yang akan diberikan tersebut.
"Masih banyak warga yang takut minum obat karena ketidaktahuannya," kata Eko pula.
Menurutnya, sebagian besar masyarakat menganggap kondisi tubuh yang sehat diartikan bebas dari penyakit kaki gajah.
"Padahal, virus penyakit kaki gajah itu berinkubasi selama lima tahun. Artinya, penyakit kaki gajah baru akan terlihat setelah virusnya berinkubasi," katanya.
Pemberian obat pencegahan kaki gajah tersebut, kata Eko, bertujuan membasmi virus yang berinkubasi tersebut.
"Dengan minum obat diharapkan virus yang berinkubasi di tubuh tidak menyebar dan menyebabkan pembengkakan, sehingga kondisi tersebut menjadi kronis dan sulit untuk diobati," kta Eko pula. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Terdapat 17 puskesmas di Paser, tetapi baru lima yang telah mengirim laporan pengobatan penyakit kaki gajah," kata Eko Ariyanto, di Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kamis.
Lima puskesmas yang telah mengirim laporan pengobatan penyakit kaki gajah itu, kata Eko, yakni Puskesmas Padang Pangrapat, Pasir Belengkong, Long Kali, Suliliran Baru, dan Puskesmas Suatang Baru.
Berdasarkan laporan Puskesmas Padang Pangrapat, lanjut Eko, jumlah warga yang sudah mendapatkan pengobatan sebanyak 6.411 orang, dari target yang ditetapkan 7.407 orang.
Sedangkan untuk Puskesmas Pasir Belengkong, jumlah warga yang telah mendapat pengobatan sebanyak 11.718 orang.
"Jumlah warga yang mendapatkan pengobatan di Puskesmas Pasir Belengkong ternyata melebihi target, yakni 11.439 orang," ujar Eko lagi.
Adapun untuk Puskesmas Long kali, katanya pula, target pengobatan sebanyak 15.619 orang, dan yang telah mendapat pengobatan mencapai 15.333 warga.
"Sedangkan di Puskesmas Suliliran Baru menargetkan pengobatan kepada 14.734 warga, dan yang telah mendapatkan pengobatan sebanyak 13.438 orang," ujarnya.
Pada Puskesmas Suatang Baru, kata Eko lagi, dari warga yang akan diberi pengobatan kaki gajah 5.640, yang sudah terrealisasi sebanyak 5.423 warga.
Salah satu kendala yang dihadapi pada program pengobatan pencegahan kaki gajah, kata Eko, adalah minim pengetahuan warga tentang obat yang akan diberikan tersebut.
"Masih banyak warga yang takut minum obat karena ketidaktahuannya," kata Eko pula.
Menurutnya, sebagian besar masyarakat menganggap kondisi tubuh yang sehat diartikan bebas dari penyakit kaki gajah.
"Padahal, virus penyakit kaki gajah itu berinkubasi selama lima tahun. Artinya, penyakit kaki gajah baru akan terlihat setelah virusnya berinkubasi," katanya.
Pemberian obat pencegahan kaki gajah tersebut, kata Eko, bertujuan membasmi virus yang berinkubasi tersebut.
"Dengan minum obat diharapkan virus yang berinkubasi di tubuh tidak menyebar dan menyebabkan pembengkakan, sehingga kondisi tersebut menjadi kronis dan sulit untuk diobati," kta Eko pula. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016