Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Sudah dua pekan berlalu, tapi cerita-cerita pengalaman dari Meratus Expedition (MEX), perjalanan petualangan offroad yang diikuti 86 tim dengan ratusan peserta oleh Indonesia Offroad Expedition pada 16-24 April 2016 masih ramai diperbincangkan di jagad penggemar olahraga otomotif Tanah Air.

Di grup-grup media sosial para offroader, selain berkisah beragam peristiwa di jalur ekstrem antara Banjarbaru-Batulicin itu, MEX juga sukses memperkenalkan kuliner dan tarian Kalimantan Selatan.

Menu sarapan pagi yang disajikan di acara pelepasan peserta pada Sabtu (17/4) di teras kantor Gubernur Kalimantan Selatan di Banjarbaru, misalnya, banyak diabadikan dan diunggah ke media sosial oleh peserta sebelum kemudian dinikmati.

"Ini namanya pundut nasi. Bisa dimakan begitu saja, bisa pula dimakan bersama ini, ikan haruan masak habang," kata Anang, petugas dari katering yang melayani meja prasmanan menjawab pertanyaan sejumlah peserta.

Ada juga nasi kuning dan laksa. Sebagai lauk, selain ikan haruan, tersedia juga telur bebek.

"Nasi kuningnya beda dengan nasi kuning dari daerah lain. Kelihatannya lebih sederhana dan tidak banyak bumbu, tapi tetep nendang di lidah," kata Aditya, offroader asal Jakarta.

Ikan haruan adalah sebutan orang Banjar untuk ikan gabus. Masak habang ala Banjar pada penampilannya mirip dengan sambal goreng lombok kering merah yang dicincang ala Bumbu Bali.

Pundut nasi adalah beras yang dibungkus (di-pundut) di dalam daun pisang dan kemudian ditanak dengan santan.

Laksa dibuat dari mi dengan bahan dasar tepung beras sehingga warnanya putih. Mi dari tepung beras itu sedemikian rupa dibundel dan dikukus. Laksa yang sudah matang itu lalu diguyur dengan kuah santan gurih dan dimakan bersama ikan haruan atau telur.

"Jadi menu hari ini memang bisa dikombinasikan," kata Anang lagi.

"Kalau saya suka katupat kandangan," kata Dani Andri, kru dari tim Elang Jawa dari Purwakarta, Jawa Barat.

Di sebelah Hotel Novotel di Banjarbaru tempat para peserta menginap memang ada warung katupat kandangan.

Bahkan, ketika katupat kandangan di warung itu tinggal satu porsi, Dani dan driver Carolies berbagi satu porsi tersebut.

Katupat kandangan adalah hidangan ketupat nasi yang diguyur dengan kuah santan yang gurih. Lauk yang disukai bersama katupat adalah ikan haruan (ikan gabus) bakar.

Menurut pimpinan Meratus Expedition yang juga penggagas IOX, Syamsir Alam, memperkenalkan keluhuran budaya setempat, termasuk kuliner, memang satu tujuan setiap gelaran IOX.

"Hal-hal seperti itu tidak kalah menarik dan memberi nilai plus. Bahwa kami pergi offroad itu justru untuk mengenal langsung Tanah Air Indonesia, mengenal banyak seni dan budaya, dan kehidupan masyarakat di berbagai daerah Indonesia," jelas Syamsir.

Tepung Tawar

Pada hari pelepasan peserta itu juga ditampilkan tarian adat suku Banjar dan Dayak Meratus. Panitia menghadirkan Sanggar Perintis Peradaban Persatuan Indonesia (Perpekindo) Banjarmasin, sanggar tari tua yang sarat prestasi, untuk tari Radap Rahayu dan Sanggar Ape Lawi Riau, Tabalong, yang mempersembahkan tari Selendang, Mandau, dan Gintur.

Tari Radap Rahayu adalah tari selamat datang sebagai penyambutan dan penghormatan bagi tamu-tamu yang sudah datang dari jauh. Radap Rahayu ditarikan lima wanita muda dengan senyum yang selalu mengembang. Mereka mengenakan baju kurung berwarna kuning dengan kain merah dan selendang hijau.

"Kuning itu warna keramat Kesultanan Banjar," jelas Haji Helmi, offroader tuan rumah asal Barabai, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.

Para perempuan yang menyebut dirinya Dayak Deah dari Desa Pangelak, Kecamatan Upau, Kabupaten Tabalong, membawakan tari selendang dengan lincah. Mereka berkain yang dikenakan seperti rok span dan berkalung selendang, yang lagi-lagi, berwarna kuning.

Setelahnya tampil para lelaki yang garang menampilkan tari mandau. Mereka mulai dari gerakan mengasah mandau, senjata tajam berupa parang khas Banjar-Dayak itu, hingga berangkat berburu dan berperang.

Hadirin menyaksikan dengan mengeliling teras Gubernuran. Sebagian merekam dan memotret dengan kamera dari telepon cerdas. Begitu selesai, tepuk tangan meriah apresiasi diberikan.

"Offroad tidak melulu jalan lumpur dan mobil-mobil monster," kata Bupati Tanah Bumbu Mardani H Maming, yang turut jadi peserta. Batulicin, tempat finish perjalanan itu, adalah ibukota kabupaten yang dipimpinnya.

Penutup rangkaian seremoni sebelum start itu adalah Upacara Tapung Tawar. Setelah doa mohon keselamatan dipanjatkan, perwakilan peserta pun diperciki air kembang.

Pemimpin perjalanan Syamsir Alam menjadi yang pertama diciprati rambut, bahu kanan dan kiri, tangan kanan dan kiri, serta kaki kanan dan kiri.

"Insya Allah selamat dalam perjalanan hingga berkumpul kembali dengan keluarga di rumah," ujar Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor yang pada Pilkada lali mempopulerkan diri sebagai Paman Birin.

Paman Birin juga yang mengibaskan bendera start melepas peserta pada pukul 10.00 WITA.

Meratus Expedition atau MEX diikuti 86 mobil dan tidak kurang dari 350 offroader dari seluruh Indonesia. Jadwal resmi ekspedisi tertulis 16-23 April 2016, namun pada kenyataannya karena beratnya medan yang dilalui, baru benar-benar berakhir pada 28 April 2016 saat tim Macan Kumbang dari Medan, Sumatera Utara, masuk finis di Batulicin, Kamis (28/4) siang.

Selama 8 hingga 11 hari, para peserta berpetualang menyusuri trek dan jalan-jalan ekstrem di bagian hilir Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan.

"Rintangannya berupa tanjakan terjal, turunan curam, jalan lumpur pekat di hutan dan di padang terbuka, jalan yang sudah rusak oleh jalur air, dan menyeberang sungai dengan langsung terjun ke dalamnya," rinci Syamsir Alam.

IOX bekerja sama dengan Indonesia Utility Train Vehicle (UTV) Club, klub otomotif yang dikelola pengusaha H Syamsuddin dari Batulicin, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Jhonlin, perusahaan milik Syamsuddin, juga menjadi sponsor utama.

Rute MEX membentang sejauh 370 km dari barat ke timur, dari Banjarbaru sampai Batulicin, Tanah Bumbu. Dari rute itu, jalan beraspal hanya 40 km, yaitu dari saat start di Gubernuran Kalimantan Selatan sampai Desa Awang Bangkal, baru kemudian beberapa kilometer saat finish di Batulicin dan terus ke Pagatan, dua kota utama Tanah Bumbu.

Jalur petualangan itu melipir di utara Danau Riam Kanan setelah berbelok ke kiri di Awang Bangkal, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar.

Seterusnya melewat hutan dan pegunungan di timur Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, memasuki Kabupaten Tanah Bumbu di puncak Gunung Tawakan, titik tertinggi Pegunungan Meratus di sisi tenggaranya.

Meski bukan event kompetisi, MEX menyediakan hadiah total ratusan juta. Panitia membuat 6 kategori penghargaan untuk kategori Tim Terbaik (The Best Team Award), Penyelamatan Terbaik (The Best Recovery Award), Navigasi Terbaik (The Best Navigator Award), Kerusakan Paling Sedikit (Minimal Damaged Award) dan The Best Jungle Man Award atau Peserta Perorangan Terbaik. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016