Kutai Barat (ANTARA Kaltim) - Kampung Sumber Sari, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, berhasil memperoleh pendapatan asli desa (PADes) atau pendapatan asli kampung sebesar Rp30 juta pada 2016 hasil pembangunan dari dana desa APBN 2015.
"Pada 2015 kampung kami mendapat dana desa dari APBN senilai Rp274 juta. Dari jumlah itu, sebagian kami sepakati untuk membangun rumah toko (ruko)," ujar Petinggi Kampung Sumber Sari, Kecamatan Barong Tongkok, Mulyadi di Barong Tongkok, Selasa.
Begitu ruko selesai dibangun di sebelah calon pasar kampung yang juga baru selesai dibangun, lanjut dia, langsung ditaksir orang untuk disewa. Ruko yang ia bangun sebanyak dua unit saling berdekatan. Kedua ruko tersebut langsung laku.
Satu ruko disewa Rp15 juta setahun, sehingga dua ruko tersebut seharga Rp30 juta per tahun. Dana yang sudah masuk itu, kini disimpan di rekening Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan sudah dipercayakan kepada pengurus untuk mengelolanya.
Menurut dia, PADes yang sebesar itu khusus diperoleh dari pembangunan dana desa, sementara masih ada PADes lain senilai Rp10 juta per tahun yang diperoleh dari pasar kampung. Pasar itu merupakan bantuan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Kutai Barat.
Kampung Sumber Sari, lanjut dia, memiliki tanah kampung seluas 4 hektare. Sebagian lahan itu pada 2015 telah dibangun pasar kampung dan ruko yang kini telah mampu menghasilkan keuangan asli kampung.
Pada 2016 ini, lanjut dia, dana desa dari APBN akan digunakan lagi untuk membangun empat unit ruko di sebalah ruko yang kini sudah terbangun, karena sudah ada pesanan dari pedagang kelontongan untuk menyewa ruko jika petinggi kampung membangun lagi.
"Kami harus kreatif karena di kampung ini tidak memiliki sumber pendapatan dari alam seperti desa lain. Beruntung pemerintah pusat membuat kebijakan melalui program alokasi dana desa, jadi saya bersama warga Sumber Sari sepakat membangun ruko sebagai sumber keuangan," katanya.
Menurut dia, dana desa dari APBN 2015 yang sebesar Rp274 juta tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan, yakni untuk membangun dua unit ruko senilai Rp194 juta yang kini sudah membuahkan hasil.
Sedangkan sisanya yang senilai Rp80 juta, digunakan untuk pemberdayaan masyarakat berupa pelatihan aplikasi komputer, untuk semenisasi lahan parkir pasar kampung dan ruko.
"Kami ingin kampung ini mendapat predikat desa mandiri, jadi jika ke depan ada program pelatihan atau pembinaan dalam upaya menciptakan desa mandiri, baik program dari pusat, provinsi, maupun dari Pemkab Kutai Barat, kami siap dilibatkan," katanya berharap. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Pada 2015 kampung kami mendapat dana desa dari APBN senilai Rp274 juta. Dari jumlah itu, sebagian kami sepakati untuk membangun rumah toko (ruko)," ujar Petinggi Kampung Sumber Sari, Kecamatan Barong Tongkok, Mulyadi di Barong Tongkok, Selasa.
Begitu ruko selesai dibangun di sebelah calon pasar kampung yang juga baru selesai dibangun, lanjut dia, langsung ditaksir orang untuk disewa. Ruko yang ia bangun sebanyak dua unit saling berdekatan. Kedua ruko tersebut langsung laku.
Satu ruko disewa Rp15 juta setahun, sehingga dua ruko tersebut seharga Rp30 juta per tahun. Dana yang sudah masuk itu, kini disimpan di rekening Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan sudah dipercayakan kepada pengurus untuk mengelolanya.
Menurut dia, PADes yang sebesar itu khusus diperoleh dari pembangunan dana desa, sementara masih ada PADes lain senilai Rp10 juta per tahun yang diperoleh dari pasar kampung. Pasar itu merupakan bantuan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Kutai Barat.
Kampung Sumber Sari, lanjut dia, memiliki tanah kampung seluas 4 hektare. Sebagian lahan itu pada 2015 telah dibangun pasar kampung dan ruko yang kini telah mampu menghasilkan keuangan asli kampung.
Pada 2016 ini, lanjut dia, dana desa dari APBN akan digunakan lagi untuk membangun empat unit ruko di sebalah ruko yang kini sudah terbangun, karena sudah ada pesanan dari pedagang kelontongan untuk menyewa ruko jika petinggi kampung membangun lagi.
"Kami harus kreatif karena di kampung ini tidak memiliki sumber pendapatan dari alam seperti desa lain. Beruntung pemerintah pusat membuat kebijakan melalui program alokasi dana desa, jadi saya bersama warga Sumber Sari sepakat membangun ruko sebagai sumber keuangan," katanya.
Menurut dia, dana desa dari APBN 2015 yang sebesar Rp274 juta tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan, yakni untuk membangun dua unit ruko senilai Rp194 juta yang kini sudah membuahkan hasil.
Sedangkan sisanya yang senilai Rp80 juta, digunakan untuk pemberdayaan masyarakat berupa pelatihan aplikasi komputer, untuk semenisasi lahan parkir pasar kampung dan ruko.
"Kami ingin kampung ini mendapat predikat desa mandiri, jadi jika ke depan ada program pelatihan atau pembinaan dalam upaya menciptakan desa mandiri, baik program dari pusat, provinsi, maupun dari Pemkab Kutai Barat, kami siap dilibatkan," katanya berharap. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016