Balikpapan (ANTARA Kaltim) -  Kebakaran yang melanda Hutan Lindung Sungai Wain, Kalimantan Timur, pada Oktober 2015 masih menyisakan bara terpendam, setelah sedikitnya 13 titik panas kini muncul dan mengeluarkan asap di hutan primer berusia puluhan juta tahun itu.

"Selain keluar asap tipis putih, dari titik panas itu keluar bau sangit yang khas dari bawah tanah. Itu batu bara yang terbakar sehingga perlu sering hujan lebat untuk memadamkannya," kata Kepala Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) Purwanto di Balikpapan, Rabu.

Di bawah tutupan HLSW, seperti banyak tempat di Kalimantan, memang terdapat lapisan batu bara. Kebakaran hutan di permukaan tanah menyalakan sejumlah lapisan batu bara yang ada di dekat permukaan.

Menurut Purwanto, para penjaga HSLW kembali bersiaga penuh setelah munculnya titik-titik panas tersebut. Sejumlah relawan juga sudah diminta kembali kesediaannya untuk kembali melawan api apabila diperlukan.

"Jangan sampai kejadian tahun 1998 terulang lagi," tambah Nunuk Kasiyanto, aktivis Pro Natura.

Pada 1998, lanjutnya, tidak kurang 3.000 hektare hutan habis berubah jadi arang setelah dilalap si jago merah, sementara kebakaran pada 2015 menghabiskan sekitar 900 hektare lahan HSLW.

Awal jalan menuju Hutan Lindung Sungai Wain ada di Kilometer 15 Jalan Soekarno-Hatta, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

HSLW merupakan hutan alam asli yang lokasinya paling dekat dengan kota.

"Ini menjadi ciri khas Kota Balikpapan juga," kata Wali Kota Rizal Effendi pada satu kesempatan terpisah.

HLSW berada di dalam lingkup Kelurahan Karang Joang dan Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan Utara, Balikpapan.

Secara geografis, HSLW terletak antara 116 derajat 47 menit Bujur Timur hingga 116 derajat 55 menit Bujur Timur, dan 01 derajat 02 menit-01 derajat 10 menit Lintang Selatan. Luas seluruh HSLW saat ini mencapai 9.782 hektare.

Di bagian baratnya, hutan ini berbatasan dengan Teluk Balikpapan, sementara di bagian timur bersisian dengan Jalan Soekarno-Hatta sepanjang Kilometer 20 hingga 24.

Sejumlah hewan dan tumbuhan dari spesies yang dilindungi tinggal di hutan lindung tersebut, antara lain orangutan Kaltim (Pongo pygmaeus morio) dan beruang madu (Helarctos malayanus).

Sedangkan di dataran rendahnya ada hutan bakau hidup bekantan (Nasalis larvatus), buaya (Crocodilus porosus) dan ratusan jenis burung, serta puluhan jenis anggrek serta tumbuhan unik kantong semar (Nepenthes).

Hutan ini menjadi hutan lindung sejak masa kolonial Belanda dan menjadi daerah tangkapan air bagi Waduk Wain yang menjadi sumber air bersih bagi kilang pengolahan minyak Pertamina RU V.(*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016