Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kepolisian Sektor Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur memulangkan lima orang yang dilaporkan keluarganya hilang, diduga bergabung dengan kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
"Mereka kami temukan berada di pemukiman bekas anggota Gafatar di Desa Karya Jaya," ujar Kapolsek Samboja Ajun Komisaris Polisi Dika Yosef Anggara dihubungi dari Samarinda, Kamis.
Menurut Dika, kelima orang tersebut sudah pulang ke kampung halaman mereka masing-masing di Sulawesi Selatan dengan dijemput keluarganya.
"Kami mendampingi hingga ke pelabuhan dan bandara di Balikpapan," katanya.
Sejak keberadaan kelompok Gafatar terpantau di Desa Karya Jaya pada pertengahan Agustus 2015, sudah enam orang yang kembali ke kampung halamannya, lima di antaranya dipulangkan oleh Polsek Samboja, sementara satu orang pulang atas keinginan sendiri.
"Pada September 2015, satu orang pulang dengan inisiatif sendiri, empat orang kami pulangkan pada awal Desember dan hari ini (Kamis) satu orang kami pulangkan lagi ke Kabupaten Maros, Sulsel," ujar Dika.
Pemulangan orang hilang dari pemukiman bekas anggota kelompok Gafatar di Desa Karya Jaya itu berdasarkan komunikasi pihak keluarga dengan admin media sosial milik Polres Kutai Kartanegara.
"Jadi, mereka menanyakan ke admin facebook Polres Kutai Kartanegara tentang salah satu anggota keluarga mereka yang hilang, diduga bergabung dengan Gafatar. Pihak Polres Kutai Kartanegara kemudian menyampaikan kepada kami (Polsek Samboja) dan setelah kami cek, ternyata warga yang dilaporkan hilang tersebut berada di pemukiman bekas anggota kelompok Gafatar," ujarnya.
Dari informasi itulah kemudian pihak keluarga mereka yang umumnya berasal dari Sulsel datang ke Polsek Samboja untuk menjemput anggota keluarga mereka yang hilang.
"Kami tidak bisa memastikan apakah mereka merupakan bekas anggota kelompok Gafatar, tetapi yang jelas mereka kami temukan di pemukiman kelompok itu. Orang yang kami pulangkan hari ini (Kamis) mengaku baru bergabung dua minggu lalu," kata Dika.
Pascapertemuan dan pengucapan syahadat oleh ratusan bekas anggota kelompok Gafatar, suasana Desa Karya Jaya tetap aman dan kondusif.
Walaupun tidak melakukan pengamanan secara khusus di lokasi pemukiman bekas anggota kelompok Gafatar, Polsek Samboja secara periodik yakni dua jam sekali melakukan patroli.
"Pengamanan kami percayakan sepenuhnya kepada masyarakat sekitar dan kami hanya berpatroli dalam dua jam sekali," ujar Dika.
Walaupun masyarakat di Kecamatan Samboja sudah mulai menerima dan memahami keberadaan bekas anggota kelompok Gafatar tersebut, namun warga tetap menginginkan agar Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara memulangkan mereka ke kampung mereka.
"Jadi, warga memberi tenggat waktu satu minggu atau hingga 27 Januari 2016 agar mereka dipulangkan ke kampung halaman masing-masing," ujar Dika.
Keresahan masyarakat di sejumlah desa di Kecamatan Samboja bukan hanya terkait keyakinan tetapi jumlah bekas anggota kelompok Gafatar tersebut semakin bertambah banyak dan bermukim hanya di satu kawasan.
"Masalah keyakinan bukan menjadi faktor utama warga resah tetapi karena jumlah mantan anggota kelompok Gafatar tersebut jumlahnya semakin bertambah apalagi mereka tinggal hanya pada satu kawasan," kata Dika. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Mereka kami temukan berada di pemukiman bekas anggota Gafatar di Desa Karya Jaya," ujar Kapolsek Samboja Ajun Komisaris Polisi Dika Yosef Anggara dihubungi dari Samarinda, Kamis.
Menurut Dika, kelima orang tersebut sudah pulang ke kampung halaman mereka masing-masing di Sulawesi Selatan dengan dijemput keluarganya.
"Kami mendampingi hingga ke pelabuhan dan bandara di Balikpapan," katanya.
Sejak keberadaan kelompok Gafatar terpantau di Desa Karya Jaya pada pertengahan Agustus 2015, sudah enam orang yang kembali ke kampung halamannya, lima di antaranya dipulangkan oleh Polsek Samboja, sementara satu orang pulang atas keinginan sendiri.
"Pada September 2015, satu orang pulang dengan inisiatif sendiri, empat orang kami pulangkan pada awal Desember dan hari ini (Kamis) satu orang kami pulangkan lagi ke Kabupaten Maros, Sulsel," ujar Dika.
Pemulangan orang hilang dari pemukiman bekas anggota kelompok Gafatar di Desa Karya Jaya itu berdasarkan komunikasi pihak keluarga dengan admin media sosial milik Polres Kutai Kartanegara.
"Jadi, mereka menanyakan ke admin facebook Polres Kutai Kartanegara tentang salah satu anggota keluarga mereka yang hilang, diduga bergabung dengan Gafatar. Pihak Polres Kutai Kartanegara kemudian menyampaikan kepada kami (Polsek Samboja) dan setelah kami cek, ternyata warga yang dilaporkan hilang tersebut berada di pemukiman bekas anggota kelompok Gafatar," ujarnya.
Dari informasi itulah kemudian pihak keluarga mereka yang umumnya berasal dari Sulsel datang ke Polsek Samboja untuk menjemput anggota keluarga mereka yang hilang.
"Kami tidak bisa memastikan apakah mereka merupakan bekas anggota kelompok Gafatar, tetapi yang jelas mereka kami temukan di pemukiman kelompok itu. Orang yang kami pulangkan hari ini (Kamis) mengaku baru bergabung dua minggu lalu," kata Dika.
Pascapertemuan dan pengucapan syahadat oleh ratusan bekas anggota kelompok Gafatar, suasana Desa Karya Jaya tetap aman dan kondusif.
Walaupun tidak melakukan pengamanan secara khusus di lokasi pemukiman bekas anggota kelompok Gafatar, Polsek Samboja secara periodik yakni dua jam sekali melakukan patroli.
"Pengamanan kami percayakan sepenuhnya kepada masyarakat sekitar dan kami hanya berpatroli dalam dua jam sekali," ujar Dika.
Walaupun masyarakat di Kecamatan Samboja sudah mulai menerima dan memahami keberadaan bekas anggota kelompok Gafatar tersebut, namun warga tetap menginginkan agar Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara memulangkan mereka ke kampung mereka.
"Jadi, warga memberi tenggat waktu satu minggu atau hingga 27 Januari 2016 agar mereka dipulangkan ke kampung halaman masing-masing," ujar Dika.
Keresahan masyarakat di sejumlah desa di Kecamatan Samboja bukan hanya terkait keyakinan tetapi jumlah bekas anggota kelompok Gafatar tersebut semakin bertambah banyak dan bermukim hanya di satu kawasan.
"Masalah keyakinan bukan menjadi faktor utama warga resah tetapi karena jumlah mantan anggota kelompok Gafatar tersebut jumlahnya semakin bertambah apalagi mereka tinggal hanya pada satu kawasan," kata Dika. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016