Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur menyatakan bonus demografi atau jumlah penduduk usia produktif lebih banyak ketimbang anak-anak dan manula, bisa menjadi berkah dan bisa pula menjadi musibah.

"Secara nasional bonus demografi terjadi pada 2020 hingga 2040, sedangkan di Kaltim terjadi pada 2020 hingga 2035. Bermanfaat atau tidaknya bonus demografi, itu tergantung kita semua bagaimana saat ini menyikapi," ujar Kabid Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Provinsi Kaltim Husnul Hatimah di Samarinda, Senin.

Menurut ia, antara tahun 2020 hingga 2035, di Provinsi Kaltim akan lebih banyak penduduk dengan usia 15-58 tahun (usia produktif), sedangkan penduduk usia anak-anak dan manusia usia lanjut (manula) jumlahnya lebih sdikit.

Berdasarkan kondisi itu, seharusnya penduduk yang benar-benar produktif akan lebih banyak ketimbang yang tidak produktif.

Namun demikian, untuk menjadikan penduduk produktif, tentu harus disiapkan sejak kini, terutama dalam membekali pengetahuan dan keterampilan.

Husnul melanjutkan, jumlah penduduk Kaltim pada 2013 sebanyak 3.275.844 jiwa, kemudian meningkat menjadi 3.351.432 jiwa pada 2014. Berarti jumlah penduduk Kaltim mengalami kenaikan cukup tinggi yang hampir 100 ribu jiwa dalam satu tahun.

Namun, peningkatan penduduk ini tidak disertai dengan meningkatnya kualitas. Hal ini dapat dilihat dari indeks pembangunan manusia (IPM) Kaltim tahun 2014 mencapai 77,3 persen, sementara pada 2015 turun menjadi 73,82 persen.

Menurut ia, kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan semua pihak terkait, jika ingin bonus demografi yang lima tahun lagi terjadi di Kaltim bisa dimanfaatkan untuk kemajuan dan pembangunan.

"Kalau kita ingin bonus demografi bermanfaat, maka kita yang harus melakukan pembinaan dan membekali generasi muda dengan `life skill` (keterampilan), tetapi jika kita tidak membekalinya, maka bonus demografi justru akan menjadi musibah," katanya.

Musibah bisa terjadi lantaran banyaknya usia produktif yang tidak bisa bersaing di pasar global karena tidak memiliki keterampilan, sehingga akan banyak pengangguran.

Jika pengangguran sudah banyak, lanjut dia, maka berbagai masalah akan timbul, seperti jumlah kemiskinan bertambah, biaya kesehatan membengkak, pencurian meningkat, dan sejumlah masalah sosial lain sebagai akibat dari sulitnya lapangan pekerjaan.

"Kami di BKKBN, dalam upaya menyongsong bonus demografi, banyak kegiatan yang kami lakukan, misalnya mengoptimalkan peran remaja melalui program Generasi Berencana (Genre), bekerja sama dengan dinas perindustrian, tenaga kerja, dan dinas pendidikan dalam kaitan menguatkan life skill," kata Husnul.(*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015