Samarinda (ANTARA News-Kaltim) - Para "Kartini-Kartini" (tokoh wanita) dari Tim Penggerak PKK dan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) kini memperjuangkan peningkatan reproduksi sehat para remaja putri.
"Kartini adalah sosok pejuang yang ingin melepaskan diri dari belenggu adat-istiadat yang mengekang hak-hak dasar seorang perempuan.Semangat perjuangan Kartini harus lanjutkan, termasuk meningkatkan derajat kesehatan remaja putri," kata Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kaltim, Ruzaimah Farid Wadjdy di Samarinda, Rabu.
Ruzaiman yang juga istri Wakil Gubernur Farid Wadjdy mengatakan RA Kartini merupakan seorang tokoh yang patut diteladani generasi sekarang karena semangat yang besar mengangkat harkat, martabat dan derajat kaum perempuan Indonesia.
Salah satu bentuk perjuangan itu dengan menggelar seminar Kesehatan Reproduksi Remaja Menuju Generasi Kaltim Sehat hasil kerja sama dengan BPPKB Kaltim.
Seminar dimaksudkan sebagai salah satu upaya pencegahan dam membentengi remaja, terutama remaja puteri agar mengerti bahaya dan berbagai dampak negatif dari reproduksi yang tidak terjaga dengan baik.
Sementara itu, Wagub Kaltim H Farid Wadjdy saat membuka seminar mengatakan bahwa masalah kesehatan reproduksi bagi remaja di Kaltim belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya, hal ini terlihat dari banyaknya kasus kehamilan di luar nikah, kekerasan masa pacaran dan aborsi yang berujung pada kematian.
"Kebanyakan remaja tidak mengetahui atau kurang mengetahui informasi mengenai seksualitas dan reproduksi," katanya.
Padahal lanjutnya, para remaja masih berusia produktif, yakni 14 hingga 24 tahun, namun pengetahuan tentang resiko pergaulan bebas masih rendah. Saat ini terdapat sekitar 62 juta remaja di Indonesia, artinya satu dari dari lima orang berada dalam rentang usia remaja.
Pemerintah sangat mendukung program tersebut karena sejalan dengan kesepakatan "International Conference for Population and Development" (ICDC) Kairo Mesir 1994 tentang Hak-Hak Remaja.
Ketua BPPKB Kaltim Ardiningsih mengatakan Raden Adjeng Kartini merupakan salah satu tokoh pejuang wanita Indonesia, namun meninggal pada usia muda, yakni 25 tahun atau empat hari setelah melahirkan anaknya.
"Tujuan seminar ini untuk membangkitkan kesadaran remaja dan orang tua terhadap pentingnya menjaga dan memperhatikan kesehatan reproduksi perempuan. Terbukti dengan tingginya angka kematian perempuan karena kehamilan, melahirkan dan nifas perlu menjadi perhatian,†ujarnya.
Kegiatan ini juga sebagi bentuk dukungan terhadap delapan tujuan pembangunan Millenium development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada 2015, diantaranya dengan kegiatan mendukung kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu dan memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lain.
Seminar menghadirkan nara sumber Dr Fernando TT Sitorus ahli Obstetri dan Ginekologi RSUD IA Moeis dan Dr Muhammad Furqon ahli Kardiologi RSUD AW Sjahranie. Diikuti 300 peserta dari dinas, badan, biro, lembaga, organisasi, LSM, Ormas, pelajar dan mahasiswa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2010
"Kartini adalah sosok pejuang yang ingin melepaskan diri dari belenggu adat-istiadat yang mengekang hak-hak dasar seorang perempuan.Semangat perjuangan Kartini harus lanjutkan, termasuk meningkatkan derajat kesehatan remaja putri," kata Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kaltim, Ruzaimah Farid Wadjdy di Samarinda, Rabu.
Ruzaiman yang juga istri Wakil Gubernur Farid Wadjdy mengatakan RA Kartini merupakan seorang tokoh yang patut diteladani generasi sekarang karena semangat yang besar mengangkat harkat, martabat dan derajat kaum perempuan Indonesia.
Salah satu bentuk perjuangan itu dengan menggelar seminar Kesehatan Reproduksi Remaja Menuju Generasi Kaltim Sehat hasil kerja sama dengan BPPKB Kaltim.
Seminar dimaksudkan sebagai salah satu upaya pencegahan dam membentengi remaja, terutama remaja puteri agar mengerti bahaya dan berbagai dampak negatif dari reproduksi yang tidak terjaga dengan baik.
Sementara itu, Wagub Kaltim H Farid Wadjdy saat membuka seminar mengatakan bahwa masalah kesehatan reproduksi bagi remaja di Kaltim belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya, hal ini terlihat dari banyaknya kasus kehamilan di luar nikah, kekerasan masa pacaran dan aborsi yang berujung pada kematian.
"Kebanyakan remaja tidak mengetahui atau kurang mengetahui informasi mengenai seksualitas dan reproduksi," katanya.
Padahal lanjutnya, para remaja masih berusia produktif, yakni 14 hingga 24 tahun, namun pengetahuan tentang resiko pergaulan bebas masih rendah. Saat ini terdapat sekitar 62 juta remaja di Indonesia, artinya satu dari dari lima orang berada dalam rentang usia remaja.
Pemerintah sangat mendukung program tersebut karena sejalan dengan kesepakatan "International Conference for Population and Development" (ICDC) Kairo Mesir 1994 tentang Hak-Hak Remaja.
Ketua BPPKB Kaltim Ardiningsih mengatakan Raden Adjeng Kartini merupakan salah satu tokoh pejuang wanita Indonesia, namun meninggal pada usia muda, yakni 25 tahun atau empat hari setelah melahirkan anaknya.
"Tujuan seminar ini untuk membangkitkan kesadaran remaja dan orang tua terhadap pentingnya menjaga dan memperhatikan kesehatan reproduksi perempuan. Terbukti dengan tingginya angka kematian perempuan karena kehamilan, melahirkan dan nifas perlu menjadi perhatian,†ujarnya.
Kegiatan ini juga sebagi bentuk dukungan terhadap delapan tujuan pembangunan Millenium development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada 2015, diantaranya dengan kegiatan mendukung kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu dan memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lain.
Seminar menghadirkan nara sumber Dr Fernando TT Sitorus ahli Obstetri dan Ginekologi RSUD IA Moeis dan Dr Muhammad Furqon ahli Kardiologi RSUD AW Sjahranie. Diikuti 300 peserta dari dinas, badan, biro, lembaga, organisasi, LSM, Ormas, pelajar dan mahasiswa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2010