Bontang (ANTARA Kaltim) - Komisi I DPRD Kota Bontang melakukan rapat dengar pendapat dengan sejumlah instansi dan pihak terkait untuk menyikapi kasus tewasnya pekerja bongkar muat di pelabuhan PKT beberapa hari lalu.

Rapat yang dipimpin Ketua Komisi I DPRD Bontang Agus Haris didampingi anggotanya Yanri Dasa dan Sulhan, dihadiri Syahbandar Kepelabuhanan, kepolisian dan perwakilan PT Pupuk Kaltim.

"Tujuan kita di sini untuk mencari solusi agar insiden meninggalkan karyawan TKBM (tenaga kerja bongkat muat) tidak terulang lagi. Secara kelembagaan, DPRD tidak memiliki kewenangan dalam melakukan penyelidikan atas kasus itu," katanya.

Agus berharap dalam pertemuan ini dapat menghasilkan rumusan dan solusi untuk menekan angka kecelakaan kerja pada perusahaan yang beroperasi di daerah setempat.

"Setiap tahun kecelakaan kerja terus terjadi, makanya kita hadirkan pihak-pihak terkait untuk menelusuri penyebab kejadian itu dan menyempurnakannya agar tidak ada lagi kecelakaan kerja," katanya.

Agus mengemukakan peristiwa tewasnya pekerja bongkar muat tersebut bukan lantas membuat pihak terkait lepas tangan, namun harus menjadi keprihatinan, sekaligus evaluasi untuk memperbaiki kesalahan ataupun kelalaian, termasuk melakukan verifikasi kelayakan kapal.

"Ini ada bahasa sumbang kalau kapal yang memuat pupuk itu tidak layak untuk melayani bongkar muat di pelabuhan khusus, sehingga menyebabkan alat 'crane' tiba-tiba jatuh," ujarnya.

Dalam rapat dengar pendapat itu terungkap, bahwa Kapal Motor Kebun Karet pengangkut pupuk yang semula dijadwalkan merapat di pelabuhan khusus PKT pada 15 Oktober, mendadak mengubah jadwal dan masuk pada 8 Oktober karena posisi dermaga sedang kosong.

Sandarnya KM Kebun Karet tersebut atas izin dari PT Pupuk Kaltim yang mengoperasikan pelabuhan khusus di areal perusahaannya.

"Ada estimasi waktu dalam pengaturan waktu sandar kapal karena tidak bisa ditetapkan jadwal sandar kapal itu, mengingat faktor cuaca dan lainnya," kata Ramli, perwakilan PT Pupuk Kaltim.

Kepala Unit Reserse Polres Bontang AKP Mandiono yang hadir pada kesempatan itu, mengatakan kasus tewasnya pekerja bongkar muat itu dalam penyelidikan polisi dan berdasarkan temuan awal di lapangan, dugaan sementara ada masalah pada hidrolik crane.

"Kami telah memeriksa beberapa saksi yang ada di tempat kejadian perkara, termasuk awak kapal," katanya.

Berdasarkan keterangan saksi, jatuhnya "boom crane" yang menewaskan Hasbi Saputra, karena ada masalah dari koneksi pompa, sehingga menyebabkan pelumas tidak bisa masuk ke pompa bintang dan akhirnya alat derek jatuh menimpa tutup palka kapal, di mana saat itu korban berada di dalamnya. (Adv/*)

Pewarta: Irwan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015