Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Sejumlah kalangan mengusulkan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, membangun museum kota untuk mengabadikan keunikan sejarah yang dimiliki kota tersebut.

"Setahu saya sudah ada Museum Kodam VI Mulawarman yang tentu saja bertema kemiliteran. Alangkah baiknya juga Balikpapan punya museum kota yang menyimpan dan memamerkan warisan sejarah, budaya, dan hal-hal lain yang khas kota ini," kata sejarawan Balikpapan, Petrik Matanasi di Balikpapan, Senin.

Matanasi, penulis buku "Balikpapan Tempo Doeloe" dan berbagai tulisan dengan latar belakang Balikpapan di masa penjajahan Belanda, Jepang, dan awal kemerdekaan, itu, mengatakan sesuatu yang khas dari Balikpapan adalah sebagai Kota Minyak dan menjadi bagian langsung dari perang dunia dua.

Usulan untuk keberadaan sebuah museum juga datang dari Kelas Balikpapan Mengajar, sebuah komunitas peduli pendidikan di Kota Minyak.

"Sebuah museum bisa merangkum perjalanan sejarah dan jati diri kota ini. Pengetahuan akan memberi sejarah dengan melihat peninggalan dan cerita yang ada di museum tentu akan memberi semangat bagi generasi sekarang," kata inisiator Kelas Balikpapan Mengajar (KBM) Balikpapan, Lalu Fauzul Idhi.

KBM bahkan menggelar perjalanan keliling ke tempat-tempat bersejarah di Balikpapan pada Sabtu (29/8) dengan mengajak sebanyak 70 orang peserta yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak dengan naik angkot mengunjungi berbagai tempat bersejarah.

Mulai dari Lapangan Merdeka, rumah-rumah panggung bekas perumahan pegawai perusahaan minyak Belanda Bataafsche Petroleum Matschappij (BPM), hingga Goa Jepang, gua-gua pertahanan serdadu Jepang di Gunung Dubbs dalam perang dunia kedua.

Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Cabang Balikpapan Ombang Wahyullah menambahkan bahwa salah satu syarat kota modern adalah juga memiliki museum.

Bahkan, papar Wahyullah, melihat apa yang ada di Balikpapan saat ini, kota tersebut tidak harus membuat bangunan khusus untuk museum tersebut.

"Balikpapan memiliki bangunan-bangunan bersejarah yang khas, yang unik, yang bisa dijadikan museum itu," jelasnya.

Bangunan-bangunan itu antara lain deretan rumah-rumah bergaya jengki di Pantai Banua Patra dan sejumlah rumah di Komplek Pertamina di Gunung Dubbs maupun di Karang Anyar. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015