MENIKMATI hidangan di rumah atau direstoran bersama keluarga atau rekan-rekan, itu sudah biasa. Tapi bagaimana dengan makan di atas jalan raya sepanjang kurang lebih satu kilometer bersama ribuan warga, pejabat pemerintahan dan kerabat Kesultanan? Terlebih, kuliner yang tersedia adalah makanan khas daerah.

Susana semacam ini hanya bisa ditemukan di Kota Raja Tenggarong yang merupakan Ibu Kota kabupaten Kutai Kartanegara pada pesta adat, seni dan budaya Erau yang merupakan agenda tahunan pariwisata nasional yang digelar setiap Juni.  

Baru saja terang tanah, Rabu (10/6) kemarin tiga baris kain putih dibentangkan diatas aspal sepanjang Jalan P. Diponegoro Tenggarong.

Kurang lebih satu kilo meter panjangya, yaitu dari Jembatan Bongkok sampai Gunung Pedidik yang melintasi Monumen Pancasila dan Kedaton Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Beberapa kelompok orang berpakaian adat Kutai lengkap dengan ikat kepala dan sarung melilit di pinggang tampak sibuk menata berbagai macama kuliner khas kutai diatas kain putih tersebut.

Kuliner tersebut merupakan partisipasi Satuan Kerja perangkat Daerah, Perbankan, BUMN/BUMD, pihak swasta dilingkungan Pemkab Kutai Kartanegara.

Kuliner khas Kutai itu diantaranya Gence ruan, nasi kuning, nasi kebuli dan berbagai kudapan lainnya yaitu serabai, putu labu, basong, bebongkok, tumpi, nasi pundut dan masih banyak lagi yang lainnya sudah selesai tersusun sekitar pukul 08.00 Wita.

Ribuan warga tumpah ruah bahkan ada yang membawa serta seluruh keluarganya untuk ikut dalam kemeriahan makan bersama yang dalam bahasa Kutai disebut dengan Beseprah.

Putera Mahkota Kesultanan Kutai Kartanagar Ing Martadipura Aji Pangeran Prabu Anoem Surya Adiningrat mengatakan, Beseprah yaitu cara makan dengan duduk bersila, makan dengan tangan kanan, dilakukan secara bersama dan berhadap-hadapan.

Cara makan seperti ini sejak dulu dilakukan dalam sebuah keluarga atau bersama rakyat di Kampoeng Kutai.

Sementara itu, Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari dalam sambutannya sebelum membuka acara itu yang ditandai dengan membunyikan Kentongan, mengatakan, makan Beseprah merupakan tradisi cara makan Kutai dengan menjunjung adab dan rasa kebersamaan.

Rita menambahkan, sejak jaman dulu Sultan Kutai terkenal  merakyat, yaitu melihat langsung keadaan rakyatnya dan kadang kerap diakhiri dengan duduk makan bersama atau Beseprah.

"Jadi, selain memelihara tradisi juga untuk mempererat silaturahmi dan meleburkan strata  dalam sebuah kebersamaan. Kebersamaan merupakan kunci untuk mencapai masyarakat sejahtera dan berkeadilan," ujarnya dihadapan ribuan masyarakat, serta tim kesenian dari 13 negara anggota CIOFF.

Sebelum santap bersama, acara Beseprah diawali dengan doa Rasul dan doa Selamat Tolak Bala yang dipimpin pejabat ari Kementrian Agama Kutai Kartanegara yang diamini oleh ribuan orang yang hadir pada acara tersebut.

Tepat pukul 09.00 Wita, Kentongan pun dipukul oleh Rita, berbagai masakan yang terseguh langsung disantap bersama hingga habis.

Tampak senyum ceria para warga dan semua tim kesenian neara CIOFF menghiasi makan Besaprah ini.

Nunur, merupakan salah satu warga yang ikut ambil bagian Besaprah ini mengaku sangat bergembira dengan kegiatan tersebut.

"Alhamdulillah makan gratis. Apalagi bisa makan bersama-sama Bupati dan kerabat Sultan senang dan nikmat rasanya," ujar warga Jalan Kartini, Tenggarong itu sambil menyuapkan nasi kuning ke mulut ponakannya. (*)

Pewarta: Hayru Abdi

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015