Samarinda, (ANTARAnews) - Badan Narkotika Kota (BNK) Samarinda (Kalimantan Timur) memberikan pembekalan mengenai masalah Narkoba (narkotika dan obat-obat berbahaya) kepada sejumlah ulama, dai dan ustadz terkait upaya memerangi peredaran barang terlarang tersebut.
"Upaya memerangi peredaran Narkoba tidak hanya dilakukan pada level masyarakat umum namun juga para ulama, dai dan ustadz. Hal itu terkait dengan peran mereka yang begitu strategis di tengah masyarakat," kata Ketua BNK Samarinda, Syaharie Jaang di Samarinda, Senin.
BNK Samarinda juga melibatkan pengurus Barisan Anti Narkoba Kelurahan (BANK) se-Samarinda dalam acara pembekalan itu.
Tokoh agama, dai dan ustadz dinilai memiliki peran strategis karena posisi mereka yang menjadi panutan dan teladan di tengah masyarakat.
"Kami berharap, melalui kekuatan tokoh agama baik ulama, ustad maupun dai dapat menjadi kekuatan baru bagi pemberantasan Narkoba," katanya.
Pihaknya berharap agar melalui pembekalan itu maka mereka dapat menyampaikan kepada kepada anak-anak baik saat pengajian, ceramah maupun kegiatan keagamaan lainnya tentang bahaya Narkoba.
"Harapannya, melalui landasan agama yang kokoh dapat menjadi benteng bagi generasi muda untuk menghindari jeratan narkoba," kata Ketua BNK Samarinda itu.
Berdasarkan data nasional menunjukan bahwa setiap tahun sekitar 15 ribu orang meninggal atau 40 orang setiap hari meninggal akibat over dosis karena Narkoba.
"Narkoba ibarat tsunami yang siap merengut jiwa dan menghancurkan masa depan generasi muda," katanya.
Perkembangan terakhir di Samarinda, katanya menambahkan cukup memprihatinkan karena ternyata "Kota Tepian" itu bukan lagi tempat peredaran narkotika dan obat-obat berbahaya tertinggi di Kaltim namun sudah menjadi wadah memproduksi barang terlarang tersebut.
"Berdasarkan tiga kasus yang diungkapkan pihak Poltabes Samarinda menunjukan bahwa ternyata daerah ini bukan sekedar tempat peredarannya namun juga jadi wadah untuk memproduksi Narkoba," papar dia.
Ia menjelaskan bahwa program nasional untuk memenuhi komitmen Indonesia bebas Narkoba pada 2015 akan kurang berhasil tanpa dukungan semua pihak termasuk ulama, dai dan ustadz.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2009
"Upaya memerangi peredaran Narkoba tidak hanya dilakukan pada level masyarakat umum namun juga para ulama, dai dan ustadz. Hal itu terkait dengan peran mereka yang begitu strategis di tengah masyarakat," kata Ketua BNK Samarinda, Syaharie Jaang di Samarinda, Senin.
BNK Samarinda juga melibatkan pengurus Barisan Anti Narkoba Kelurahan (BANK) se-Samarinda dalam acara pembekalan itu.
Tokoh agama, dai dan ustadz dinilai memiliki peran strategis karena posisi mereka yang menjadi panutan dan teladan di tengah masyarakat.
"Kami berharap, melalui kekuatan tokoh agama baik ulama, ustad maupun dai dapat menjadi kekuatan baru bagi pemberantasan Narkoba," katanya.
Pihaknya berharap agar melalui pembekalan itu maka mereka dapat menyampaikan kepada kepada anak-anak baik saat pengajian, ceramah maupun kegiatan keagamaan lainnya tentang bahaya Narkoba.
"Harapannya, melalui landasan agama yang kokoh dapat menjadi benteng bagi generasi muda untuk menghindari jeratan narkoba," kata Ketua BNK Samarinda itu.
Berdasarkan data nasional menunjukan bahwa setiap tahun sekitar 15 ribu orang meninggal atau 40 orang setiap hari meninggal akibat over dosis karena Narkoba.
"Narkoba ibarat tsunami yang siap merengut jiwa dan menghancurkan masa depan generasi muda," katanya.
Perkembangan terakhir di Samarinda, katanya menambahkan cukup memprihatinkan karena ternyata "Kota Tepian" itu bukan lagi tempat peredaran narkotika dan obat-obat berbahaya tertinggi di Kaltim namun sudah menjadi wadah memproduksi barang terlarang tersebut.
"Berdasarkan tiga kasus yang diungkapkan pihak Poltabes Samarinda menunjukan bahwa ternyata daerah ini bukan sekedar tempat peredarannya namun juga jadi wadah untuk memproduksi Narkoba," papar dia.
Ia menjelaskan bahwa program nasional untuk memenuhi komitmen Indonesia bebas Narkoba pada 2015 akan kurang berhasil tanpa dukungan semua pihak termasuk ulama, dai dan ustadz.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2009