Bontang (ANTARA Kaltim) - Adam Dwi Cahyono, seorang bocah berusia tiga tahun asal Kota Bontang, Kalimantan Timur, yang menderita kanker mata (retina blostoma), membutuhkan bantuan biaya untuk pengobatan penyakitnya.

     Budi Santoso, orang tua dari Adam Dwi Cahyono, ketika dihubungi di Bontang, Senin, mengatakan setelah menjalani operasi pengangkatan bola mata sebelah kanan di RSUD Dr Soetomo Surabaya pada Oktober 2013, anaknya masih harus menjalani perawatan dan kontrol setiap tiga bulan sekali ke Surabaya.

     "Memang ada BPJS yang menanggung biaya perawatan, tetapi kami juga perlu biaya untuk ongkos perjalanan Bontang-Surabaya PP," kata Budi Santoso.

     Ia menuturkan anaknya menjalani operasi pengangkatan bola mata sebelah kanan yang terdeteksi terkena kanker saat masih berumur 10 bulan.

     Warga Jalan Sultan Hasanuddin Gang Wira RT 004, Berbas Pantai, Kecamatan Bontang Selatan ini, menambahkan pascaoperasi, pihaknya masih harus berjuang mencari biaya untuk perawatan rutin atau kontrol ke Surabaya.

     Pria kelahiran Malang, Jawa Timur, ini, mengaku tidak pernah memiliki firasat apapun mengenai putranya yang harus mengidap kanker mata pada usia balita, namun ia pasrah dan tawakkal atas cobaan dari Allah SWT.

     Upaya mendapatkan biaya telah dilakukan dengan meminta bantuan Pemerintah Kota Bontang dan sejumlah perusahaan di daerah setempat, seperti PT Pupuk Kaltim, PT Badak LNG dan Lembaga Amil Zakat PAMA.

     "Kami sangat bersyukur dan berterima kasih ada pihak-pihak yang bersedia membantu perawatan Adam," ujarnya.

     Akan tetapi, bantuan biaya itu telah habis untuk operasi dan perawatan sebelumnya, sementara Adam Dwi Cahyono masih harus melakukan kontrol rutin ke Surabaya. Meskipun BPJS menjamin biaya perawatan, tetapi pihak keluarga masih membutuhkan biaya sehari-hari selama berada di Surabaya.

     "BPJS yang ditanggung cuma menginap dan obat-obatan, itu pun terpotong gaji bulanan saya,"ujarnya.

     Memang ada bantuan yang diserahkan Dinas Sosial Kota Bontang untuk merujuk Adam Dwi Cahyono ke salah satu yayasan di Surabaya, tetapi proses birokrasi di pemerintahan untuk mengurus administrasi bantuan itu cukup menyulitkan pihak keluarga.

     "Hingga saat ini biaya yang telah kami keluarkan melalui bantuan pemerintah dan BPJS sejak tahun 2013 mencapai Rp150 juta," tambah Budi Santoso, yang mengaku harus mengadaikan BPKB sepeda motornya untuk menambah biaya pengobatan anaknya.

     Dihubungi terpisah, pengurus Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kota Bontang Suratmi mengatakan hingga kini pihaknya terus membantu penanganan Adam Dwi Cahyo untuk meringankan beban keluarga.

     Menurut ia, orang tua Adam Dwi Cahyono memang masih bekerja di salah satu perusahaan tambang dan menjadi peserta BPJS, namun mereka tetap membutuhkan bantuan dana, karena biaya operasi cukuplah besar.
 
     "Meski pemerintah telah membantu biaya operasi, pihak keluarga tentu membutuhkan biaya yang lain, seperti ongkos transportasi dan biaya makan selama mendampingi Adam di Surabaya," katanya.

     Suratmi menambahkan dana yang sudah keluar untuk transportasi sekitar Rp30 juta. Sedangkan untuk menutup biaya, Budi Santoso juga sudah menggadaikan BPKB sepeda motor senilai Rp5 juta serta pinjaman uang tiket Rp1,7 juta.

     Pascaoperasi, lanjutnya, Adam Dwi Cahyono harus melakukan kontrol rutin dan menjalani kemoterapi setiap tiga bulan sekali hingga tahun 2016.

     Ia mengaku lembaganya sangat kesulitan membantu keluarga Adam, karena pos anggaran yang diperoleh dari Pemkot Bontang hanya Rp107 juta per tahun. "Ini juga salah satu kendala yang kami hadapi," tambahnya. (*)

Pewarta: Irwan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015