Penajam (ANTARA Kaltim) - Para pedagang mengeluhkan kondisi Pasar Induk Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara yang masih bocor dan sering terjadi pemadaman listrik.
Salah seorang pedagang Pasar Induk Pedagang, Rusli Kusdiansyah, Senin menyatakan, sejak pindah ke Pasar Induk Penajam, sampai sekarang kondisi pasar pada saat hujan banyak rembesan air karena atap yang bocor.
Namun menurutnya, sebagian atap yang bocor sudah ditambal para pedagang menggunakan biaya sendiri tetapi sebagian lagi belum dilakukan penambalan sehingga para pedagang menutup barang dagangannya dengan menggunakan terpal atau plastik agar tidak basah saat turun hujan.
Selain atap yang bocor, kata Rusli Kusdiansyah, kondisi listrik di Pasar Induk Penajam juga sering terjadi pemadaman bahkan bisa hingga berjam-jam, sehingga kios atau lapak yang berada di bagian dalam pasar menjadi gelap karena tidak ada penerangan.
"Listrik sering padam pada saat kami berjualan. Biasa, hanya satu jam listrik tidak padam, kemudian listrik padam lagi. Kasihan yang berjualan di kios dan lapak di bagian dalam jadi gelap," ujarnya.
Para pedagang lanjut dia, meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Penajam Paser Utara, untuk melakukan pembenahan terhadap fasilitas Pasar Induk Penajam sebelum melakukan pemungutan retribusi.
Terkait rencana penarikan retribusi lanjut Rusli Rusdiansyah, sebagian pedagang menginginkan pungutan dilakukan setiap bulan, namun sebagain pedagang mengiinginkan penarikan setiap hari.
"Saya maunya penarikan retribusi dilakukan per hari, tidak terasa berat kalau per hari mengeluarkan Rp2 ribu atau Rp1.500 untuk bayar retribusi," ujarnya.
Sedangkan, untuk pembayaran sewa kios atau lapak, tambahnya, para pedagang menginginkan pembayaran dilakukan diangsur setiap bulan namun Pemkab Penajam Paser Utara belum memberikan keputusan terkait pungutan retribusi dan pembayaran sewa lapak atau kios tersebut.
"Untuk bayar sewa kios dan lapak para pedagang maunya per bulan, pedagang dikenakan Rp3 juta per tahun untuk sewa kios,†ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
Salah seorang pedagang Pasar Induk Pedagang, Rusli Kusdiansyah, Senin menyatakan, sejak pindah ke Pasar Induk Penajam, sampai sekarang kondisi pasar pada saat hujan banyak rembesan air karena atap yang bocor.
Namun menurutnya, sebagian atap yang bocor sudah ditambal para pedagang menggunakan biaya sendiri tetapi sebagian lagi belum dilakukan penambalan sehingga para pedagang menutup barang dagangannya dengan menggunakan terpal atau plastik agar tidak basah saat turun hujan.
Selain atap yang bocor, kata Rusli Kusdiansyah, kondisi listrik di Pasar Induk Penajam juga sering terjadi pemadaman bahkan bisa hingga berjam-jam, sehingga kios atau lapak yang berada di bagian dalam pasar menjadi gelap karena tidak ada penerangan.
"Listrik sering padam pada saat kami berjualan. Biasa, hanya satu jam listrik tidak padam, kemudian listrik padam lagi. Kasihan yang berjualan di kios dan lapak di bagian dalam jadi gelap," ujarnya.
Para pedagang lanjut dia, meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Penajam Paser Utara, untuk melakukan pembenahan terhadap fasilitas Pasar Induk Penajam sebelum melakukan pemungutan retribusi.
Terkait rencana penarikan retribusi lanjut Rusli Rusdiansyah, sebagian pedagang menginginkan pungutan dilakukan setiap bulan, namun sebagain pedagang mengiinginkan penarikan setiap hari.
"Saya maunya penarikan retribusi dilakukan per hari, tidak terasa berat kalau per hari mengeluarkan Rp2 ribu atau Rp1.500 untuk bayar retribusi," ujarnya.
Sedangkan, untuk pembayaran sewa kios atau lapak, tambahnya, para pedagang menginginkan pembayaran dilakukan diangsur setiap bulan namun Pemkab Penajam Paser Utara belum memberikan keputusan terkait pungutan retribusi dan pembayaran sewa lapak atau kios tersebut.
"Untuk bayar sewa kios dan lapak para pedagang maunya per bulan, pedagang dikenakan Rp3 juta per tahun untuk sewa kios,†ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015