Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar), Kalimantan Timur, memberikan motivasi kepada pemerintah desa (pemdes) dan pihak terkait mengembangkan potensi wisata, karena setiap desa diyakini memiliki daya tarik khas untuk menjadi destinasi wisata.

"Setiap desa pasti memiliki keunikan yang bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi desa tersebut, maka yang perlu dilakukan adalah mengenali, menggali, dan mengemas agar wisatawan tertarik berkunjung," ujar Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Sekretariat Kabupaten Kukar Ahmad Taufik Hidayat di Tenggarong, Kamis.

Daya tarik wisata pedesaan dapat terlihat secara langsung atau membutuhkan upaya untuk menggali kembali, bisa berupa potensi alam seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut, atau potensi budaya seperti adat-istiadat, museum, benteng, situs peninggalan sejarah, dan lain-lain.

Bisa juga berupa daya tarik wisata buatan manusia baik kolam pemandian, water boom, kolam mancing, wisata kuliner, dan berbagai keunikan lain yang bersifat buatan.

“Suatu wilayah wisata pasti memiliki daya tarik yang berbeda satu sama lain. Setiap desa bisa menjadi sebuah tempat wisata jika masyarakat, organisasi, dan pemerintah desa dapat mengolah potensi yang dimiliki, oleh karena saya mengajak kepada seluruh pihak terkait mengoptimalkan potensi di desa masing-masing," ucap Taufik.

Sehari sebelumnya, saat membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) se- Kecamatan Marangkayu, Taufik juga mengajak aparatur desa bersama anggota BPD kreatif menggali dan membangkitkan potensi wisata.

Potensi wisata, lanjut ia, merupakan segala sesuatu yang dimiliki dan dapat menjadi daya tarik wisata serta menjadi suatu keunggulan bagi di kawasan, sehingga jika potensi yang ada terus digali, maka dapat berkembang menjadi industri pariwisata.

Ia menjelaskan bahwa untuk membangun desa wisata memiliki empat tahap, pertama adalah rintisan, yakni desa yang memiliki potensi besar tetapi belum adanya kunjungan wisatawan, sarana dan prasarananya masih terbatas, serta tingkat kesadaran masyarakat belum tumbuh, sehingga dibutuhkan pendobrak.

Kedua adalah tahap berkembang, yakni desa yang memiliki potensi, sudah mulai dilirik wisatawan, dan destinasi bisa dikembangkan lebih jauh.

Tahap ketiga adalah maju, dalam tahap ini masyarakatnya sudah sadar pentingnya wisata, dana desa sudah dipakai untuk mengembangkan potensi pariwisata, memiliki kelompok pengelola, dan wilayahnya sudah dikunjungi banyak wisatawan.

Keempat adalah mandiri, yakni pemerintah desa bersama pengelola dan pihak terkait sudah melakukan inovasi pariwisata, bahkan destinasi wisata pun diakui dunia, sarana dan prasarana memiliki standar, pengelolaannya bersifat kolaboratif.

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024