Sangatta (ANTARA Kaltim) -  Sebanyak 20 warga dari tujuh desa di Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur dilatih membuat kerajinan anyaman tikar dan tenun berbahan baku serabut pisang abak.

Camat Kaliorang Hanasiah di Kalioarang, Jumat, mengatakan pelatihan memanfaatkan pelepah pisang menjadi serat untuk bahan baku tenun dan tikar itu atas prakarsa dan program Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)Provinsi Kalimantan Timur.

"Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari di kantor Kecamatan Kaliorang, 29-1 Oktober itu melibatkan narasumber dari Jakarta," katanya.

Menurut Hanasiah 20 warga yang umumnya ibu rumah tangga itu cukup antusias mengikuti pelatihan mengenai pembuatan kerajinan dari bahan baku pelepah pisang itu.

"Saya meminta mereka yang ikuti pelatihan agar nantinya bisa menerapkan ilmu yang diperoleh dengan cara membentuk kelompok-kelompok," ujarnya.

Dia mengatakan kalau membuat suatu usaha kerajinan dengan berkelompok akan bagus hasilnya, namun jika dilakukan sendiri-sendiri itu sulit berkembang karena tidak ada semangat.

Sementara Joko Prihanto Staf Pengadaan Bahan Baku PT Retota Sakti, salah seorang pemateri dalam pelatihan itu mengatakan dirinya diundang untuk mengajari masyarakat membuat tenun berbahan baku serat pisang abaka.

"Selain mengajarkan mereka bagaimana membuat produk tenunan dan tikar dari bahan baku serat pelapa pisang abaka, kami juga mengajarkan pembuatan alat tenun," katanya.

Ia mengaku yakin para peserta nantinya bisa menerapkan ilmu yang diberikan, karena membuat tenun dan tikar dari serat pisang abaka itu tidak terlalu sulit asalkan ada kemauan untuk terus belajar.

Kalau soal pemasaran, menurut Joko, tidaklah masalah, karena berapapun hasil produk masyarakt dari Kaliorang, pihaknya siap memasarkan keluar negeri asalkan mutunya bagus.

Kasmiati, salah seorang peserta pelatihan asal Desa Selangkau, mengaku senang diajarkan membuat tenun dari serat pelepa pisang abaka, karena sebelumnya belum pernah mengenal serat pisang abaka.

"Ini baru kali pertama saya ikut pelatihan, mudah-mudahan ada tindak lanjut pemerintah dan perusahan supaya bisa diterapkan," kata Kasmiati yang mengaku di desanya banyak terdapat pisang abaka.

Kalau alat pembuatan tenun itu bisa dibuat sendiri, kata dia, karena juga dipelajari selama pelatihan. Namun yang masalah adalah modal kerja dan modal usaha untuk mengembangkan kerajinan tersebut.(*)

Pewarta: Adi Sagaria

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014