Sangatta (ANTARA Kaltim) - Warga Desa Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur memproduksi 200 liter minyak tanah secara tradisional dari sumur tua peninggalan Jepang yang ada di desa tersebut.
Alwi (48), warga RT 2 Dusun II Kaliorang Kecamatan Kaliorang di Sangatta, Jumat, mengatakan minyak mentah yang dikumpulkan dan dari sebuah sumur tua peninggalan Jepang itu bisa menghasilkan minyak tanah, aspal dan solar.
"Dari 400 liter minyak mentah yang saya proses sendiri secara tradisional bisa menghasilkan 200 liter minyak tanah," katanya.
Untuk menghasilkan 200 liter minyak tanah, Alwi membutuhkan waktu selama 11 jam, dengan cara memasak minyak bumi dalam panas tertentu dengan bahan bakar aspal. Kalau dulu masih belajar masih menggunakan bahan bakar kayu, sekarang menggunakan aspal.
Minyak tanah yang dihasilkan sebanyak 200 liter per minggu, menutut dia, tidak untuk dikomersilkan atau dijual secara bebas ke masyarakat, namun hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan warga disekitarnya yang ingin menggunakan minyak tanah.
Dia mengatakan kalaupun ada juga yang membeli tidak ada target harga, namun seikhlasnya, misalnya satu jerigen 20 liter dibayar Rp5 ribu kadang ada juga lebih, tapi tidak masalah.
Menurut dia produksi minyak tanah dari sumur tua itu bisa saja ditingkatkan supaya hasilnya bisa lebih banyak lagi, namun dirinya terkendala modal.
"Kalau mau ditingkatkan produksinya bisa saja, tapi masalahnya kendala modal tidak ada dan kegiatan ini juga ilegal karena ini milik negara," kata.
Di lokasi sekitar sumur tua peninggalan Jepang itu, kata dia, dulunya ada mobil-mobil tua bekas jepang tapi sudah hilang di ambil orang, ada lapangan pendaratan helikopter dan lapangan basket.
Alwi mengaku untuk memproduksi minyak tanah dari sumur tua peninggalan Jepang itu tanpa ilmu, namun hanya diketahui dari orang yang sebelumnya membuat minyak tanah dari sumur tua tersebut.
"Dulu ada orang tua yang membuat minyak tanah dari sumur tua ini, namun sudah meninggal makanya saya lanjutkan karena sudah lama terbengkalai, kata Alwi.
Ia mengakui dirinya mampu mengelola sumur tua untuk menghasilkan minyak tanah lebih banyak lagi, namun tidak punya modal dan takut melakukannya.
"Bisa saja kalau mau ditingkatkan produksinya lebih banyak, tapi saya tidak punya modal dan ini juga ilegal, sebab sumur tersebut milik negara," katanya(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014
Alwi (48), warga RT 2 Dusun II Kaliorang Kecamatan Kaliorang di Sangatta, Jumat, mengatakan minyak mentah yang dikumpulkan dan dari sebuah sumur tua peninggalan Jepang itu bisa menghasilkan minyak tanah, aspal dan solar.
"Dari 400 liter minyak mentah yang saya proses sendiri secara tradisional bisa menghasilkan 200 liter minyak tanah," katanya.
Untuk menghasilkan 200 liter minyak tanah, Alwi membutuhkan waktu selama 11 jam, dengan cara memasak minyak bumi dalam panas tertentu dengan bahan bakar aspal. Kalau dulu masih belajar masih menggunakan bahan bakar kayu, sekarang menggunakan aspal.
Minyak tanah yang dihasilkan sebanyak 200 liter per minggu, menutut dia, tidak untuk dikomersilkan atau dijual secara bebas ke masyarakat, namun hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan warga disekitarnya yang ingin menggunakan minyak tanah.
Dia mengatakan kalaupun ada juga yang membeli tidak ada target harga, namun seikhlasnya, misalnya satu jerigen 20 liter dibayar Rp5 ribu kadang ada juga lebih, tapi tidak masalah.
Menurut dia produksi minyak tanah dari sumur tua itu bisa saja ditingkatkan supaya hasilnya bisa lebih banyak lagi, namun dirinya terkendala modal.
"Kalau mau ditingkatkan produksinya bisa saja, tapi masalahnya kendala modal tidak ada dan kegiatan ini juga ilegal karena ini milik negara," kata.
Di lokasi sekitar sumur tua peninggalan Jepang itu, kata dia, dulunya ada mobil-mobil tua bekas jepang tapi sudah hilang di ambil orang, ada lapangan pendaratan helikopter dan lapangan basket.
Alwi mengaku untuk memproduksi minyak tanah dari sumur tua peninggalan Jepang itu tanpa ilmu, namun hanya diketahui dari orang yang sebelumnya membuat minyak tanah dari sumur tua tersebut.
"Dulu ada orang tua yang membuat minyak tanah dari sumur tua ini, namun sudah meninggal makanya saya lanjutkan karena sudah lama terbengkalai, kata Alwi.
Ia mengakui dirinya mampu mengelola sumur tua untuk menghasilkan minyak tanah lebih banyak lagi, namun tidak punya modal dan takut melakukannya.
"Bisa saja kalau mau ditingkatkan produksinya lebih banyak, tapi saya tidak punya modal dan ini juga ilegal, sebab sumur tersebut milik negara," katanya(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014