Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 27,1 persen menjadi 17,6 persen, berkat beragam inovasi oleh dinas terkait dan melibatkan berbagai pihak.

"Pemkab Kutai Kartanegara telah melakukan beberapa inovasi dalam program percepatan penurunan stunting, antara lain penetapan lokus intervensi penurunan stunting sejak tahun 2021-2024," ujar Asisten III Bidang Administrasi dan Umum Sekretariat Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) Dafip Haryanto di Tenggarong, Kamis.

Inovasi lain seperti pembentukan Tim Koordinasi Konvergensi Percepatan Pencegahan dan Penanganan Stunting (KP2S) melalui Surat Keputusan Bupati Kukar. Kemudian inovasi berupa mengajak mereka yang mampu untuk terlibat dan menjadi Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting Paket Lima Pantas (Bakti Pantas) serta Gerakan Keluarga Peduli Pencegahan dan Atasi Stunting (Raga Pantas).

Lantas inovasi pendekatan keluarga melalui gerakan terstruktur dan sistematis dari kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, secara konvergen dan terintegrasi dengan melakukan pemetaan dan intervensi terhadap sasaran keluarga berisiko di desa/kelurahan.

Berkat intervensi intensif dan inovasi tersebut, kata dia, saat ini angka prevalensi stunting di Kukar turun terbanyak dan masih paling rendah di Kaltim, namun intervensi stunting terus dilakukan agar target penurunan stunting tahun ini setidaknya menjadi 14 persen dapat terwujud.

Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) pada akhir 2023 prevalensi stunting di Kukar berada pada angka 17,6 persen, turun 9,5 persen jika dibandingkan dengan SKI pada 2022 yang sebesar 27,1 persen.

Beragam inovasi ini pun ia sampaikan Rabu kemarin, ketika menerima kunjungan studi tiru dari Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Barat, di Ruang Eksekutif Kantor Bupati Kukar.

Ia berharap dari kunjungan studi tiru ini bisa menjadi ajang bertukar pikiran dan pengalaman yang berharga bagi kedua belah pihak, khususnya dalam upaya bersama menurunkan angka stunting.

"Kami ucapkan terima kasih kepada BBPMP Jawa Barat melakukan studi tiru ke daerah kami, kemudian mau berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kami, semoga kerja sama yang baik ini dapat terus berlanjut," ucapnya.

Stunting, katanya, merupakan masalah serius yang mengancam kualitas generasi penerus bangsa, karena anak yang mengalami stunting tidak hanya lambat mengalami pertumbuhan fisik, tapi juga perkembangan kognitif yang kurang optimal, sehingga akan berdampak pada kemampuan anak pada masa depan.

 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024