Barangkali, karena julukannya Kota Minyak dan minyak adalah bahan bakar, kebakaran menjadi bencana yang terjadi bisa lebih dari 30 kali setahun di Balikpapan. Data yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Balikpapan pada 2022 malah menyebutkan 38 kali kejadian pada rentang sembilan bulan, antara Januari hingga akhir September.

“Meskipun faktanya, sebagian besar kejadiannya sebab korsleting listrik,” kata Frans Martin, petugas dari BPBD pada Sabtu (23/12). Korsleting atau arus pendek, di mana arus listrik dua arah (AC) meloncat memotong jalan karena ada bagian kabel yang terbuka, entah digigit tikus atau sebab lain.

Arus yang meloncat itu mengeluarkan panas, dan akan dengan mudah menyala kemudian membakar kayu atau plastik di dekatnya.

Sebab itu, Frans wanti-wanti, "Bapak dan Ibu semuanya harus mulai memperhatikan bagaimana instalasi listrik di rumah masing-masing. Mungkin instalasi rumah yang terpasang sudah berumur tua sehingga memperbesar terjadinya korsleting arus listrik,” kata Frans.

Di depan Frans adalah para peserta pelatihan pemadaman kebakaran ringan dan berat di Kelurahan Baru Tengah, Kecamatan Balikpapan Barat. Mereka dihadirkan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Balikpapan selaku pihak dan tetangga dekat yang berkepentingan akan keamanan dan keselamatan lingkungan. 

Selain instalasi yang mungkin sudah tua, Frans mengingatkan warga agar tidak memberi beban arus yang berlebihan pada satu terminal listrik.

“Secara sederhana Bapak-Ibu, pada satu colokan jangan dipasangi banyak colokan tambahan agar banyak yang bisa ikut nge-cas. Satu colokan yang dibebani terlalu banyak juga bisa menimbulkan korsleting,” paparnya. Apalagi kalau bahan colokan itu, juga kabel-kabelnya, tidak sesuai standard nasional Indonesia (SNI).

Baca juga: BPBD: Kekeringan picu 39.000 hektare lahan terbakar di Balikpapan

Sebagian warga yang hadir di halaman Langgar Nurul Aman di RT 20 Baru Tengah pun mengangguk-angguk. Mereka dari RT 1, 5, 27, 29, 31, 36, 39, 41, 50, selain banyak warga RT 20 dan relawan Kampung Siaga Bencana (KSB) Baru Tengah dan KSB Margasari, relawan Ground Water Tank Rambu Balikpapan Barat.

Ada pula perwakilan dari dinas sosial, kantor Kecamatan Balikpapan Barat, Koramil, kantor Kelurahan Baru Tengah dan anggota Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Baru Tengah.

Usai pemaparan materi awal oleh BPBD yang disampaikan Frans Martin, mereka sampai pada acara yang dianggap seru dan menegangkan yaitu praktik langsung memadamkan "si jago merah". 

Pertama, memadamkan api dari kompor yang gasnya bocor dan tidak terkendali dengan menggunakan kain atau karung basah. Mereka juga juga menggunakan alat pemadam api ringan (APAR). Setelah dicontohkan anggota BPBD dan relawan siaga bencana, warga boleh mencoba setelah mengajukan diri.

“Ternyata ketenangan juga kuncinya,” kata seorang warga. Untuk memadamkan kompor atau pun api kecil, sedemikian rupa apinya ditutup dengan kain basah agar kehilangan panasnya dan tidak mendapatkan udara untuk terus membakar. Meski api itu dinilai kecil, warga perlu ketenangan dan keberanian untuk mendekati serta memadamkannya.

Kalau disemprot dengan APAR, kata Ketua Relawan Ground Water Tank Kelurahan Baru Tengah Abu Bakar, fokus penyemprotan pada bagian pangkal api. Fungsinya sama, agar api tidak mendapatkan udara dan kehilangan panasnya.

Untuk memadamkan api yang terlanjut besar, prinsip yang sama juga berlaku, sedemikian rupa api harus dipotong jalan napas api.

Baca juga: Kebakaran di Margo Mulyo Balikpapan hanguskan enam rumah

Pada bagian simulasi memadamkan api besar, Relawan Ground Water Tank bersama KSB Baru Tengah memberi contoh lewat skenario peristiwa kebakaran di RT 19 dan RT 20 Kelurahan Baru Tengah.

Saat api sudah membesar, mereka menggunakan perlengkapan seperti selang dan ujung pengarah semprotan (nozzle), juga hidran sebagai sumber air. Bersama warga berlatih mengendalikan tekanan air pada selang dan mengarahkan ujung nozzle agar efektif memadamkan api.

Pelatihan memadamkan kebakaran dengan air dari Ground Water Tank di Baru Tengah, Balikpapan Barat, Desember 2023. (ANTARA/HO-KPI)

Di RT 20 Baru Tengah, yang menjadi sumber air untuk pemadaman adalah air di dalam tangki yang dipendam di bawah tanah (Ground Water Tank).

Sebab itu, relawan di Baru Tengah itu menamakan kelompok mereka Ground Water Tank (GWT) Rambu.

“Kalau di tempat kami, karena tidak ada tanahnya, maka pakai metode hidran kering,” kata Abdal Nanang dari KSB Kampung Atas Air Margasari.

Kampung Margasari adalah pemukiman padat di atas pantai dengan jalan sempit sehingga truk pemadam kebakaran tidak bisa masuk. Solusi mengatasi kebakaran adalah pemasangan beberapa hidran di tengah kampung yaitu ada di  RT 32, RT 15, RT 29, dan RT 30 yang pipa-pipanya terhubung dengan hidran di tepi jalan.

Dari hidran di tepi jalan itu, truk pembawa air pemadam kebakaran bisa memompa airnya ke hidran di tengah kampung, yang kemudian tersambung dengan selang air dan nozzle untuk memadamkan kebakaran.

Baca juga: Polisi segera selidiki asal api kebakaran di Jalan Pandansari

“Jadi kalau tidak ada kejadian, hidrannya kering, tidak ada airnya,” kata Nanang.

Warga Kampung Atas Air sudah beberapa kali berlatih dengan hidran kering ini, termasuk pada Februari awal 2022, di mana seluruh pesertanya adalah para istri dan kaum perempuan di Kampung Atas Air Margasari. Pematerinya, siapa lagi kalau bukan Frans Martin.

"Ketika hidran kering sudah mulai dioperasikan, kebakaran sudah pada level api puncak dengan suhu api tinggi dan risiko yang muncul juga tinggi. Maka dari itu, pemadaman tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan APD (alat pelindung diri) demi keselamatan,” kata Frans saat itu. 

Maka, setelah sesi pemaparan materi, para ibu pun diajak langsung untuk praktik. Mereka mendapat kesempatan langsung untuk menggunakan APD berupa baju tahan panas api, helm, sarung tangan, juga sepatu safety, dan menembakkan air ke sasaran.

Melihat itu, Komandan Koramil 0905-02 Balikpapan Barat Mayor CZI M Salim menyampaikan, "Bahwasanya masyarakat adalah relawan yang harus mengerti mengenai cara berfikir dan cara bertindak yang sesuai ketika bencana. Ketika masyarakat sudah memiliki kemampuan dan keterampilan, risiko dapat dikurangi hingga 50 persen."

"Pelatihan itu sangat diperlukan untuk Kampung Siaga bencana dan juga masyarakat umum di Kampung Atas Air. Agar ketika mereka panik, masyarakat dapat panik dengan pintar dan mengerti situasi," kata Salim.

Hal kedua pelatihan itu, Pejabat Sementara Humas PT KPI Unit Balikpapan Lifania juga menyampaikan harapannya masyarakat dapat menjaga lingkungannya dengan lebih baik lagi.

“Dan khusus kepada anggota KSB yang sudah punya keterampilan, agaknya bisa berkontribusi luas dan berbagi ilmunya lebih banyak lagi,” demikian Lifania.

Baca juga: Korban tewas akibat ledakan Kilang Pertamina Balikpapan diterbangkan ke Medan

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Imam Santoso


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023