Ribuan warga adat di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Rabu menggelar ritual sedekah bumi dengan melarung aneka hasil bumi yang dikemas dalam wujud tumpeng besar ke tengah Telaga Ngebel, danau alami yang ada di kaki Gunung Wilis, untuk menyambut tahun baru Islam atau Suroan di daerah itu.
Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, ritual atau upacara adat yang dikenal dengan istilah larung sesaji itu berlangsung semarak.
Pemerintah Kabupaten Ponorogo menjadikan momentum kegiatan larung sesaji di Telaga Ngebel ini sebagai salah satu ikon utama dalam rangkaian kegiatan "Grebeg Suro", berbarengan dengan gelaran Festival Reyog Nasional yang rutin digelar setiap tahun.
Sesaji yang dilarung dalam acara tersebut merupakan hasil bumi yang dibentuk gunungan tumpeng. Total ada empat gunungan yang diarak mengelilingi Telaga Ngebel.
Salah satu gunungan utama kemudian dilarung ke tengah danau sedangkan tiga sisanya "dipurak" atau diperebutkan oleh warga.
"Hari ini larungan dimaknai sebuah doa dikemas dengan cara budaya dengan teatrikal agar kemudian semua simbol-simbol menunjukkan kita patuh kepada Gusti Allah juga kepada pendahulu kita," kata Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko dalam pidato sambutannya.
Ia menegaskan bahwa kegiatan larungan tersebut agar tidak dipersepsikan sebagai sesuatu yang "syirik" (menyekutukan Tuhan), melainkan lebih pada upaya daerah dalam menjaga dan melestarikan tradisi budaya daerah yang sudah ada dan diwariskan turun-temurun.
Selain itu, kegiatan larungan pada 1 Suro atau 1 Muharam yang menandai awal tahun baru Islam menjadi magnet yang bisa menarik wisatawan berkunjung ke Ponorogo, khususnya ke Telaga Ngebel.
"Telaga Ngebel dengan berbagai daya tariknya, sudah menjadi tugas kita memberikan ruh agar telaga Ngebel bisa lebih dikenal masyarakat luas," ujarnya.
Bupati Sugiri juga berharap kegiatan serupa pada tahun depan bisa lebih meriah, dimana setiap desa di Kecamatan Ngebel bisa membuat gunungan sesuai dengan ciri khasnya masing masing.
Dengan demikian, kata dia, akan semakin banyak wisatawan yang hadir ke Telaga Ngebel.
"Tahun depan saya minta kepada semua pihak agar larungan dibesarkan dan dimeriahkan kembali, ini keren untuk mengundang wisata, kita butuh wisata pemikat. Tahun depan harus ada gunungan durian, manggis, keripik tempe atau apapun hasil bumi dari tiap desa di Ngebel," kata Giri.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023
Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, ritual atau upacara adat yang dikenal dengan istilah larung sesaji itu berlangsung semarak.
Pemerintah Kabupaten Ponorogo menjadikan momentum kegiatan larung sesaji di Telaga Ngebel ini sebagai salah satu ikon utama dalam rangkaian kegiatan "Grebeg Suro", berbarengan dengan gelaran Festival Reyog Nasional yang rutin digelar setiap tahun.
Sesaji yang dilarung dalam acara tersebut merupakan hasil bumi yang dibentuk gunungan tumpeng. Total ada empat gunungan yang diarak mengelilingi Telaga Ngebel.
Salah satu gunungan utama kemudian dilarung ke tengah danau sedangkan tiga sisanya "dipurak" atau diperebutkan oleh warga.
"Hari ini larungan dimaknai sebuah doa dikemas dengan cara budaya dengan teatrikal agar kemudian semua simbol-simbol menunjukkan kita patuh kepada Gusti Allah juga kepada pendahulu kita," kata Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko dalam pidato sambutannya.
Ia menegaskan bahwa kegiatan larungan tersebut agar tidak dipersepsikan sebagai sesuatu yang "syirik" (menyekutukan Tuhan), melainkan lebih pada upaya daerah dalam menjaga dan melestarikan tradisi budaya daerah yang sudah ada dan diwariskan turun-temurun.
Selain itu, kegiatan larungan pada 1 Suro atau 1 Muharam yang menandai awal tahun baru Islam menjadi magnet yang bisa menarik wisatawan berkunjung ke Ponorogo, khususnya ke Telaga Ngebel.
"Telaga Ngebel dengan berbagai daya tariknya, sudah menjadi tugas kita memberikan ruh agar telaga Ngebel bisa lebih dikenal masyarakat luas," ujarnya.
Bupati Sugiri juga berharap kegiatan serupa pada tahun depan bisa lebih meriah, dimana setiap desa di Kecamatan Ngebel bisa membuat gunungan sesuai dengan ciri khasnya masing masing.
Dengan demikian, kata dia, akan semakin banyak wisatawan yang hadir ke Telaga Ngebel.
"Tahun depan saya minta kepada semua pihak agar larungan dibesarkan dan dimeriahkan kembali, ini keren untuk mengundang wisata, kita butuh wisata pemikat. Tahun depan harus ada gunungan durian, manggis, keripik tempe atau apapun hasil bumi dari tiap desa di Ngebel," kata Giri.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023