Long Duhung adalah salah satu kampung kecil di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kampung ini dihuni oleh sekitar 35 kepala keluarga Dayak Punan yang dikenal sebagai pengumpul dan peramu obat-obatan.
Mereka menganggap hutan sebagai "bank", tempat untuk mengambil dan menyimpan kekayaan. Hutan dimanfaatkan sebagai tempat berburu, meramu obat-obatan, mengumpulkan buah-buahan, dan sebagai sumber kayu untuk membuat rumah dan perahu.
Namun sejak beberapa tahun belakangan ini, warga Long Duhung mulai merasakan perubahan. Mereka semakin sulit mendapatkan binatang buruan. Iklim semakin tak menentu, hujan pun kian sulit diprediksi.
Meningkatnya serangan hama, yang menjadi salah satu penyebabkan terjadinya gagal panen merupakan persoalan lain yang dihadapi keluarga suku Dayak Punan itu.
Misak Lungui, Kepala Kampung Long Duhung nampaknya menyadari bahwa perubahan itu akan mengancam kehidupan mereka bila warga tidak melakukan aksi nyata melalui pengelolaan hutan secara yang lebih baik.
Persoalan yang dihadapi warga Long Duhung di Kecamatan Kelay, sebuah kampung kecil di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur itu mengundang keprihatinan sebuah organisasi konservasi, The Nature Conservancy (TNC)
Organisasi konservasi terkemuka yang bekerja di lebih dari 35 negara di seluruh dunia untuk melindungi darat dan perairan di mana semua kehidupan bergantung.
Di Indonesia, TNC telah bekerja dalam kemitraan konservasi selama 21 tahun untuk memajukan perlindungan dan pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya darat dan kelautan untuk kepentingan dan manfaat bagi masyarakat dan alam.
Karena itu TNC mendukung komitmen Warga Kampung Long Duhung dalam mengelola sumber daya alam (SDA) secara arif dan bijaksana untuk mengatasi tantangan global perubahan iklim.
TNC menilai apa yang dilakukan warga Long Duhung itu sebagai sebuah model peran aktif warga kampung dalam mengatasi tantangan global perubahan iklim melalui pemanfaatan lahan, pengelolaan hutan dan sumber daya alam yang lestari, dan pembangunan kampung yang ramah lingkungan.
"Gilir balik"
Berpijak dari kesadaran itu, warga Kampung Long Duhung Senin (2/12) mendeklarasikan komitmen mereka. Komitmen tersebut akan diwujudkan dalam bentuk tidak membuka ladang di atas lahan berhutan, mengembalikan kearifan lokal melalui perladangan "gilir balik" di antara 7 lahan ladang per keluarga).
Upaya lain yang dilakukan warga suku Dayak Punan itu adalah mengaktifkan kembali tim pengawas lingkungan yang akan menjaga kawasan hutan di sekitar kampung mereka, serta mengembangkan mata pencaharian yang ramah lingkungan, seperti perkebunan karet, buah-buahan dan peternakan ayam.
Komitmen warga untuk mengelola hutan dan sumber daya secara lestari untuk kesejahteraan mereka akan dilaksanakan dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Berau, TNC dan pemangku kepentingan lain.
Upaya ini merupakan bagian dari inisiatif pemerintah dalam menurunkan laju kerusakan dan penggundulan hutan dan menangani perubahan iklim melalui Program Karbon Hutan Berau (PKHB).
PKHB merupakan program kemitraan antara pemerintah nasional, Kalimantan Timur, dan Kabupaten Berau, dengan dukungan para mitra, termasuk TNC.
"Program ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana suatu kabupaten dapat melakukan pembangunan dan mempertahankan hutan pada saat bersamaan," kata Rizal Algamar, Country Director TNC Indonesia.
Organisasi konservasi yang selama 22 tahun terakhir ini telah berperan aktif dalam melindungi alam dan melestarikan kehidupan di banyak lokasi di Indonesia.
Di Kabupaten Berau, TNC telah bekerja selama lebih dari satu dasawarsa, termasuk mendampingi masyarakat di Kampung Long Duhung. Dari pendampingan itu, TNC melihat warga Kampung Long Duhung sangat bergantung dengan hutan dan sumber daya di dalamnya.
"Karena itu kualitas hutan dan kelimpahan sumber daya hutan yang menurun akan mengancam kehidupan dan kesejahteraan warga. Walaupun demikian, warga Long Duhung juga memiliki kekuatan dan aset yang dapat didayagunakan untuk mengatasi tantangan perubahan ini.
Tomy Yulianto, Community Development Manager TNC Indonesia, yang mendampingi warga Long Duhung selama ini menilai kekompakan dan kerukunan warga, lembaga adat yang masih dihormati, dan keharmonisan hubungan antara pemerintah kampung dan lembaga adat itu merupakan kekuatan atau modal luar biasa yang dapat dimanfaatkan warga.
"Kami ingin membantu mewujudkan mimpi dan harapan warga Long Duhung," kata Tomy
Misak Lungui, Kepala Kampung Long Duhung, menyampaikan mimpi dan harapan warganya untuk bisa hidup aman, nyaman dan sejahtera.
"Kami juga ingin sejahtera. Kami ingin dapat menyekolahkan anak-anak kami tetapi hutan kami juga tetap terjaga. Walaupun hutan kami sudah diserahkan kepada perusahaan, kami tetap menganggap hutan itu milik kami," kata tokoh masyarakat Long Dukung itu.
Ia mengaku telah menyusun "peraturan kampung" untuk melindungi wilayah sumber air bersih dan daerah berburu dan juga sudah menyusun peta lahan dan membuat rencana kampung.
"Kami butuh dukungan agar rencana ini dapat berjalan dengan baik, sehingga mimpi kami dapat terwujud," kata Musak Lukay penuh harap.
Melalui strategi pelibatan masyarakat dalam PKHB, TNC berharap program ini tidak hanya mendukung upaya mulia warga Kampung Long Duhung tetapi juga kampung-kampung lain di Kabupaten Berau dan di Indonesia.
"TNC mengembangkan strategi dan proses untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam mengelola hutan dan sumber daya alam secara lestari, ujar Direktur Program Terestrial TNC Indonesia Herlina Hartanto.
Long Duhung, menurut dia, merupakan salah kampung model yang didampingi TNC. Dalam hal ini TNC juga membagi pembelajaran dan alat bantu yang telah dikembangkan dengan lembaga dan kelompok swadaya masyarakat lain.
"Di Berau, kami harapkan sedikitnya 20 kampung dapat ikut terlibat nantinya. Melalui proses ini, kami mendukung PKHB dalam mewujudkan masyarakat Berau yang sejahtera di tengah sumber daya hutan dan alam yang lestari." kata Herlina.
Dengan menggunakan model-model pengelolaan sumberdaya alam yang berbasis sains, TNC memberikan solusi dalam penyusunan kebijakan dan mempengaruhi tata kerja dan kelola yang berakibat pada bertambahnya konservasi darat dan laut di Indonesia yang dikelola secara efektif.
Komitmen warga Long Duhung nampaknya menginspirasi TNC untuk membuat sebuah model peran aktif warga kampung dalam mengatasi tantangan global perubahan iklim melalui pemanfaatan lahan, pengelolaan hutan dan sumber daya alam yang lestari, dan pembangunan kampung yang ramah lingkungan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
Mereka menganggap hutan sebagai "bank", tempat untuk mengambil dan menyimpan kekayaan. Hutan dimanfaatkan sebagai tempat berburu, meramu obat-obatan, mengumpulkan buah-buahan, dan sebagai sumber kayu untuk membuat rumah dan perahu.
Namun sejak beberapa tahun belakangan ini, warga Long Duhung mulai merasakan perubahan. Mereka semakin sulit mendapatkan binatang buruan. Iklim semakin tak menentu, hujan pun kian sulit diprediksi.
Meningkatnya serangan hama, yang menjadi salah satu penyebabkan terjadinya gagal panen merupakan persoalan lain yang dihadapi keluarga suku Dayak Punan itu.
Misak Lungui, Kepala Kampung Long Duhung nampaknya menyadari bahwa perubahan itu akan mengancam kehidupan mereka bila warga tidak melakukan aksi nyata melalui pengelolaan hutan secara yang lebih baik.
Persoalan yang dihadapi warga Long Duhung di Kecamatan Kelay, sebuah kampung kecil di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur itu mengundang keprihatinan sebuah organisasi konservasi, The Nature Conservancy (TNC)
Organisasi konservasi terkemuka yang bekerja di lebih dari 35 negara di seluruh dunia untuk melindungi darat dan perairan di mana semua kehidupan bergantung.
Di Indonesia, TNC telah bekerja dalam kemitraan konservasi selama 21 tahun untuk memajukan perlindungan dan pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya darat dan kelautan untuk kepentingan dan manfaat bagi masyarakat dan alam.
Karena itu TNC mendukung komitmen Warga Kampung Long Duhung dalam mengelola sumber daya alam (SDA) secara arif dan bijaksana untuk mengatasi tantangan global perubahan iklim.
TNC menilai apa yang dilakukan warga Long Duhung itu sebagai sebuah model peran aktif warga kampung dalam mengatasi tantangan global perubahan iklim melalui pemanfaatan lahan, pengelolaan hutan dan sumber daya alam yang lestari, dan pembangunan kampung yang ramah lingkungan.
"Gilir balik"
Berpijak dari kesadaran itu, warga Kampung Long Duhung Senin (2/12) mendeklarasikan komitmen mereka. Komitmen tersebut akan diwujudkan dalam bentuk tidak membuka ladang di atas lahan berhutan, mengembalikan kearifan lokal melalui perladangan "gilir balik" di antara 7 lahan ladang per keluarga).
Upaya lain yang dilakukan warga suku Dayak Punan itu adalah mengaktifkan kembali tim pengawas lingkungan yang akan menjaga kawasan hutan di sekitar kampung mereka, serta mengembangkan mata pencaharian yang ramah lingkungan, seperti perkebunan karet, buah-buahan dan peternakan ayam.
Komitmen warga untuk mengelola hutan dan sumber daya secara lestari untuk kesejahteraan mereka akan dilaksanakan dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Berau, TNC dan pemangku kepentingan lain.
Upaya ini merupakan bagian dari inisiatif pemerintah dalam menurunkan laju kerusakan dan penggundulan hutan dan menangani perubahan iklim melalui Program Karbon Hutan Berau (PKHB).
PKHB merupakan program kemitraan antara pemerintah nasional, Kalimantan Timur, dan Kabupaten Berau, dengan dukungan para mitra, termasuk TNC.
"Program ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana suatu kabupaten dapat melakukan pembangunan dan mempertahankan hutan pada saat bersamaan," kata Rizal Algamar, Country Director TNC Indonesia.
Organisasi konservasi yang selama 22 tahun terakhir ini telah berperan aktif dalam melindungi alam dan melestarikan kehidupan di banyak lokasi di Indonesia.
Di Kabupaten Berau, TNC telah bekerja selama lebih dari satu dasawarsa, termasuk mendampingi masyarakat di Kampung Long Duhung. Dari pendampingan itu, TNC melihat warga Kampung Long Duhung sangat bergantung dengan hutan dan sumber daya di dalamnya.
"Karena itu kualitas hutan dan kelimpahan sumber daya hutan yang menurun akan mengancam kehidupan dan kesejahteraan warga. Walaupun demikian, warga Long Duhung juga memiliki kekuatan dan aset yang dapat didayagunakan untuk mengatasi tantangan perubahan ini.
Tomy Yulianto, Community Development Manager TNC Indonesia, yang mendampingi warga Long Duhung selama ini menilai kekompakan dan kerukunan warga, lembaga adat yang masih dihormati, dan keharmonisan hubungan antara pemerintah kampung dan lembaga adat itu merupakan kekuatan atau modal luar biasa yang dapat dimanfaatkan warga.
"Kami ingin membantu mewujudkan mimpi dan harapan warga Long Duhung," kata Tomy
Misak Lungui, Kepala Kampung Long Duhung, menyampaikan mimpi dan harapan warganya untuk bisa hidup aman, nyaman dan sejahtera.
"Kami juga ingin sejahtera. Kami ingin dapat menyekolahkan anak-anak kami tetapi hutan kami juga tetap terjaga. Walaupun hutan kami sudah diserahkan kepada perusahaan, kami tetap menganggap hutan itu milik kami," kata tokoh masyarakat Long Dukung itu.
Ia mengaku telah menyusun "peraturan kampung" untuk melindungi wilayah sumber air bersih dan daerah berburu dan juga sudah menyusun peta lahan dan membuat rencana kampung.
"Kami butuh dukungan agar rencana ini dapat berjalan dengan baik, sehingga mimpi kami dapat terwujud," kata Musak Lukay penuh harap.
Melalui strategi pelibatan masyarakat dalam PKHB, TNC berharap program ini tidak hanya mendukung upaya mulia warga Kampung Long Duhung tetapi juga kampung-kampung lain di Kabupaten Berau dan di Indonesia.
"TNC mengembangkan strategi dan proses untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam mengelola hutan dan sumber daya alam secara lestari, ujar Direktur Program Terestrial TNC Indonesia Herlina Hartanto.
Long Duhung, menurut dia, merupakan salah kampung model yang didampingi TNC. Dalam hal ini TNC juga membagi pembelajaran dan alat bantu yang telah dikembangkan dengan lembaga dan kelompok swadaya masyarakat lain.
"Di Berau, kami harapkan sedikitnya 20 kampung dapat ikut terlibat nantinya. Melalui proses ini, kami mendukung PKHB dalam mewujudkan masyarakat Berau yang sejahtera di tengah sumber daya hutan dan alam yang lestari." kata Herlina.
Dengan menggunakan model-model pengelolaan sumberdaya alam yang berbasis sains, TNC memberikan solusi dalam penyusunan kebijakan dan mempengaruhi tata kerja dan kelola yang berakibat pada bertambahnya konservasi darat dan laut di Indonesia yang dikelola secara efektif.
Komitmen warga Long Duhung nampaknya menginspirasi TNC untuk membuat sebuah model peran aktif warga kampung dalam mengatasi tantangan global perubahan iklim melalui pemanfaatan lahan, pengelolaan hutan dan sumber daya alam yang lestari, dan pembangunan kampung yang ramah lingkungan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013