BKKBN Provinsi Kalimantan Timur melalui Penyuluh KB di Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, hingga kini terus menangani 44 bayi usia di bawah dua tahun (baduta) yang mengalami stunting..
"Sesuai dengan komitmen Presiden Joko Widodo bahwa target stunting pada 2024 turun menjadi 14 persen yang saat ini masih 21,6 persen, maka kami terus melakukan berbagai kegiatan untuk membantu menurunkan," ujar Penyuluh KB Ahli Muda Kecamatan Sebatik Kaharuddin dihubungi dari Samarinda, Senin.
Di Kecamatan Sebatik, terdapat tiga desa yang memiliki banyak baduta stunting, yakni totalnya ada 44 anak, rinciannya adalah di Desa Sungai Manurung ada 14 anak, Desa Tanjung Karang 17 anak, dan Desa Balansiku sebanyak 13 anak.
Berbagai penanganan dalam upaya membuat baduta stunting menjadi normal antara lain dengan memberikan makanan tambahan penuh gizi baik untuk baduta maupun untuk ibu menyusui, kemudian memberikan pemahaman bagi kaum ibu melalui "Isi Piringku".
Pemahaman mengenai Isi Piringku merupakan langkah mendidik kaum ibu apa yang harus dipenuhi dalam piring, baik isi piring yang akan dikonsumsi bagi anak maupun bagi ibu menyusui agar air susu mengandung banyak gizi bagi anak.
Secara umum, katanya, makanan yang dihidangkan dalam piring atau isi piring merupakan satu porsi makan yang terdiri dari 50 persen buah, sayur, dan 50 persen lagi terdiri dari karbohidrat dan protein, sehingga hal ini secara perlahan diharapkan mampu membuat baduta bisa tumbuh normal.
"Giat Isi Piringku ini digelar melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, yakni dengan pendamping desa karena untuk pengadaan Isi Piringku dari Dana Desa, kemudian dengan Puskesmas Sungai Tewan, dengan kader PKK tingkat desa dan kecamatan, serta dengan Penyuluh KB," katanya.
Kegiatan Isi Piringku ini dilakukan dengan menyasar keluarga yang memiliki baduta, karena masih masuk dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yakni kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin saat kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari).
"Ketika ada bayi yang ketahuan stunting, maka masih ada harapan untuk perbaikan hingga anak usia 2 tahun, makanya giat ini yang disasar adalah baduta. Kegiatan semacam ini akan terus kami lanjutkan hingga beberapa tahun ke depan, karena selain untuk penanganan stunting, giat ini juga terkait dengan kesehatan, sanitasi, dan lainnya," kata Kahar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023
"Sesuai dengan komitmen Presiden Joko Widodo bahwa target stunting pada 2024 turun menjadi 14 persen yang saat ini masih 21,6 persen, maka kami terus melakukan berbagai kegiatan untuk membantu menurunkan," ujar Penyuluh KB Ahli Muda Kecamatan Sebatik Kaharuddin dihubungi dari Samarinda, Senin.
Di Kecamatan Sebatik, terdapat tiga desa yang memiliki banyak baduta stunting, yakni totalnya ada 44 anak, rinciannya adalah di Desa Sungai Manurung ada 14 anak, Desa Tanjung Karang 17 anak, dan Desa Balansiku sebanyak 13 anak.
Berbagai penanganan dalam upaya membuat baduta stunting menjadi normal antara lain dengan memberikan makanan tambahan penuh gizi baik untuk baduta maupun untuk ibu menyusui, kemudian memberikan pemahaman bagi kaum ibu melalui "Isi Piringku".
Pemahaman mengenai Isi Piringku merupakan langkah mendidik kaum ibu apa yang harus dipenuhi dalam piring, baik isi piring yang akan dikonsumsi bagi anak maupun bagi ibu menyusui agar air susu mengandung banyak gizi bagi anak.
Secara umum, katanya, makanan yang dihidangkan dalam piring atau isi piring merupakan satu porsi makan yang terdiri dari 50 persen buah, sayur, dan 50 persen lagi terdiri dari karbohidrat dan protein, sehingga hal ini secara perlahan diharapkan mampu membuat baduta bisa tumbuh normal.
"Giat Isi Piringku ini digelar melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, yakni dengan pendamping desa karena untuk pengadaan Isi Piringku dari Dana Desa, kemudian dengan Puskesmas Sungai Tewan, dengan kader PKK tingkat desa dan kecamatan, serta dengan Penyuluh KB," katanya.
Kegiatan Isi Piringku ini dilakukan dengan menyasar keluarga yang memiliki baduta, karena masih masuk dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yakni kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin saat kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari).
"Ketika ada bayi yang ketahuan stunting, maka masih ada harapan untuk perbaikan hingga anak usia 2 tahun, makanya giat ini yang disasar adalah baduta. Kegiatan semacam ini akan terus kami lanjutkan hingga beberapa tahun ke depan, karena selain untuk penanganan stunting, giat ini juga terkait dengan kesehatan, sanitasi, dan lainnya," kata Kahar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023