Penajam (ANTARA Kaltim) - Diperkiran ada sekitar 300 hektare lahan pertanian di Kabupaten Penajam Paser Utara beralih fungsi menjadi perkebunan kelaa sawit.
Kabid Pertanian, Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan (DP3K) Kabupaten Penajam Paser Utara, Misran Hariadi, Sabtu mengatakan, setiap tahun lahan pertanian di daerah itu terus berkurang, karena adanya alih fungsi lahan menjadi kebun kelapa sawit yang dilakukan para pemilik lahan.
DP3K Kabupaten Penajam Paser Utara kata Misran Hariadi sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegah para petani melakukan alih fungsi lahan termasuk dengan menggelar sosialisasi.
“Tapi kami tidak bisa memaksakan petani untuk tidak melakukan alih fungsi lahan. Nanti alasannya, itu lahan kami, beli bibit juga kami. Jadi kami hanya berusaha agar petani tidak melakukan alih fungsi lahan,†jelasnya.
Alasan para petani untuk melakukan alih fungsi lahan menurut Misran karena areal persawahan tidak dapat berproduksi secara maksimal.
"Harapan mereka untuk melakukan panen dua kali setahun, tidak bisa dilaksanakan, disebabkan terkendala irigasi. Padahal, tanaman padi dan kelapa sawit memiliki keunggulan masing-masing, bahkan bila dalam satu hektare sawah dalam setahun mampu menghasilan Rp18 juta, begitu juga dengan kelapa sawit. Tapi kalau tanam kelapa sawit resiko kerugian kecil dibandingkan dengan tanaman padi,†ucapnya.
Namun Misran mengaku khawatir, jika para petani melakukan alih fungsi lahan, maka Indonesia termasuk Penajam Paser Utara terancam kekurangan pangan.
"Kamis tidak mengharapkan nanti Penajam Paser Utara tidak lagi menjadi wilayah swasembada pangan sehingga harus mendatangkan dari luar," katanya.
Selain itu tambah Misran, alih fungsi lahan juga menjadi pemicu serangan hama tikus.
"Karena tikus biasanya menjadikan kelapa sawit sebagai sarang, bahkan menurut pantauan, 50 persen sarang tikus berada di dekat kebun kelapa sawit. Alih fungsi lahan ini banyak terjadi di Kecamatan Babulu, Waru dan Penajam,†ungkapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
Kabid Pertanian, Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan (DP3K) Kabupaten Penajam Paser Utara, Misran Hariadi, Sabtu mengatakan, setiap tahun lahan pertanian di daerah itu terus berkurang, karena adanya alih fungsi lahan menjadi kebun kelapa sawit yang dilakukan para pemilik lahan.
DP3K Kabupaten Penajam Paser Utara kata Misran Hariadi sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegah para petani melakukan alih fungsi lahan termasuk dengan menggelar sosialisasi.
“Tapi kami tidak bisa memaksakan petani untuk tidak melakukan alih fungsi lahan. Nanti alasannya, itu lahan kami, beli bibit juga kami. Jadi kami hanya berusaha agar petani tidak melakukan alih fungsi lahan,†jelasnya.
Alasan para petani untuk melakukan alih fungsi lahan menurut Misran karena areal persawahan tidak dapat berproduksi secara maksimal.
"Harapan mereka untuk melakukan panen dua kali setahun, tidak bisa dilaksanakan, disebabkan terkendala irigasi. Padahal, tanaman padi dan kelapa sawit memiliki keunggulan masing-masing, bahkan bila dalam satu hektare sawah dalam setahun mampu menghasilan Rp18 juta, begitu juga dengan kelapa sawit. Tapi kalau tanam kelapa sawit resiko kerugian kecil dibandingkan dengan tanaman padi,†ucapnya.
Namun Misran mengaku khawatir, jika para petani melakukan alih fungsi lahan, maka Indonesia termasuk Penajam Paser Utara terancam kekurangan pangan.
"Kamis tidak mengharapkan nanti Penajam Paser Utara tidak lagi menjadi wilayah swasembada pangan sehingga harus mendatangkan dari luar," katanya.
Selain itu tambah Misran, alih fungsi lahan juga menjadi pemicu serangan hama tikus.
"Karena tikus biasanya menjadikan kelapa sawit sebagai sarang, bahkan menurut pantauan, 50 persen sarang tikus berada di dekat kebun kelapa sawit. Alih fungsi lahan ini banyak terjadi di Kecamatan Babulu, Waru dan Penajam,†ungkapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013