Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pemerintah RI mewacanakan swasembada daging sapi dan kerbau pada 2014 yang melibatkan semua provinsi termasuk Kalimantan Timur, tetapi melihat data dan fakta populasi ternak yang ada saat ini, maka target itu sulit dicapai.

Menteri Pertanian Suswono mengakui bahwa wacana swasembada daging sapi yang dicanangkan pada pada 2011 lalu itu sulit diwujudkan, pasalnya dari studi Universitas Indonesia (UI), total kebutuhan daging 2013 sebanyak 600 ribu ton, sedangkan realisasinya pada tahun yang sama hanya 549 ribu ton.

Guna meningkatkan populasi sapi, maka pemerintah akan mengoptimalkan integrasi sapi-sawit, yakni pengembangan peternakan sapi yang dikembangkan di lahan perkebunan sawit.

Di Provinsi Kaltim tampaknya sama dengan yang terjadi secara nasional, apalagi tingkat konsumsi daging bagi masyarakatnya cukup tinggi, bahkan untuk warga Samarinda saja tingkat konsumsinya termasuk yang tertinggi di Indonesia.

Hanya saja tingginya tingkat konsumsi itu tidak dibarengi dengan jumlah populasi sapi bagi peternak lokal, sehingga mau tidak mau harus mendatangkan ternak dari luar daerah baik dari Jawa, Nusa Tenggara Barat, maupun dari Sulawesi.

Populasi sapi di Kaltim termasuk di Kalimantan Utara (Kaltara), sebuah provinsi baru pemekaran dari Kaltim, jumlah sapinya mengalami peningkatan sebanyak 8.149 ekor, yakni dari 108.648 ekor pada 2012 naik menjadi 116.797 ekor sapi pada 2013, tetapi meningkatnya populasi itu masih jauh dari kecukupan pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat.

Menurut Kepala Dinas Peternakan Kalimantan Timur (Kaltim) Dadang Sudarya, jumlah sapi sebanyak itu antara lain tersebar di sejumlah peternak perorangan maupun peternak kelompok di Kabupaten Kutai Kartanegara yang mencapai 25.467 ekor.

Kemudian sapi yang tersebar di sejumlah kelompok ternak di Kabupaten Kutai Timur sebanyak 15.983 ekor dan di Kabupaten Paser terdapat 15.398 ekor.

Selanjutnya sapi yang tersebar di Kabupaten Penajam Paser Utara sebanyak 10.879 ekor, Kabupaten Berau terdapat 9.763 ekor, Kabupaten Kutai Barat sebanyak 6.999 ekor, dan di Kabupaten Nunukan terdapat 7.102 ekor.

Kemudian sapi yang dipelihara oleh peternak di Kota Samarinda sebanyak 3.671 ekor, di Kabupaten Bulungan terdapat 5.387 ekor, dan di Kabupaten Malinau sebanyak 1.814 ekor.

Untuk Kota Tarakan terdapat 1.683 ekor, Kota Balikpapan terdapat 2.944 ekor, di Kabupaten Tana Tidung sebanyak 934 ekor, dan di Kota Bontang sebanyak 624 ekor sapi.

Dalam pengembangan populasi ternak sapi di Kaltim saat ini, hal yang paling dominan adalah tingginya tingkat konsumsi masyarakat terhadap daging sapi, sehingga pemerintah daerah masih harus mendatangkan sapi potong dari daerah lain.

Setiap tahun, katanya, konsumsi daging sapi oleh masyarakat Kaltim dan Kaltara selalu meningkat. Hal ini juga mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat yang terus naik.

Dinas Peternakan Kaltim bersama instansi terkait di kabupaten dan kota terus berupaya meningkatkan populasi sapi, agar ke depan Kaltim tidak perlu mendatangkan sapi dari daerah lain karena sudah mampu swasembada daging.

Cara yang dilakukan untuk meningkatkan populasi sapi di antaranya dengan menambah sapi bibit untuk para peternak, meningkatkan pelayanan kesehatan hewan khususnya untuk menurunkan angka kematian sapi hingga 1,5 persen karena saat ini masih 2 persen.

Pihaknya juga terus mengoptimalkan pelayanan kesehatan hewan ternak melalui para penyuluh dan petugas kesehatan hewan (keswan) di lapangan. Hal ini diharapkan agar angka kelahiran ternak meningkat dari 19 persen menjadi 21 persen per tahun

Cara lain yang terus dilakukan adalah memberikan bantuan ratusan ekor sapi potong, sapi bibit, sapi penjantan kepada peternak, termasuk mengoptimalkan inseminasi buatan (kawin suntik), dan melakukan pencegahan serta pemberantasan penyakit ternak.

Pemprov Kaltim terus mendukung usaha pengembangan peternakan sapi karena usaha tersebut sangat menjanjikan untuk peningkatan ekonomi masyarakat, sehingga diharapkan ke depan tidak hanya swasembada, tetapi juga bisa memenuhi permintaan dari daerah lain, bahkan negara lain.

Menurut dia, upaya mendorong masyarakat beternak sapi terus dilakukan dengan program unggulan dan prioritas, yakni revitalisasi peternakan dengan program integrasi sapi-sawit juga program integrasi sapi dengan tanaman pertanian lainnya.

Dalam upaya pengembangan ternak, pihaknya memiliki visi, yakni mewujudkan agribisnis peternakan yang berdaya saing dan berkelanjutan, guna menuju masyarakat yang sejahtera.

Untuk pencapaian daging ayam, Kaltim sudah berhasil swasembada daging ayam dengan produksi 35 juta ekor ayam potong per tahun. Produksi tersebut melebihi kebutuhan sekitar 17,5 juta ekor ayam potong per tahun.

Sedangkan untuk daging sapi, tingkat konsumsi masyarakat tiap tahun terus meningkat, hal ini juga dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk sekitar 2,99-3,01 persen per tahun, termasuk pengaruh perekonomian masyarakat yang membaik.

Terkait dengan program pemerintah menuju swasembada daging 2014, merupakan program lanjutan sebelumnya, yakni swasembada daging 2005 dan program percepatan swasembada daging sapi 2010.

Kedua program tersebut dianggap gagal karena dalam dua tahap tersebut tidak mampu mencapai swasembada daging. Kemudian program swasembada daging 2014 juga dimunkinkan bakal gagal lagi.

Saat ini, peternak lokal di Kaltim hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi daging warga setempat kurang dari 30 persen, yakni dari kebutuhan sekitar 50.000 ekor sapi per tahun, jumlah yang dipenuhi baru sekitar 12.000 ekor sapi yang bisa dipotong.

Sedangkan total jumlah sapi di Kaltim sebanyak 116.797 ekor. Jumlah tersebut tidak boleh dipotong semua tetapi hanya boleh dipotong 10 persen, pasalnya selebihnya untuk menambah populasi, seperti sapi betina produktif atau yang sedang bunting yang harus melahirkan generasi baru.



Bantu Ratusan Ekor Sapi

Guna mencapai swasembada daging pada tahun-tahun mendatang, Pemerintah RI bersama Pemerintah Provinsi Kaltim melakukan berbagai kegiatan, seperti memberikan bantuan sapi potong bagi kelompok ternak menggunakan dana APBN 2013 sebesar Rp7,295 miliar.

Anggaran dari Dirjen Peternakan dan Keswan itu disebar bagi 25 kelompok ternak di delapan kabupaten dan kota di Kaltim.

Rinciannya adalah untuk dua kelompok ternak di Kabupaten Berau sebanyak 36 ekor sapi. Masing-masing kelompok mendapat bantuan sebesar Rp291 juta sehingga total dana yang digulirkan mencapai Rp582 juta.

Kemudian untuk dua kelompok ternak di Kabupaten Bulungan dengan sapi yang dikembangkan sebanyak 36 ekor. Masing-masing kelompok mendapat bantuan sebesar Rp290 juta sehingga total dana yang digulirkan mencapai Rp581 juta.

Di Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat dua kelompok yang mendapat bantuan dengan jumlah sapi potong yang dikembangkan sebanyak 37 ekor.

Masing-masing kawasan kelompok ternak di Kutai Kartanegara itu mendapat bantuan sebesar Rp291 juta sehingga total dana yang digulirkan mencapai Rp582 juta.

Selanjutnya bantuan untuk dua kelompok ternak di Kabupaten Kutai Timur sebanyak 37 ekor. Masing-masing kelompok mendapat bantuan sebesar Rp291,6 juta sehingga total dana yang digulirkan mencapai Rp583 juta.

Untuk lima kelompok ternak di Kabupaten Paser mendapat pengembangan sapi potong sebanyak 38 ekor.

Masing-masing kelompok ternak mendapat bantuan sebesar Rp292 juta sehingga total dana yang digulirkan untuk peternak di Paser mencapai Rp1,460 miliar.

Di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) juga terdapat lima kelompok ternak yang mendapat bantuan. Jumlah sapi potong yang dikembangkan di kawasan itu sebanyak 38 ekor.

Masing-masing kelompok ternak di PPU mendapat bantuan sebesar Rp292 juta sehingga total dana yang digulirkan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan mencapai Rp1,461 miliar.

Kemudian bantuan untuk lima kelompok ternak di Kota Balikpapan dengan total sapi yang dikembangkan sebanyak 39 ekor.

Masing-masing kelompok mendapat bantuan pengembangan sebesar Rp291,6 juta sehingga total dana yang digulirkan mencapai Rp1,458 miliar.

Penerima bantuan yang terakhir adalah dua kelompok ternak yang berada di Kota Samarinda. jumlah sapi potong yang dikembangkan mencapai 38 ekor.

Setiap kelompok ternak mendapat bantuan sebesar Rp292,8 juta sehingga total dana yang digulirkan untuk dua kawasan sapi potong itu mencapai Rp585,6 juta.

Hal lain yang dilakukan untuk pengembangan ternak adalah dengan menggalakkan program Vilage Breeding Center (VBC) atau pusat penguatan ternak di kawasan perdesaan berupa sapi dan kerbau, di antaranya untuk peternak di Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 70 ekor.

Menurut Dadang, pengembangan VBC kerbau dan sapi ini untuk tahap awal dikonsentrasikan dulu pada dua kelompok petani ternak di Kutai Kartanegara, sedangkan untuk tahap selanjutnya secara bertahap akan dikembangkan ke daerah lain.

Rincian dari 70 ekor itu adalah untuk satu kelompok petani ternak berupa VBC sapi sebanyak 40 ekor, sedangkan anggaran yang dialokasikan dari APBD Kaltim 2013 senilai Rp308 juta.

Kemudian untuk satu kelompok petani ternak lagi berupa pengembangan VBC kerbau sebanyak 30 ekor. Anggaran yang dialokasikan dari APBD Kaltim 2013 untuk pengadaan 30 ekor kerbau itu senilai Rp255 juta.

Menurut Dadang, VBC adalah suatu kawasan pengembangan peternakan berbasis pada usaha pembibitan ternak rakyat, yakni petani yang tergabung dalam kelompok peternak pembibit.

Apabila pengembangan VBC ini berhasil, maka ke depan para peternak terutama mereka yang usaha melakukan penggemukkan sapi maupun kerbau, maka tidak perlu mencari bibit ternak jauh-jauh, yakni cukup dilayani oleh peternak lokal yang telah berhasil mengembangkan VBC. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013