Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Timur menyiapkan dokumen riset rencana induk pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), sebagai acuan agar kegiatan penelitian dan pengembangan di tahun-tahun mendatang lebih terarah.
"Riset tentang rencana induk pemajuan Iptek ini disusun para peneliti Balitbangda Kaltim pada 2022 dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif," ujar Kepala Balitbangda Provinsi Kaltim, Fitriansyah di Samarinda, Kamis.
Pendekatan deskriptif-kualitatif dilakukan dengan menyajikan sejumlah data yang menjelaskan permasalahan sekaligus kebutuhan kegiatan penelitian dan pengembangan (kelitbangan) di Kaltim, sebagai dasar merumuskan pedoman kerja kelitbangan.
Ia mengatakan, alur pikir dari riset untuk penyusunan dokumen tersebut berawal dari evaluasi rencana strategis Balitbangda Kaltim 2018-2022, kemudian pemetaan capaian akhir RPJMD 2018-2022 dan kajian target RPJMD 2018-2022.
Kemudian dilanjutkan dengan penentuan celah antara capaian akhir dan target RPJMD, identifikasi permasalahan dan kebutuhan guna merumuskan arah kebijakan kelitbangan, sehingga dari sini muncullah dokumen rencana induk kelitbangan dan rencana induk pemajuan Iptek.
Dokumen ini disusun untuk pengelolaan sumber daya di Kaltim ke depan, seperti sumber daya alam yang meliputi minyak bumi, gas bumi, baru bara, kehutanan, perkebunan, dan perikanan.
Sementara potensi sumber daya Iptek di Kaltim antara lain periset Balitbangda Kaltim ada 14 orang, periset kabupaten/kota ada 53 orang, periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Kaltim ada 40 orang.
Selanjutnya adalah jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta ada 53, kemudian terdapat 1.955 dosen di perguruan tinggi negeri, dan ada 2.291 dosen di perguruan tinggi swasta.
Sementara itu, peneliti dari Balitbangda Kaltim Yuli Fitrianto menambahkan, dalam dokumen yang disusun tersebut berisi tentang sembilan tantangan pembangunan di Kaltim ke depan, yakni meliputi rendahnya mobilitas sosial, kurangnya daya saing SDM.
Kemudian masih kurang meratanya persebaran penduduk, kurang optimalnya transformasi ekonomi/industrialisasi, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, ketahanan pangan, kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam, ketahanan energi, dan ekonomi berbasis oligarki.
"Dokumen hasil riset ini disusun demi untuk kemajuan Kaltim, makanya ke depan, riset yang kami lakukan harus dapat menjawab sembilan permasalahan tersebut, karena dokumen ini menjadi acuan untuk melakukan riset lanjutan," ucap Yuli.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022
"Riset tentang rencana induk pemajuan Iptek ini disusun para peneliti Balitbangda Kaltim pada 2022 dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif," ujar Kepala Balitbangda Provinsi Kaltim, Fitriansyah di Samarinda, Kamis.
Pendekatan deskriptif-kualitatif dilakukan dengan menyajikan sejumlah data yang menjelaskan permasalahan sekaligus kebutuhan kegiatan penelitian dan pengembangan (kelitbangan) di Kaltim, sebagai dasar merumuskan pedoman kerja kelitbangan.
Ia mengatakan, alur pikir dari riset untuk penyusunan dokumen tersebut berawal dari evaluasi rencana strategis Balitbangda Kaltim 2018-2022, kemudian pemetaan capaian akhir RPJMD 2018-2022 dan kajian target RPJMD 2018-2022.
Kemudian dilanjutkan dengan penentuan celah antara capaian akhir dan target RPJMD, identifikasi permasalahan dan kebutuhan guna merumuskan arah kebijakan kelitbangan, sehingga dari sini muncullah dokumen rencana induk kelitbangan dan rencana induk pemajuan Iptek.
Dokumen ini disusun untuk pengelolaan sumber daya di Kaltim ke depan, seperti sumber daya alam yang meliputi minyak bumi, gas bumi, baru bara, kehutanan, perkebunan, dan perikanan.
Sementara potensi sumber daya Iptek di Kaltim antara lain periset Balitbangda Kaltim ada 14 orang, periset kabupaten/kota ada 53 orang, periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Kaltim ada 40 orang.
Selanjutnya adalah jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta ada 53, kemudian terdapat 1.955 dosen di perguruan tinggi negeri, dan ada 2.291 dosen di perguruan tinggi swasta.
Sementara itu, peneliti dari Balitbangda Kaltim Yuli Fitrianto menambahkan, dalam dokumen yang disusun tersebut berisi tentang sembilan tantangan pembangunan di Kaltim ke depan, yakni meliputi rendahnya mobilitas sosial, kurangnya daya saing SDM.
Kemudian masih kurang meratanya persebaran penduduk, kurang optimalnya transformasi ekonomi/industrialisasi, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, ketahanan pangan, kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam, ketahanan energi, dan ekonomi berbasis oligarki.
"Dokumen hasil riset ini disusun demi untuk kemajuan Kaltim, makanya ke depan, riset yang kami lakukan harus dapat menjawab sembilan permasalahan tersebut, karena dokumen ini menjadi acuan untuk melakukan riset lanjutan," ucap Yuli.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022