Samarinda (ANTARA Kaltim) - Populasi sapi di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Utara (Kaltara) mengalami peningkatan sebanyak 8.149 ekor, yakni dari 108.648 ekor pada 2012 naik menjadi 116.797 ekor sapi pada 2013.

"Jumlah sapi sebanyak itu antara lain tersebar di sejumlah peternak perorangan maupun peternak kelompok di Kabupaten Kutai Kartanegara yang mencapai 25.467 ekor," ucap Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kaltim H Dadang Sudarya di Samarinda, Sabtu.

Kemudian sapi yang tersebar di sejumlah kelompok ternak di Kabupaten Kutai Timur sebanyak 15.983 ekor dan di Kabupaten Paser terdapat 15.398 ekor.

Selanjutnya sapi yang tersebar di Kabupaten Penajam Paser Utara sebanyak 10.879 ekor, Kabupaten Berau terdapat 9.763 ekor, Kabupaten Kutai Barat sebanyak 6.999 ekor, dan di Kabupaten Nunukan terdapat 7.102 ekor.

Kemudian sapi yang dipelihara oleh peternak di Kota Samarinda sebanyak 3.671 ekor, di Kabupaten Bulungan terdapat 5.387 ekor, dan di Kabupaten Malinau sebanyak 1.814 ekor.

Untuk Kota Tarakan terdapat 1.683 ekor, Kota Balikpapan terdapat 2.944 ekor, di Kabupaten Tana Tidung sebanyak 934 ekor, dan di Kota Bontang sebanyak 624 ekor sapi.

Menurutnya, dalam pengembangan populasi ternak sapi di Kaltim saat ini, hal yang paling dominan adalah tingginya tingkat konsumsi masyarakat terhadap daging sapi, sehingga pemerintah daerah masih harus mendatangkan sapi potong dari daerah lain.

Setiap tahun, katanya, konsumsi daging sapi oleh masyarakat Kaltim dan Kaltara selalu meningkat. Hal ini juga mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat yang terus naik.

Terkait dengan itu, maka Dinas Peternakan Kaltim bersama instansi terkait di kabupaten dan kota terus berupaya meningkatkan populasi sapi, agar ke depan Kaltim tidak perlu mendatangkan sapi dari daerah atau negara lain karena sudah mampu swasembada daging.

Cara yang dilakukan untuk meningkatkan populasi sapi di antaranya dengan menambah sapi bibit untuk para peternak, meningkatan pelayanan kesehatan hewan, khususnya untuk menurunkan angka kematian sapi hingga 1,5 persen karena saat ini masih 2 persen.

"Kami juga terus mengoptimalkan pelayanan kesehatan hewan ternak melalui para penyuluh dan petugas kesehatan hewan (keswan) di lapangan. Hal ini diharapkan agar angka kelahiran ternak meningkat dari 19 persen menjadi 21 persen per tahun," ujar Dadang. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013