Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur memasang geomembran (terpal) dan mengebut penanaman pohon di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Benowo guna mencegah bau dari sampah tersebut menjelang penyelenggaraan Piala Dunia U-20 yang kondisinya akan diinspeksi oleh FIFA.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkot Surabaya Agus Hebi Djuniantoro di Surabaya, Selasa, mengatakan, bau itu berasal dari fermentasi sampah yang ada di tempat tersebut. Fermentasi itu menimbulkan gas metan dan sulfur, sehingga menyebabkan bau kurang sedap.
"Supaya tidak bau, maka kami melakukan berbagai hal supaya nanti pada waktu penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tidak tersebar bau sampah," kata Hebi.
Berbagai hal yang dimaksud tersebut di antaranya pertama, DLH meminta pengelola PLTSa Benowo untuk menutup tumpukan sampah itu dengan geomembran, supaya gas yang ditimbulkan oleh sampah itu tidak keluar menyebar.
Menurut Hebi, selama ini tumpukan sampah itu memang sudah ditutup geomembran, namun sudah ada yang sobek, makanya saat ini dipasangi lagi dan ditutup semuanya. Sampai sekarang pengerjaan pemasangan geomembran baru itu sudah lebih dari 50 persen.
"Kami kebut dan targetkan awal September sudah harus selesai, tertutup semuanya. Karena nanti akan ada inspeksi dari FIFA untuk mengecek hasil pengerjaan ini. Apalagi, kalau ditutup semuanya kan juga lebih cantik secara estetika-nya," ujar dia.
Kedua, lanjut dia, pihaknya juga meminta penambahan methane capture. Jadi, kata Hebi, di TPA itu ada pipa-pipa atau blower yang dipasang di bawah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo yang bernama methane capture.
Alat tersebut yang kemudian menangkap gas metan dari sampah-sampah itu lalu diolah pada generator, hingga akhirnya bisa menjadi energi listrik. "Methane capture itulah yang kami minta untuk ditambah supaya lebih efektif lagi menangkap gas metan," ujar dia.
Ketiga, sampah-sampah yang baru datang atau sampah harian, diminta untuk disemprot terlebih dahulu oleh bakteri mikroorganisme untuk menyerap bau-bau yang ditimbulkan dari sampah baru tersebut.
"Jadi, ketika baru sampai di TPA langsung kita semprot bakteri mikroorganisme, sehingga baunya tidak terlalu menyengat," kata dia.
Sedangkan keempat, DLH Surabaya terus memperbanyak penanaman pohon di sekeliling kawasan TPA. Green belt atau sabuk hijau itu ditanami berbagai macam pohon, mulai dari pohon bambu dan pohon besar lainnya.
Penanamannya pun dibuat bertingkat, sehingga pepohonan itu nantinya akan berbentuk tangga-tangga, dan sampah yang ada di TPA itu tidak akan terlihat dari jalan raya yang baru dibangun.
"Penanaman pohon itu sudah kami kebut sejak bulan lalu, dan saat ini sudah ada lebih dari 3.500 pohon yang kami tanam. Pohonnya pun bermacam-macam, sehingga nanti di kawasan TPA itu akan terlihat hijau, dan bukan lagi tumpukan sampah," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemkot Surabaya kebut penanaman pohon menjelang Piala Dunia U-20
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkot Surabaya Agus Hebi Djuniantoro di Surabaya, Selasa, mengatakan, bau itu berasal dari fermentasi sampah yang ada di tempat tersebut. Fermentasi itu menimbulkan gas metan dan sulfur, sehingga menyebabkan bau kurang sedap.
"Supaya tidak bau, maka kami melakukan berbagai hal supaya nanti pada waktu penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tidak tersebar bau sampah," kata Hebi.
Berbagai hal yang dimaksud tersebut di antaranya pertama, DLH meminta pengelola PLTSa Benowo untuk menutup tumpukan sampah itu dengan geomembran, supaya gas yang ditimbulkan oleh sampah itu tidak keluar menyebar.
Menurut Hebi, selama ini tumpukan sampah itu memang sudah ditutup geomembran, namun sudah ada yang sobek, makanya saat ini dipasangi lagi dan ditutup semuanya. Sampai sekarang pengerjaan pemasangan geomembran baru itu sudah lebih dari 50 persen.
"Kami kebut dan targetkan awal September sudah harus selesai, tertutup semuanya. Karena nanti akan ada inspeksi dari FIFA untuk mengecek hasil pengerjaan ini. Apalagi, kalau ditutup semuanya kan juga lebih cantik secara estetika-nya," ujar dia.
Kedua, lanjut dia, pihaknya juga meminta penambahan methane capture. Jadi, kata Hebi, di TPA itu ada pipa-pipa atau blower yang dipasang di bawah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo yang bernama methane capture.
Alat tersebut yang kemudian menangkap gas metan dari sampah-sampah itu lalu diolah pada generator, hingga akhirnya bisa menjadi energi listrik. "Methane capture itulah yang kami minta untuk ditambah supaya lebih efektif lagi menangkap gas metan," ujar dia.
Ketiga, sampah-sampah yang baru datang atau sampah harian, diminta untuk disemprot terlebih dahulu oleh bakteri mikroorganisme untuk menyerap bau-bau yang ditimbulkan dari sampah baru tersebut.
"Jadi, ketika baru sampai di TPA langsung kita semprot bakteri mikroorganisme, sehingga baunya tidak terlalu menyengat," kata dia.
Sedangkan keempat, DLH Surabaya terus memperbanyak penanaman pohon di sekeliling kawasan TPA. Green belt atau sabuk hijau itu ditanami berbagai macam pohon, mulai dari pohon bambu dan pohon besar lainnya.
Penanamannya pun dibuat bertingkat, sehingga pepohonan itu nantinya akan berbentuk tangga-tangga, dan sampah yang ada di TPA itu tidak akan terlihat dari jalan raya yang baru dibangun.
"Penanaman pohon itu sudah kami kebut sejak bulan lalu, dan saat ini sudah ada lebih dari 3.500 pohon yang kami tanam. Pohonnya pun bermacam-macam, sehingga nanti di kawasan TPA itu akan terlihat hijau, dan bukan lagi tumpukan sampah," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemkot Surabaya kebut penanaman pohon menjelang Piala Dunia U-20
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022