Samarinda(ANTARA Kaltim)- Dengan kondisi geografis yang unik didominasi hutan, sungai dan pegunungan, Kaltim mengalami kesulitan dalam membangun konektivitas antar daerah khususnya melalui jalur darat. Untuk itu, pembangunan jembatan udara menjadi salah satu solusi permasalahan konektivitas di Kaltim.

Dalam upaya mewujudkan pembangunan jembatan udara, Pemprov Kaltim melalui instansi terkait membangun dan meningkatkan infrastruktur bandar udara (bandara) yang ada di Kaltim. Saat ini Kaltim memiliki sekitar 19 bandara yang terdiri dari 11 bandara umum dan delapan bandara khusus yang dimiliki perusahaan.

Bandara umum tersebut terdiri dari Bandara Sepinggan di Balikpapan dengan runway 2.500 x 45 meter dan saat ini sedang dalam tahapan pembangunan dan peningkatan fasilitas bandara seperti pembangunan gedung terminal seluas 110.000 meter persegi, pembangunan hanggar, apron, VIP room dan fasilitas lainnya.

Selanjutnya adalah Bandara Kalimarau di Tanjung Redeb-Berau dengan runway 2.250 x 45 meter yang mampu didarati pesawat jenis Boeing 737 seri 300 full capacity. Bandara Kalimarau menjadi salah satu pintu masuk bagi wisatawan mancanegara dan nusantara yang ingin melakukan kunjungan wisata ke Pulau Derawan, Maratua, Sangalaki dan Kakaban.

Disamping itu, untuk lebih meningkatkan kunjungan wisata ke Kepulauan Derawan dan sekitarnya, juga dibangun Bandara Maratua yang direncanakan mempunyai landasan pacu dengan panjang 1.400 x 30 meter yang mampu didarati pesawat ATR-42.

Kemudian, Bandara Juwata di Tarakan dengan runway 2.250 x 45 meter yang mampu didarati pesawat jenis Boeing 738-200 full capacity. Bandara Tanjung Harapan di Tanjung Selor-Bulungan dengan runway 1.100 x 30 meter yang mampu didarati pesawat jenis ATR-42 full capacity. Bandara Temindung di Samarinda dengan runway 1.040 x 23 meter yang mampu didarati pesawat jenis ATR-42 terbatas.

Bandara Nunukan dengan runway 1.100 x 23 yang mampu didarati pesawat jenis ATR-42 full capacity. Bandara Kolonel RA Bessing di Malinau dengan runway 1.400 x 30 meter yang mampu didarati pesawat jenis ATR-42 full capacity. Bandara Melalan di Melak-Kutai Barat dengan runway 900 x 23 meter yang mampu didarati pesawat jenis Cassa 212 dan Twin Otter.

Bandara lainnya yang dibangun oleh Pemprov diantaranya Bandara Long Apari di Kabupaten Mahakam Ulu yang direncanakan memiliki landasan pacu dengan panjang 1.400 x 30 meter yang mampu didarati pesawat jenis Hercules. Bandara Tanah Grogot di Kabupaten Paser yang direncanakan memiliki landasan pacu sepanjang 1.200 x 30 meter yang mampu didarati pesawat jenis ATR-42.

Selain itu, Pemprov juga berusaha memenuhi kebutuhan sarana trasnportasi udara bagi masyarakat perbatasan. Hal itu dibuktikan dengan pembangunan dan peningkatan bandara di kawasan perbatasan. Tepatnya pada Bandara Yuvai Semaring (900 x 23 meter) di Long Bawan-Nunukan, Bandara Datah Dawai (750 x 23 meter) di Kutai Barat dan Bandara Long Apung (840 x 23 meter) di Malinau.

Pada ketiga bandara tersebut Pemprov mengalokasikan anggaran sekitar Rp500 miliar untuk peningkatan landasan pacu menjadi 1.600 x 30 meter sehingga bisa didarati pesawat jenis ATR-42 yang mampu mengangkut lebih banyak penumpang dan Hercules yang mampu mengangkut lebih banyak muatan berupa sembako dan kebutuhan masyarakat di perbatasan.

“Kebutuhan masyarakat di perbatasan harus dipenuhi, pelayanan yang mereka dapatkan pun harus sama dengan apa yang didapatkan oleh masyarakat di perkotaan. Sehingga pembangunan bandara ini harus terus dilakukan guna pemerataan pembangunan di Kaltim,” ujar Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak beberapa waktu lalu.

Sedangkan untuk pembangunan Bandara Samarinda Baru (BSB) yang direncanakan untuk menggantikan peran Bandara Temindung yang sudah tidak layak karena dikepung oleh permukiman penduduk, saat ini telah dilakukan pembangunan sisi darat. Progres pembangunan sisi darat hingga Juli 2013 adalah sebesar 64 persen dari target akhir 2013 yaitu 94,77 persen.

Sedangkan untuk sisi udara (runway dan air traffic control/ATC), Pemprov Kaltim beberapa waktu lalu menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT Persada Investment (PI) yang merupakan anak perusahaan Panin Group. Dalam MoU tersebut, PT PI diberikan waktu tiga bulan untuk menyiapkan perjanjian kerja sama (PKS).

Selain itu, untuk mendukung pembangunan jembatan udara di Kaltim, Pemprov menilai tidak hanya membangun sejumlah bandara tetapi juga diperlukan satu maskapai penerbangan yang bisa melayani rute penerbangan domestik di Kaltim. Untuk itu, Gubernur Awang Faroek Ishak menggagas berdirinya Kaltim Airlines.

Dalam perkembangannya sejak melakukan penerbangan pertama pada 17 Agustus 2011 dan kemudian vakum, Kaltim Airlines direncanakan kembali terbang pada 31 Desember 2013.  Hal itu didasari atas kesepakatan PKS Pemprov Kaltim melalui Perusda PT Melati Bhakti Satya (MBS) dengan PT Mira Agung Raya (MAR), selaku investor pengadaan pesawat.

Sebagai tahap awal, PT MAR bersedia menyediakan empat pesawat yang mulai didatangkan pada akhir tahun 2013. Empat pesawat tersebut terdiri dari dua jenis ATR dengan kapasitas 48-50 penumpang, dan jenis Twin Otter dengan jumlah penumpang 19 orang. Karena pesawat jenis tersebut bisa mendarat di bandara-bandara perintis maupun pedalaman, sehingga cocok dengan penerbangan di Kaltim. (Humas Prov Kaltim/her)



Pewarta:

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013