Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan keberadaan industri minyak dan gas bumi di Balikpapan, Kalimantan Timur, memberikan efek berganda bagi perekonomian Indonesia.
"Kota Balikpapan bisa menjadi inspirasi bagaimana sebuah kota dibangun dari aktivitas migas. Jika dirunut sejarahnya, Balikpapan berkembang sejak ditemukan ladang minyak pada abad ke-19," kata Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Erwin mengungkapkan ada banyak fakta dan sejarah yang memperlihatkan kontribusi industri hulu migas dalam perkembangan sebuah wilayah dan peradaban. Dalam konteks nasional, industri hulu migas dan industri penunjangnya dituntut untuk terus menjadi lokomotif bagi kemajuan perekonomian nasional.
Pada 20 Juni 2022, SKK Migas mengunjungi Sumur Minyak Mathilda yang kini menjadi salah satu situs bersejarah di Balikpapan. Kunjungan itu merupakan bagian dari Pra Kegiatan Forum Kapasitas Nasional 2022 di wilayah Kalimantan dan Sulawesi, sekaligus memperoleh pelajaran dalam upaya meningkatkan dampak berganda industri hulu migas terhadap sektor-sektor penunjang yang berujung pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Sumur Mathilda merupakan bekas pengeboran minyak pertama di Kota Balikpapan, dan menjadi salah satu sumur minyak tertua di Indonesia.
Sumur minyak itu pertama kali dibor oleh perusahaan minyak milik Belanda pada 10 Februari 1897. Tanggal pengeboran Sumur Mathilda kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Balikpapan.
Setelah sumur minyak ditemukan, perusahaan minyak kolonial Belanda membangun pemukiman dan berbagai fasilitas untuk menunjang aktivitas pekerjanya di kawasan perbukitan yang dikenal sebagai Bukit Dubs. Semua dibangun tertata, tanpa mengubah lanskap dan kontur tanahnya yang lantas menjadi cikal-bakal Kota Balikpapan.
Menurut Erwin, perkembangan Balikpapan sejauh ini tak terlepas dari aktivitas minyak dan gas bumi beserta industri penunjang.
"Kita bisa lihat tumbuhnya sektor-sektor lain di sini, seperti perhotelan, pariwisata, kuliner, transportasi dan logistik, serta berbagai turunannya. Bahkan bisa dikatakan bahwa industri hulu migas juga berperan membangun kultur masyarakat Balikpapan," ujar Erwin.
Koordinator Pelaksana Forum Kapasitas Nasional Fery Sarjana mengungkapkan bahwa kemajuan Kota Balikpapan juga tidak lepas dari peran masyarakat dan pemerintah daerah yang beradaptasi dengan tuntutan zaman.
Ia memandang, sektor-sektor penunjang tumbuh berkat berkembangnya kapabilitas dan kapasitas warga di Balikpapan. Sebagai contoh, ketika permintaan akan hotel meningkat, maka industri perhotelan tumbuh berikut segala aspek, seperti tenaga kerja di bidang perhotelan.
"Pekerjanya didominasi warga lokal yang beradaptasi mengembangkan kemampuan dan keterampilan di bidang perhotelan. Potensi seperti inilah yang kami upayakan untuk berkembang di tempat lain," tegas Fery.
Pertumbuhan Medco
Balikpapan sebagai kota minyak juga memberikan andil dalam pertumbuhan dan perkembangan operator migas dalam negeri, salah satunya Medco yang didirikan oleh Arifin Panigoro pada era 80-an.
Perkembangan Medco Energi sebagai perusahaan operator eksplorasi dan produksi migas tak lepas dari adanya peluang di industri hulu migas Balikpapan.
Vice President Supply Chain Medco Energi Internasional Kenneth Gunawan menjelaskan awal perusahaannya bergerak dalam usaha penyewaan rig yang bernama Meta Epsi Drilling Company.
Dua tahun pertama, Medco mengerjakan proyek dengan nilai kecil. Pada 1982, perusahaan ini mendapat kontrak pertama dengan nilai besar untuk ukuran perusahaan lokal kala itu.
"Tahun 1982, Medco mendapatkan kontrak pekerjaan besar dari Badak NGL yang beroperasi di Bontang, Kalimantan Timur. Itu adalah lapangan gas alam cair (LNG) pertama yang dioperasikan di Indonesia. Ini menjadi lompatan besar bagi Medco Energi," kata Kenneth.
Dari sini, Medco kemudian banyak mendapatkan kontrak bernilai besar dari operator migas ternama seperti Total, Arco dan Pertamina. Tahun 1992, Medco berkembang menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi migas.
"Kami mengakuisisi kontrak eksplorasi dan produksi Tesoro Indonesia Petroleum Company di Kalimantan Timur. Kami mulai beroperasi di Lapangan Semboja, Tarakan, dan Sanga-sanga,” papar Kenneth.
Pada tahun 2008, Medco meninggalkan bisnis penyewaan rig, dan fokus sebagai perusahaan eksplorasi dan produksi migas.
"Medco sebagai perusahaan dalam negeri banyak mengambil peluang dan manfaat dari Balikpapan sebagai kota minyak. Dari sinilah kami terus melebarkan sayap sampai memiliki wilayah operasi di banyak negara,” pungkas Kenneth.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Industri migas Balikpapan ciptakan efek berganda bagi ekonomi nasional
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022
"Kota Balikpapan bisa menjadi inspirasi bagaimana sebuah kota dibangun dari aktivitas migas. Jika dirunut sejarahnya, Balikpapan berkembang sejak ditemukan ladang minyak pada abad ke-19," kata Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Erwin mengungkapkan ada banyak fakta dan sejarah yang memperlihatkan kontribusi industri hulu migas dalam perkembangan sebuah wilayah dan peradaban. Dalam konteks nasional, industri hulu migas dan industri penunjangnya dituntut untuk terus menjadi lokomotif bagi kemajuan perekonomian nasional.
Pada 20 Juni 2022, SKK Migas mengunjungi Sumur Minyak Mathilda yang kini menjadi salah satu situs bersejarah di Balikpapan. Kunjungan itu merupakan bagian dari Pra Kegiatan Forum Kapasitas Nasional 2022 di wilayah Kalimantan dan Sulawesi, sekaligus memperoleh pelajaran dalam upaya meningkatkan dampak berganda industri hulu migas terhadap sektor-sektor penunjang yang berujung pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Sumur Mathilda merupakan bekas pengeboran minyak pertama di Kota Balikpapan, dan menjadi salah satu sumur minyak tertua di Indonesia.
Sumur minyak itu pertama kali dibor oleh perusahaan minyak milik Belanda pada 10 Februari 1897. Tanggal pengeboran Sumur Mathilda kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Balikpapan.
Setelah sumur minyak ditemukan, perusahaan minyak kolonial Belanda membangun pemukiman dan berbagai fasilitas untuk menunjang aktivitas pekerjanya di kawasan perbukitan yang dikenal sebagai Bukit Dubs. Semua dibangun tertata, tanpa mengubah lanskap dan kontur tanahnya yang lantas menjadi cikal-bakal Kota Balikpapan.
Menurut Erwin, perkembangan Balikpapan sejauh ini tak terlepas dari aktivitas minyak dan gas bumi beserta industri penunjang.
"Kita bisa lihat tumbuhnya sektor-sektor lain di sini, seperti perhotelan, pariwisata, kuliner, transportasi dan logistik, serta berbagai turunannya. Bahkan bisa dikatakan bahwa industri hulu migas juga berperan membangun kultur masyarakat Balikpapan," ujar Erwin.
Koordinator Pelaksana Forum Kapasitas Nasional Fery Sarjana mengungkapkan bahwa kemajuan Kota Balikpapan juga tidak lepas dari peran masyarakat dan pemerintah daerah yang beradaptasi dengan tuntutan zaman.
Ia memandang, sektor-sektor penunjang tumbuh berkat berkembangnya kapabilitas dan kapasitas warga di Balikpapan. Sebagai contoh, ketika permintaan akan hotel meningkat, maka industri perhotelan tumbuh berikut segala aspek, seperti tenaga kerja di bidang perhotelan.
"Pekerjanya didominasi warga lokal yang beradaptasi mengembangkan kemampuan dan keterampilan di bidang perhotelan. Potensi seperti inilah yang kami upayakan untuk berkembang di tempat lain," tegas Fery.
Pertumbuhan Medco
Balikpapan sebagai kota minyak juga memberikan andil dalam pertumbuhan dan perkembangan operator migas dalam negeri, salah satunya Medco yang didirikan oleh Arifin Panigoro pada era 80-an.
Perkembangan Medco Energi sebagai perusahaan operator eksplorasi dan produksi migas tak lepas dari adanya peluang di industri hulu migas Balikpapan.
Vice President Supply Chain Medco Energi Internasional Kenneth Gunawan menjelaskan awal perusahaannya bergerak dalam usaha penyewaan rig yang bernama Meta Epsi Drilling Company.
Dua tahun pertama, Medco mengerjakan proyek dengan nilai kecil. Pada 1982, perusahaan ini mendapat kontrak pertama dengan nilai besar untuk ukuran perusahaan lokal kala itu.
"Tahun 1982, Medco mendapatkan kontrak pekerjaan besar dari Badak NGL yang beroperasi di Bontang, Kalimantan Timur. Itu adalah lapangan gas alam cair (LNG) pertama yang dioperasikan di Indonesia. Ini menjadi lompatan besar bagi Medco Energi," kata Kenneth.
Dari sini, Medco kemudian banyak mendapatkan kontrak bernilai besar dari operator migas ternama seperti Total, Arco dan Pertamina. Tahun 1992, Medco berkembang menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi migas.
"Kami mengakuisisi kontrak eksplorasi dan produksi Tesoro Indonesia Petroleum Company di Kalimantan Timur. Kami mulai beroperasi di Lapangan Semboja, Tarakan, dan Sanga-sanga,” papar Kenneth.
Pada tahun 2008, Medco meninggalkan bisnis penyewaan rig, dan fokus sebagai perusahaan eksplorasi dan produksi migas.
"Medco sebagai perusahaan dalam negeri banyak mengambil peluang dan manfaat dari Balikpapan sebagai kota minyak. Dari sinilah kami terus melebarkan sayap sampai memiliki wilayah operasi di banyak negara,” pungkas Kenneth.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Industri migas Balikpapan ciptakan efek berganda bagi ekonomi nasional
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022