Penajam (ANTARA Kaltim) - Sekitar 40 hektare lahan perkebunan kelapa sawit milik petani di Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) sejak sebulan terakhir terserang hama ulat api.

Akibat serangan itu produksi menurun hingga 500 kg/hektare per bulan, kata Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) PPU, Sunyoto, Senin.

Untuk mengatasi hama tersebut dan antisipasi penyebaran, para petani melakukan fogging atau pengasapan di perkebunan kelapa sawit milik warga, katanya.

Sunyoto mengatakan pada awalnya hama ditemukan di lahan sawit milik Sawal di Desa Bangun Mulyo.

"Banyak juga ditemukan kotoran ulat api di bawah pohon sawit," ucapnya.

Setelah dilakukan penelusuran, Sunyoto menjelaskan, pemilik sawit menemukan sejumlah pelepah kelapa sawitnya sudah habis daunya dan hanya tersisa lidih. Ternyata setelah dilakukan pengecekan, hampir semua pohon terkena hama ulat api tersebut.

"Setelah dicek di lapangan hampir semua kebun kelapa sawit sudah diserang hama ini," katanya.

Sunyoto mengaku, kondisi ulat api telah mengalami beberapa siklus dimana sudah ditemukan berupa kepompong yang berda di bawah pohon sawit.

"Bahkan kami temukan sekitar 300 kepompong dalam satu pohon kelapa sawit. Ini artinya sudah cukup parah serangan hama ini," ujarnya.

Agar tidak menyebar lanjut Sunyoto, pihaknya langsung melakukan koordinasi dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten PPU.

"Pertama segera melakukan pengendalian dengan cara fogging atau pengasapan. Namun, untuk melakukan fogging, pihaknya masih terkendala emulgator yaitu formula untuk mencampur air dan solar yang dijadikan untuk pengasapan," katanya.

Bahkan pihaknya sudah mengajukan bantuan kepada perusahaan kelapa sawit, PT Waru Kaltim Plantation (WKP), namun sampai sekarang belum ada jawaban.

"Mudah-mudahan pekan depan sudah ada bantuan, sehingga kami bisa segera melakukan pengasapan," katanya.

Meski belum dilakukan pengasapan, para petani mulai melakukan pengendalian dengan cara sederhana. Di mana petani memungut kepompong yang berada di bawah pohon. Temuan kepompong tersebut, kemudian dimusnahkan agar tidak berkembang biak menjadi kupu-kupu, dan kemudian bertelur lagi dan menjadi ulat api.

Sementara ulat api yang sudah menjadi kupu-kupu, tambah Sunyoto, diupayakan untuk dimusnahkan. Caranya dengan menggunakan lampu penerang untuk menarik serangga tersebut berkumpul seperti laron yang selalu mendatangi cahaya.

"Kemudian kami beri baskom yang diisi air dicampur solar. Kupu-kupu dari ulat api akan tertarik kepada lampu, lalu jatuh ke baskom. Itu cara manual yang dilakukan para petani," jelasnya.

Sunyoto mengungkapkan, akibat serangan hama yang menimpa puluhan hektare lahan sawit, para petani mengalami kerugian yang cukup besar. Bahkan penurunan produksi yang biasanya 1,2 ton/hektare menjadi hanya 700 kg/hektare.

"Jadi penurunannya cukup besar, karena mencapai 500 kg per hektare/bulan,tambahnya. (*)

Pewarta: Bagus Purwa

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013