Jakarta (ANTARA News) - Penantian penggemar yang selama ratusan
purnama penasaran mengenai kelanjutan romansa remaja Cinta (Dian
Sastrowardoyo) dan Rangga (Nicholas Saputra) berakhir dengan kedatangan
"Ada Apa Dengan Cinta 2" (AADC 2).
Empat belas
tahun berlalu sejak Cinta mengejar Rangga ke bandara. Di sana, pria
dingin penyuka puisi yang bertolak ke New York untuk mengikuti sang ayah
itu memberikan buku catatannya kepada Cinta, berisi janji akan kembali
setelah satu purnama.
Penggemar sempat bereaksi
heboh tatkala Rangga, Cinta, Maura (Titi Kamal), Alya (Ladya Cheryl),
Milly (Sissy Prescillia) dan Karmen (Adinia Wirasti) reuni dalam mini drama berdurasi 10 menit buatan aplikasi pesan Line yang diunggah di YouTube pada akhir 2014.
Dalam
mini drama tersebut, setelah 12 tahun tinggal di New York tanpa memberi
kabar pada Cinta, Rangga kembali ke Jakarta demi pekerjaan dan dia
meminta kesediaan sang wanita untuk bertemu.
Setelah sempat mengabaikan ajakan itu, Cinta yang terlanjur sakit hati menemuinya.
Setelah sempat mengabaikan ajakan itu, Cinta yang terlanjur sakit hati menemuinya.
"Jadi
beda, satu purnama di New York dan di Jakarta?" kata Cinta yang
akhirnya menemui Rangga ketika hampir bertolak kembali ke New York.
Produser Mira Lesmana pernah meyakinkan kisah dalam sekuel AADC takkan ada sangkut pautnya dengan versi itu.
Dalam
"Ada Apa Dengan Cinta 2", geng Cinta tidak lagi lengkap karena Ladya
Cheryl yang berperan sebagai Alya tidak bisa mengikuti syuting karena
sibuk menimba ilmu.
Di luar itu, para pemain inti dalam AADC dapat kembali berperan, termasuk Dennis Adhiswara sebagai Mamet.
Di luar itu, para pemain inti dalam AADC dapat kembali berperan, termasuk Dennis Adhiswara sebagai Mamet.
Kursi sutradara yang saat AADC pertama diduduki Rudi Soedjarwo, kini diisi oleh Riri Riza.
Mira mengatakan pergantian sutradara membuat "Ada Apa Dengan Cinta" menjadi lebih menarik karena penonton dapat melihat potret kisah remaja dan perkembangannya belasan tahun kemudian dari sudut pandang sutradara lain.
Mira mengatakan pergantian sutradara membuat "Ada Apa Dengan Cinta" menjadi lebih menarik karena penonton dapat melihat potret kisah remaja dan perkembangannya belasan tahun kemudian dari sudut pandang sutradara lain.
Lagipula, Riri sebenarnya sangat
mengenal kisah itu karena Mira awalnya mengembangkan judul AADC
berdasarkan sinopsis cerita buatan Riri.
"Dalam perkembangannya, Riri sangat mengenal kisah ini. Practicality jadi keputusan penting," kata Mira.
Fokus Bergeser
Fokus
sekuel ini bergeser pada rumitnya hubungan antara dua insan, bukan lagi
tentang persahabatan remaja yang membuat anak-anak SMP atau SMA era
2000-an membuat buku curhat untuk geng mereka.
"Film
ini bercerita tentang kekuatan cinta dan kesempatan kedua, kalau kita
harus memaafkan seseorang, kadang tidak semudah itu," jelas Mira
Lesmana.
Aroma nostalgia telah menyeruak sejak
awal film yang dibuka dengan cuplikan adegan AADC dengan gaya animasi,
iringan lagu-lagu karya duo Melly Goeslaw dan Anto Hoed yang tidak kalah
populer dengan filmnya, ditambah suara Nicholas Saputra menyitir
bait-bait puisi karya sastrawan Makassar Aan Mansyur khusus untuk
Rangga.
Lalu dialog dan adegan yang referensinya diambil dari AADC pertama menyegarkan memori penonton tentang apa yang pernah terjadi atau diucapkan oleh Cinta dan Rangga saat remaja.
Remaja
gaul geng majalah dinding SMA dalam AADC pertama, sekarang telah
menjelma menjadi perempuan dewasa dengan segala kesibukan mereka di Ibu
Kota.
Seragam putih abu-abu mereka berganti dengan busana modis lengkap dengan riasan yang membuat mereka terlihat semakin matang.
Seragam putih abu-abu mereka berganti dengan busana modis lengkap dengan riasan yang membuat mereka terlihat semakin matang.
Obrolan mereka bukan lagi soal naksir cowok ganteng, tetapi mengenai pertunangan, pernikahan dan keluarga.
Batas
imajinasi film dan kenyataan menjadi sedikit kabur dalam AADC 2 karena
karakter dalam sekuel ini sedikit banyak punya kemiripan dengan
kehidupan sehari-hari para pemain atau melibatkan orang terdekat
mereka.
Christian Sugiono, suami Titi Kamal,
menjadi salah satu pemain baru dalam sekuel selain Ario Bayu, Sarita
Thaib dan Dimi Cindyastira.
Kondisi Milly pun disesuaikan dengan Sissy yang baru melahirkan ketika syuting dimulai.
Kondisi Milly pun disesuaikan dengan Sissy yang baru melahirkan ketika syuting dimulai.
Waktu
yang bergulir selama belasan tahun membawa pengalaman hidup yang
mempengaruhi pendewasaan setiap karakter. Tidak ada yang stagnan kecuali
keakraban antara Cinta, Maura, Karmen dan Milly.
Maura
tetap modis dan kenes, namun jiwa keibuannya juga terlihat jelas di
permukaan. Karmen yang atletis tak lagi temperamental, justru semakin
bijaksana. Milly masih lucu dan mengundang tawa dengan, namun ia tidak
lagi terlalu kekanak-kanakan.
Rangga masih dingin dan
sinis, namun kehangatan lebih sering terpancar di wajahnya. Sedangkan
Cinta masih menyukai seni yang kini dieksplorasi lewat galeri yang dia
kelola sendiri.
Cinta dan kawan-kawan, yang sudah lama tidak melewatkan waktu bersama, memutuskan untuk berlibur ke Yogyakarta.
Sementara nun jauh di New York, pikiran Rangga melayang-layang ke tempat cintanya berlabuh di New York.
Rangga memutuskan pulang demi berdamai dengan masa lalu. Dan Cinta tak menyangka Rangga tiba-tiba muncul di depan mata, tepat ketika ia bersiap menutup lembaran lama dalam hidup.
Rangga memutuskan pulang demi berdamai dengan masa lalu. Dan Cinta tak menyangka Rangga tiba-tiba muncul di depan mata, tepat ketika ia bersiap menutup lembaran lama dalam hidup.
Sisi Seni Yogyakarta
Kota Yogyakarta menjadi latar belakang utama dari sekuel AADC 2 selain Jakarta dan Brooklyn, New York.
AADC 2 memperlihatkan sisi seni Yogyakarta yang modern tapi tak meninggalkan tradisi mereka.
AADC 2 memperlihatkan sisi seni Yogyakarta yang modern tapi tak meninggalkan tradisi mereka.
Seniman-seniman
muda Yogyakarta meramaikan film ini, sebut saja Eko Nugroho dengan seni
instalasi, musisi Marzuki Mohammad lewat grup Jogja Hip Hop Foundation,
kelompok teater boneka Papermoon Puppet Theatre dan seniman kopi
Pepeng.
Musisi jazz Mian Tiara dari Jakarta juga memberikan penampilan khusus untuk AADC 2.
Musisi jazz Mian Tiara dari Jakarta juga memberikan penampilan khusus untuk AADC 2.
Mira mengatakan sejak awal ia memang memilih Yogyakarta sebagai latar belakang film.
"Biasanya
Yogyakarta diangkat dari sisi masa lalu, padahal sekarang Yogyakarta
itu dinamis, artistik dan orang-orangnya sangat kreatif," katanya.
Kota ini pula yang menjadi tempat penayangan perdana AADC 2 pada Sabtu (23/4).
Film
ini ditayangkan di 183 layar bioskop se-Indonesia. Mira berharap semua
yang pernah menonton AADC belasan tahun lalu dapat kembali menyaksikan
perkembangan Rangga juga Cinta dkk.
"Generasi
sekarang yang sudah nonton AADC lewat YouTube, DVD, TV semoga akan
datang (ke bioskop) dan melihat keindahan film ini," tutur Mira.
Berubah Pikiran
Awalnya
tidak terbesit dalam pikiran Mira untuk membuat sekuel AADC meski
penggemar telah memintanya sejak lama. Ia tidak mau terbebani membuat
film yang pasti tak lepas dari ekspektasi pencinta AADC.
Namun, Mira berubah pikiran. Ia merasa tertantang menampilkan karakter-karakter dalam film itu belasan tahun kemudian.
Dan
ketika berkumpul lagi satu dekade setelah AADC tayang perdana, ada
dorongan untuk mewujudkan impian para penonton yang penasaran mengetahui
kehidupan Rangga dan Cinta selanjutnya.
Bagi para pemain, reuni "Ada Apa Dengan Cinta 2" merupakan kesempatan mereka untuk melepas rindu.
Titi Kamal mengaku sangat menikmati kebersamaan dengan teman-temannya saat syuting mau pun di luar syuting AADC 2.
"Sampai
sekarang pun kami masih memanggil satu sama lain dengan nama karakter,
seperti saya panggil Sissy ya Milly, panggil Asti juga Karmen, lalu
Dennis dengan Mamet," kata Titi.
Selepas kesuksesan AADC pertama, masing-masing pemain memiliki kesibukan dengan karir dan keluarga masing-masing.
"Kami sering bertemu, tapi biasanya tidak sengaja dan ketemunya satu-satu," ujar Adinia Wirasti.
Pertemuan ramai-ramai mereka sebagai "geng Cinta" baru terwujud ketika perayaan 10 tahun AADC.
Dian
Sastrowardoyo menganalogikan hubungannya dengan para pemain dengan
anggota keluarga yang saling mengenal sejak kecil namun jarang bersua.
Mereka merasa tetap terhubung meski belasan tahun telah berlalu.
"Once you have chemistry kayaknya you just pick things up saja," ujar ibu dari dua anak itu. (*)