Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Penentuan atlet penerima "golden ticket" pada acara seleksi beasiswa bulu tangkis PB Djarum di GOR Hevindo Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin, berlangsung penuh ketegangan.
Tim pencari bakat yang dipimpin mantan pemain nasional Sigit Budiarto, pertama kali mengumumkan golden ticket atau super tiket hanya bagi peserta yang kalah di babak final dan semifinal turnamen seleksi tersebut.
Sigit menambahkan bahwa hanya ada dua super tiket yang akan diberikan, sehingga suasana tegang pun terjadi.
Empat nominator penerima dipanggil ke tengah lapangan, yaitu Sultan Faiq, Dadad Alpasha, Christoper Aldrich (ketiganya dari kelompok usia atau U-13) dan atlet putri U-15 Anugrah Febriyani.
"Berempat ini hanya nominasi ya, untuk memperebutkan dua golden tiket," kata Sigit.
Setelah merinci kriteria yang menyebabkan mereka menjadi nominator, seperti mental bertanding dan semangat pantang menyerah yang ditunjukkan keempatnya, tim seleksi akhirnya menjatuhkan pilihan pada Dadad Alpasha dan Sultan Faiq sebagai penerima golden ticket.
Tapi, ketegangan tak langsung cair, karena tim seleksi kemudian mengumumkan bahwa ternyata masih ada satu lagi super tiket diperuntukkan bagi salah satu dari dua nomintor tersisa, Christoper Aldrich dan Anugrah Febriyani.
Karena berbeda kelompok umur dan jenis kelamin, keduanya tidak bisa dihadapkan dalam pertandingan yang adil.
Tim Pencari bakat memutuskan bahwa pemenang adalah yang paling banyak memasukkan shuttlecock ke dalam kotak yang ditaruh di tengah lapangan di seberang net dari tempat berdiri pemain.
Dalam dua kali kesempatan, tak ada yang berhasil bisa memasukkan shuttle cock tersebut. Pada kesempatan ketiga, Christoper berhasil memasukkan satu shuttlecock, sementara Anugrah Febriyani tetap gagal.
"Jadi yang lolos ke Kudus adalah Christoper Aldrich," kata Sigit Budiarto.
Christoper pun mengaku sempat terharu dan meneteskan air mata saat namanya dipanggil untuk jadi nominator golden tiket.
"Saya yakin, tapi tetap saja itu kejutan," katanya.
Bagi Febriyani yang gagal memasukkan shuttlecock ke dalam kotak, pupus sudah harapannya untuk turut berlaga ke Kudus. Ia pun mengaku sedih dan menganggap dirinya kurang keras berlatih.
Sigit yang ditemani Yuni Kartika pun memanggil ibunda Febriyani untuk mendampingi anaknya yang tengah berduka itu.
"Ibu bantu Febriyani membereskan shuttlecock yang berserakan itu ya. Masukkan ke dalam kotak itu," kata Yuni Kartika.
Saat akan memasukkan shuttlecock ke dalam kotak itulah, Febriyani menemukan amplop di dalam kotak. Setelah dibuka, isinya adalah golden ticket.
"Iya, itu golden ticket keempat untuk Febriyani," ujar Sigit, yang langsung disambut tangis Febriyani sembari sujud syukur dan kemudian memeluk ibunya.
"Latihan yang lebih keras lagi, sebab di Kudus perjuangan akan jauh lebih berat. Selamat berjuang ya," tambah Sigit memberikan semangat sambil menyalami Febriyani.
Sebagai ketua Tim Pencari Bakat untuk seleksi di Balikpapan, Sigit mengaku puas, karena atlet remaja yang terjaring sesuai harapan dengan teknik yang cukup bagus dan daya juang tinggi.
"Di Balikpapan ini sangat bagus sekali. Kami melihat mereka sungguh-sungguh sekali ikut turnamen. Bahkan dari kemarin kami sudah lihat seperti ada yang kalah tapi nggak mau salaman saat akhir pertandingan. Kemudian beberapa yang kalah keluar menangis. Terlepas dari soal sportivitas, itu semua menunjukan keseriusan. Mereka ingin sekali maju dan tidak ingin kalah. Itu menunjukan bahwa potensi di sini luar biasa," kata Sigit.
"Mudah-mudahan mereka bisa lanjut terus, sebab ini baru lolos ke grand final di Kudus 2 September nanti. Kami berharap mereka bisa melanjutkan sampai masuk karantina bahkan sampai resmi masuk keluarga PB Djarum," tambah Yuni Kartika.
Sebelumnya ada 12 pemain remaja U-13 dan U-15 dari seleksi beasiswa bulu tangkis PB Djarum di Balikpapan yang lolos ke babak grand final di Kudus September mendatang. (*)
Pembagian "Golden Ticket" Seleksi Beasiswa Djarum Menegangkan
Selasa, 29 Maret 2016 0:55 WIB