Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan melanjutkan sejumlah kegiatan untuk mengendalikan inflasi tetap dikisaran tiga persen lebih hingga kurang dari satu persen. 


"Salah satunya itu pertanian perkotaan (urban farming),” kata Kepala Bank Indonesia (BI) Balikpapan Sri Darmadi Sudibyo yang juga anggota TPID, di Balikpapan, Jumat.

Setidaknya dalam lima tahun terakhir BI Balikpapan langsung turun ke akar masalah inflasi di Kota Minyak, yaitu pasokan yang kurang dari sejumlah bahan makanan pada waktu tertentu.

Sayuran seperti cabai adalah penyebab utama inflasi di masa cuaca buruk. Harga cabai yang di saat normal berkisar Rp17.000 per kg bisa naik berkali-kali lipat ketika pasokannya kurang di pasar.

Dengan pertanian perkotaan, warga Kota Minyak itu didorong untuk menanam cabai sendiri untuk kebutuhan rumah tangga.

Sejumlah besar RT dan kelurahan pun ramai terlibat dalam Gerakan Wanita Matilda, yang kegiatan utamanya bertanam cabai tersebut. Sejumlah sekolah juga turut serius bertanam cabai memanfaatkan lahan tak terpakai di pekarangan sekolah.

“Pengendalian inflasi itu kan utamanya berkenaan dengan 4K, yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang efektif,” kata Darmadi.

Program 4K itu diwujudkan dengan melakukan pemantauan harga dan stok secara rutin, mendorong kerja sama antardaerah, khususnya untuk komoditas bawang merah dan komoditas pangan strategis lainnya, termasuk pengadaan stok sendiri dengan pertanian perkotaan tadi.

Selanjutnya, sambung Darmadi, BI selalu mendorong pembayaran secara digital, terutama pada pasar daring yang terhubung dengan QRIS (sistem kode untuk verifikasi pembayaran) dan edukasi terus menerus kepada masyarakat.

“Edukasi itu kami antara lain membuat ada acara bincang-bincang, video belanja bijak khususnya saat mendekat Ramadan dan Idul Fitri,” kata Humas BI Balikppan Nyi Mas Mirnawati. 

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021