Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Kepala Adat Orang Wehea Ledji Taq, yang baru datang dari lawatannya ke British Colombia, mengaku memetik pelajaran bahwa pendidikan adalah pintu utama untuk kehidupan yang lebih baik.
"Orang Heiltsuk di British Colombia memiliki dokter sendiri, juga pengacara sendiri, dan lain-lain orang pandai yang memahami budaya mereka sehingga ketika diperlukan, mereka bisa membela bangsanya dengan baik," kata Ledji Taq di Balikpapan, Senin (1/10), sebelum kembali ke Wehea di Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur, Kalimantan Timur, lebih kurang 450 km utara Balikpapan.
Dan itu, kata Ledji Taq (70), sangat kontras dengan keadaan Orang Wehea sekarang. Karena keterbatasan fasilitas pendidikan modern, tidak banyak dari sukunya yang mendapat pendidikan formal tersebut.
Menurut Nunuk Kasiyanto, pegiat alam dan lingkungan yang bekerja untuk Hutan Lindung Wehea dan pendamping Ledji Taq saat melawat ke Kanada, hanya ada sekitar 20 sarjana dari 2.300 Orang Wehea.
Ia juga menyebutkan, sesungguhnya ada 30-an yang pernah kuliah, namun hanya 20 itu yang sukses menjadi sarjana. Selain dari itu, ada beberapa puluh yang tamat SMA atau tidak tamat SMA, dan sedikit juga yang tamat SMP dan pernah sekolah SMP.
"Sisanya bahkan tidak tamat SD, sehingga salah satu pekerjaan saya di Hutan Lindung adalah juga mengajar teman-teman tersebut baca tulis," tutur Kasiyanto.
"Saya hanya beruntung bahwa meskipun tidak mendapat pendidikan formal, anak-anak muda kami belajar banyak kearifan alam dari hutan dan lingkungannya," kata Ledji Taq yang sudah menulis beberapa buku tentang suku bangsanya tersebut.
Namun demikian, ia tetap mendorong anak-anak muda Wehea untuk mendapat pendidikan formal setinggi-tingginya. Lebih-lebih setelah bertukar pikiran dan pengalaman dengan Carmen Hall, Direktur Eksekutif Heiltsuk Tribal Council.
"Pendidikan itu jalan untuk kemajuan. Dengan menjadi terdidik, kita bisa menghadapi perubahan dengan lebih bijaksana, dan pendidikan juga membuat kita mengenal diri kita lebih baik," kata Carmen Hall seperti ditirukan Kasiyanto.
Orang Heiltsuk sendiri adalah bangsa nelayan dan pengelola hutan. Mereka menangkap ikan di laut, di sungai, dan menjaga hutannya agar siklus spesies yang mendukung kehidupan mereka tetap terjaga.
"Kami juga dikenal sebagai Salmon's People, para penjaga ikan salmon," kata Carmen Hall. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Orang Heiltsuk di British Colombia memiliki dokter sendiri, juga pengacara sendiri, dan lain-lain orang pandai yang memahami budaya mereka sehingga ketika diperlukan, mereka bisa membela bangsanya dengan baik," kata Ledji Taq di Balikpapan, Senin (1/10), sebelum kembali ke Wehea di Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur, Kalimantan Timur, lebih kurang 450 km utara Balikpapan.
Dan itu, kata Ledji Taq (70), sangat kontras dengan keadaan Orang Wehea sekarang. Karena keterbatasan fasilitas pendidikan modern, tidak banyak dari sukunya yang mendapat pendidikan formal tersebut.
Menurut Nunuk Kasiyanto, pegiat alam dan lingkungan yang bekerja untuk Hutan Lindung Wehea dan pendamping Ledji Taq saat melawat ke Kanada, hanya ada sekitar 20 sarjana dari 2.300 Orang Wehea.
Ia juga menyebutkan, sesungguhnya ada 30-an yang pernah kuliah, namun hanya 20 itu yang sukses menjadi sarjana. Selain dari itu, ada beberapa puluh yang tamat SMA atau tidak tamat SMA, dan sedikit juga yang tamat SMP dan pernah sekolah SMP.
"Sisanya bahkan tidak tamat SD, sehingga salah satu pekerjaan saya di Hutan Lindung adalah juga mengajar teman-teman tersebut baca tulis," tutur Kasiyanto.
"Saya hanya beruntung bahwa meskipun tidak mendapat pendidikan formal, anak-anak muda kami belajar banyak kearifan alam dari hutan dan lingkungannya," kata Ledji Taq yang sudah menulis beberapa buku tentang suku bangsanya tersebut.
Namun demikian, ia tetap mendorong anak-anak muda Wehea untuk mendapat pendidikan formal setinggi-tingginya. Lebih-lebih setelah bertukar pikiran dan pengalaman dengan Carmen Hall, Direktur Eksekutif Heiltsuk Tribal Council.
"Pendidikan itu jalan untuk kemajuan. Dengan menjadi terdidik, kita bisa menghadapi perubahan dengan lebih bijaksana, dan pendidikan juga membuat kita mengenal diri kita lebih baik," kata Carmen Hall seperti ditirukan Kasiyanto.
Orang Heiltsuk sendiri adalah bangsa nelayan dan pengelola hutan. Mereka menangkap ikan di laut, di sungai, dan menjaga hutannya agar siklus spesies yang mendukung kehidupan mereka tetap terjaga.
"Kami juga dikenal sebagai Salmon's People, para penjaga ikan salmon," kata Carmen Hall. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012