Presiden Amerika Serikat yang akan meninggalkan jabatannya, Donald Trump, tidak berencana menyelenggarakan KTT negara-negara maju Kelompok Tujuh (G7), kata tiga sumber diplomatik, Rabu (18/11).
Trump sebelumnya, pada Juni, membatalkan pertemuan puncak itu karena pandemi COVID-19.
Sang presiden asal Partai Republik itu, yang menolak menerima kekalahan dari kandidat Partai Demokrat Joe Biden dalam pemilihan presiden 3 November, belum membuat keputusan akhir.
Namun, waktu hampir habis untuk merencanakan KTT itu sebelum ia menyerahkan kekuasaan pada 20 Januari, kata salah satu sumber di kalangan diplomatik serta sumber keempat yang mengetahui masalah tersebut.
Tiga sumber diplomatik mengatakan tidak ada pergerakan dari pemerintahan Trump menyangkut tanggal atau agenda untuk kemungkinan penyelenggaraan KTT G7.
Meskipun pertemuan daring masih dimungkinkan, belum ada kesibukan untuk mempersiapkan pernyataan bersama apa pun terkait KTT --proses yang biasanya memakan waktu berbulan-bulan, kata salah satu sumber.
Gedung Putih menolak berkomentar.
Inggris, yang akan mengambil alih posisi sebagai ketua bergilir G7 dari Amerika Serikat pada Januari, pekan lalu mengucapkan selamat kepada Biden atas kemenangannya dalam pilpres.
Inggris juga mengundang Biden untuk menghadiri Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Skotlandia tahun depan, juga KTT G7.
Trump pada Maret pertama kali membatalkan rencana menjadi tuan rumah pertemuan puncak G7 secara tatap muka untuk 10 Juni.
Ia kemudian berusaha menghidupkan kembali rencana tersebut, tapi pada Mei lagi-lagi membatalkannya.
Pembatalan dilakukan setelah pemimpin Jerman Angela Merkel mengatakan dirinya tidak akan hadir sementara pemimpin-pemimpin lainnya menyatakan kekhawatiran.
Pada Agustus, Trump mengatakan ia ingin menjadi tuan rumah pertemuan puncak itu dalam "suasana yang lebih tenang" setelah pemilihan presiden. Namun, tidak ada tindakan lebih lanjut yang diambil, kata salah satu sumber.
Trump juga mengatakan akan memperluas daftar undangan untuk memasukkan Australia, Rusia, Korea Selatan, dan India. Ia menganggap G7 sebagai "kelompok negara yang sangat ketinggalan zaman."
Dorongan Trump untuk memasukkan Rusia ke dalam daftar itu disambut dingin oleh Jerman dan sekutu-sekutu lainnya.
Rusia didepak dari G8 pada 2014 ketika AS berada di bawah kepemimpinan pendahulu Trump, Presiden Barack Obama.
Rusia diusir dari kelompok itu setelah Moskow mencaplok wilayah Krimea dari Ukraina dan kini masih menguasai wilayah tersebut.
Pemerintah negara-negara anggota G7 telah menolak seruan Trump agar Moskow dimasukkan kembali ke dalam kelompok mereka.
Kelompok G7 beranggotakan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jepang, Jerman, Italia, dan Kanada. Uni Eropa juga diundang dalam pertemuan G7.
G7 mulai menggelar pertemuan pada 1975, awalnya tanpa Kanada.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020
Trump sebelumnya, pada Juni, membatalkan pertemuan puncak itu karena pandemi COVID-19.
Sang presiden asal Partai Republik itu, yang menolak menerima kekalahan dari kandidat Partai Demokrat Joe Biden dalam pemilihan presiden 3 November, belum membuat keputusan akhir.
Namun, waktu hampir habis untuk merencanakan KTT itu sebelum ia menyerahkan kekuasaan pada 20 Januari, kata salah satu sumber di kalangan diplomatik serta sumber keempat yang mengetahui masalah tersebut.
Tiga sumber diplomatik mengatakan tidak ada pergerakan dari pemerintahan Trump menyangkut tanggal atau agenda untuk kemungkinan penyelenggaraan KTT G7.
Meskipun pertemuan daring masih dimungkinkan, belum ada kesibukan untuk mempersiapkan pernyataan bersama apa pun terkait KTT --proses yang biasanya memakan waktu berbulan-bulan, kata salah satu sumber.
Gedung Putih menolak berkomentar.
Inggris, yang akan mengambil alih posisi sebagai ketua bergilir G7 dari Amerika Serikat pada Januari, pekan lalu mengucapkan selamat kepada Biden atas kemenangannya dalam pilpres.
Inggris juga mengundang Biden untuk menghadiri Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Skotlandia tahun depan, juga KTT G7.
Trump pada Maret pertama kali membatalkan rencana menjadi tuan rumah pertemuan puncak G7 secara tatap muka untuk 10 Juni.
Ia kemudian berusaha menghidupkan kembali rencana tersebut, tapi pada Mei lagi-lagi membatalkannya.
Pembatalan dilakukan setelah pemimpin Jerman Angela Merkel mengatakan dirinya tidak akan hadir sementara pemimpin-pemimpin lainnya menyatakan kekhawatiran.
Pada Agustus, Trump mengatakan ia ingin menjadi tuan rumah pertemuan puncak itu dalam "suasana yang lebih tenang" setelah pemilihan presiden. Namun, tidak ada tindakan lebih lanjut yang diambil, kata salah satu sumber.
Trump juga mengatakan akan memperluas daftar undangan untuk memasukkan Australia, Rusia, Korea Selatan, dan India. Ia menganggap G7 sebagai "kelompok negara yang sangat ketinggalan zaman."
Dorongan Trump untuk memasukkan Rusia ke dalam daftar itu disambut dingin oleh Jerman dan sekutu-sekutu lainnya.
Rusia didepak dari G8 pada 2014 ketika AS berada di bawah kepemimpinan pendahulu Trump, Presiden Barack Obama.
Rusia diusir dari kelompok itu setelah Moskow mencaplok wilayah Krimea dari Ukraina dan kini masih menguasai wilayah tersebut.
Pemerintah negara-negara anggota G7 telah menolak seruan Trump agar Moskow dimasukkan kembali ke dalam kelompok mereka.
Kelompok G7 beranggotakan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jepang, Jerman, Italia, dan Kanada. Uni Eropa juga diundang dalam pertemuan G7.
G7 mulai menggelar pertemuan pada 1975, awalnya tanpa Kanada.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020