Jakarta (ANTARA News) - Populasi Pesut (Orcaella brevirotris) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Irrawady dolphin yang terdapat di daerah aliran sungai (DAS) Mahakam, Kalimantan Timur (Kaltim), semakin menyusut.
Jumlah populasi Pesut Mahakam saat ini diperkirakan tidak lebih dari 50 ekor, bahkan menurut data CITES, jumlahnya tinggal sekitar 34 ekor saja.
Di dunia internasional, hewan mamalia air tawar ini termasuk dalam daftar CITES yang digolongkan ke dalam Lampiran 1 atau terancam punah.
Padahal pada sekitar tahun 1970 populasi Pesut masih ada antara 100-150 ekor yang berlokasi di Danau Melintang, Danau Semayang, Sungai Pela, dan sebagian Sungai Mahakam.
Dengan kondisi yang berkurang 30 persen dalam tempo 25 tahun, keberadaan spesies Pesut Mahakam dikhawatirkan mengarah kepada kepunahan.
Namun populasi Pesut menurun tidak hanya di Sungai Mahakam. Keberadaan Pesut di dunia juga mengalami tren menurun akibat memburuknya kualitas lingkungan perairan yang terkait dengan pasokan sumber makanan.
Menurut Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, diperlukan strategi perlindungan yang terkait dengan biologi dari Pesut. Salah satunya adalah dengan memperbaiki tempat-tempat yang menjadi sumber makanannya--mengingat 80 persen dari aktivitas hidup Pesut adalah untuk mencari makanan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Jumlah populasi Pesut Mahakam saat ini diperkirakan tidak lebih dari 50 ekor, bahkan menurut data CITES, jumlahnya tinggal sekitar 34 ekor saja.
Di dunia internasional, hewan mamalia air tawar ini termasuk dalam daftar CITES yang digolongkan ke dalam Lampiran 1 atau terancam punah.
Padahal pada sekitar tahun 1970 populasi Pesut masih ada antara 100-150 ekor yang berlokasi di Danau Melintang, Danau Semayang, Sungai Pela, dan sebagian Sungai Mahakam.
Dengan kondisi yang berkurang 30 persen dalam tempo 25 tahun, keberadaan spesies Pesut Mahakam dikhawatirkan mengarah kepada kepunahan.
Namun populasi Pesut menurun tidak hanya di Sungai Mahakam. Keberadaan Pesut di dunia juga mengalami tren menurun akibat memburuknya kualitas lingkungan perairan yang terkait dengan pasokan sumber makanan.
Menurut Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, diperlukan strategi perlindungan yang terkait dengan biologi dari Pesut. Salah satunya adalah dengan memperbaiki tempat-tempat yang menjadi sumber makanannya--mengingat 80 persen dari aktivitas hidup Pesut adalah untuk mencari makanan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012