Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Hampir semua pasar tradisional yang ada di Kota Samarinda padat dan ramai oleh pengunjung di hari keenam Idul Fitri, atau satu hari menjelang Lebaran Ketupat yang jatuh pada Sabtu (25/8).
"Sama dengan saya, ibu-ibu yang ke pasar ini juga ingin membeli ketupat kosong, daging sapi, daging ayam, dan sejumlah bumbu lengkap untuk masak ketupat," ujar Bu Syahrun, warga Jl. Dahlia Samarinda, ditemui di Pasar Segiri Samarinda, Jumat.
Dari pantauan Antara, kepadatan pasar tradisional oleh warga yang ingin berbelanja bukan hanya terjadi di Pasar Segiri, namun hal serupa juga terjadi di Pasar Pagi, Pasar Sungai Dama, Pasar Inpres, dan Pasar Rahmad Samarinda.
Pengunjung pasar yang sebagian besar kaum ibu ini kebanyakan memburu daging sapi dan daging ayam, baik ayam potong maupun ayam petelur.
Sejauh ini harga daging sapi masih stabil dan bervariasi antara Rp85 ribu hingga Rp90 ribu, tergantung pada kualitas daging dan lokasi pasar yang dituju.
Di Pasar Segiri misalnya, harga daging rata-rata Rp90 ribu per kilogram (kg), sedangkan di Pasar Inpres Jl. Merdeka harga daging sapi dengan kualitas yang sama berada pada kisaran Rp85 ribu per kg.
Untuk harga daging ayam potong per ekor yang tanpa isi jeroan mencapai Rp50 ribu, sedangkan untuk ayam petelur yang sudah dipotong harganya juga sama, namun untuk ayam petelur ini dijual dengan dengan isinya.
Sementara untuk harga ketupat kosong senilai Rp10.000 per ikat dengan isi delapan buah ketupat per ikat. Sejumlah penjual ketupat bahkan sempat kehabisan karena banyaknya warga yang memburu ketupat dari bahan daun kelapa itu.
Menurut Bu Syahrun, dia sebenarnya jarang ke pasar tradisional, namun karena untuk menyambut Lebaran Ketupat besok, maka mau tidak mau dia ke pasar untuk membeli perlengkapannya dan segera memasak bumbu santan untuk pasangan ketupat.
Dia mengaku tradisi memasak ketupat yang akan dimakan sekeluarga dan mengundang teman terdekat, sudah dilakukan sejak lama, yakni ketika masih bujangan dan tinggal di Jawa.
Namun kini meski sudah memiliki tiga anak dan puluhan tahun tinggal di Samarinda, namun tradisi itu tidak akan dilupakannya. Apalagi dia mengaku hambar atau ada sesuatu yang kurang jika pada Idul Fitri di hari ketujuh tidak memasak ketupat. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Sama dengan saya, ibu-ibu yang ke pasar ini juga ingin membeli ketupat kosong, daging sapi, daging ayam, dan sejumlah bumbu lengkap untuk masak ketupat," ujar Bu Syahrun, warga Jl. Dahlia Samarinda, ditemui di Pasar Segiri Samarinda, Jumat.
Dari pantauan Antara, kepadatan pasar tradisional oleh warga yang ingin berbelanja bukan hanya terjadi di Pasar Segiri, namun hal serupa juga terjadi di Pasar Pagi, Pasar Sungai Dama, Pasar Inpres, dan Pasar Rahmad Samarinda.
Pengunjung pasar yang sebagian besar kaum ibu ini kebanyakan memburu daging sapi dan daging ayam, baik ayam potong maupun ayam petelur.
Sejauh ini harga daging sapi masih stabil dan bervariasi antara Rp85 ribu hingga Rp90 ribu, tergantung pada kualitas daging dan lokasi pasar yang dituju.
Di Pasar Segiri misalnya, harga daging rata-rata Rp90 ribu per kilogram (kg), sedangkan di Pasar Inpres Jl. Merdeka harga daging sapi dengan kualitas yang sama berada pada kisaran Rp85 ribu per kg.
Untuk harga daging ayam potong per ekor yang tanpa isi jeroan mencapai Rp50 ribu, sedangkan untuk ayam petelur yang sudah dipotong harganya juga sama, namun untuk ayam petelur ini dijual dengan dengan isinya.
Sementara untuk harga ketupat kosong senilai Rp10.000 per ikat dengan isi delapan buah ketupat per ikat. Sejumlah penjual ketupat bahkan sempat kehabisan karena banyaknya warga yang memburu ketupat dari bahan daun kelapa itu.
Menurut Bu Syahrun, dia sebenarnya jarang ke pasar tradisional, namun karena untuk menyambut Lebaran Ketupat besok, maka mau tidak mau dia ke pasar untuk membeli perlengkapannya dan segera memasak bumbu santan untuk pasangan ketupat.
Dia mengaku tradisi memasak ketupat yang akan dimakan sekeluarga dan mengundang teman terdekat, sudah dilakukan sejak lama, yakni ketika masih bujangan dan tinggal di Jawa.
Namun kini meski sudah memiliki tiga anak dan puluhan tahun tinggal di Samarinda, namun tradisi itu tidak akan dilupakannya. Apalagi dia mengaku hambar atau ada sesuatu yang kurang jika pada Idul Fitri di hari ketujuh tidak memasak ketupat. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012