Darmiah, tidak pernah menyangka bahwa dodol dan kerupuk buatannya akan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan di kemudian hari.
Pada awalnya hanya dibuat sekadar iseng, dengan memanfaatkan potensi rumput laut yang banyak dibudidayakan masyarakat di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur.
Berkat keisengannya tersebut, membawa berkah tersendiri baginya karena mampu menciptakan makanan yang saat ini menjadi makanan khas daerahnya yang mulai banyak dikenal dan diminati pelancong yang berkunjung ke daerahnya buat oleh-oleh.
Dodol buatannya diracik dengan dua cita rasa yaitu rasa durian dan coklat. Sementara kerupuk terdapat lima macam rasa yaitu rasa udang, wortel, bayam, keju dan bawang putih.
Kedua makanan ini, yang paling banyak dilirik pelancong adalah dodol yang memang mulai banyak dikenal berkat kerja sama yang dilakukan dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Nunukan, Dinas Kelautan dan Perikanan.
Tahun ini juga direncanakan menjalin kerjasama dengan Badan Pemberdayaan Perempuan, Keluarga Berencana Daerah (BPPKBD) Kabupaten Nunukan.
Menurut ibu rumah tangga paruh baya ini, meskipun belum pernah mendapatkan bantuan dana secara khusus dari pemerintah, tetapi masih mampu menjalankannya sampai sekarang dengan memproduksi sesuai kemampuan dana yang dimilikinya.
"Dalam seminggu hanya mampu memproduksi sebanyak 80 bungkus," ucapnya sambil tersenyum bahagia. Seraya mengatakan setiap produksi mempekerjakan 10 orang ibu rumah tangga yang direkrut dari tetangganya sendiri yang dijadikan pula sebagai warga binaan di dalam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) bentukannya sejak beberapa tahun lalu.
Usaha pembuatan dodol dan kerupuk yang berbahan baku rumput laut ini, mulai dirintis sejak tahun 2011 silam. Setelah mendapatkan pelatihan yang dilakukan oleh Tim Penggerak PKK Kecamatan Nunukan Selatan Kabupaten Nunukan yang diikutinya.
Dan pada tahun 2011, ia mengaku berusaha mandiri dengan membeli mesin pengolah dengan menggunakan uang pribadinya. Berkat keberaniannya itulah, Darmiah yang berstatus PNS di UPT Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan ini akhirnya usahanya mulai diperkenalkan dan dititipkan pada sejumlah minimarket dan pertokoan di daerahnya.
Selama ini katanya, ia baru menitipkan dodol di minimarket Marami, Alaska, Toko Roti Nurlaelah, UKM Centre dan di pajang pada kios miliknya yang berada di Sedadap Kecamatan Nunukan Selatan.
Sementara produksi kerupuk, ujarnya belum layak dipromosikan karena kemasan dan bentuknya belum mampu bersaing dengan kerupuk lainnya yang dinilainya sudah lebih baik.
"Kalau dodol saya sudah banyak menitipkan di minimarket dan pertokoan. Dan banyak yang sudah terjual. Tapi kalau kerupuknya nampaknya belum mampu bersaing dengan kerupuk lainnya yang kemasan dan bentuknya sudah lebih baik," ujar wanita asal Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan ini.
Perbaiki Kemasan
Agar makanan ringan buatannya lebih diminati masyarakat dan pelancong, ke depannya ia akan berusaha lebih memperbaiki kemasan dan bentuknya. Bentuk kerupuk yang dibuatnya masih berupa lingkaran.
Untuk memperbaiki kualitas dan cita rasa dodol dan kerupuk buatannya, ia banyak membuka internet yang berhubungan dengan rumput laut.
Ia menuturkan, setiap saat berusaha membuka-buka internet dan mempelajari apa saja yang bisa dibuat dari rumput laut itu sendiri.
Ke depan ia ingin membuat makanan dan minuman yang bahan bakunya 100 persen rumput laut. Menurutnya, dodol dan kerupuk yang dibuatnya selama ini memang berbahan baku rumput laut tetapi masih menggunakan bahan lain berupa tepung beras ketan dan lainnya.
Darmiah berkeyakinan dalam hatinya, dengan pengamalan membuat makanan dari rumput laut suatu saat akan mampu membuat lagi jenis makanan lainnya yang juga terbuat dari rumput laut.
"Saya ada rencana membuat selai kue dari rumput laut. Kemungkinan rencana tersebut akan dimulai setelah Lebaran nanti," ujarnya.
Sebenarnya Darmiah berkeinginan sekali bisa mengembangkan usahanya ini, namun tidak memiliki dana yang mumpuni. tetapi ia juga enggan mengajukan permohoan bantuan kepada instansi terkait dengan alasan menghindari image, yang telah melekat kepada sejumlah usaha kecil yang hanya mampu meminta bantuan dana tapi tidak mampu berkarya.
"Saya memang tidak mampu minta dana kepada pemerintah karena saya tidak mau dicap seperti pengusaha kecil lainnya yang sudah dapat bantuan tetapi tidak ada karya. Makanya selama ini saya kembangkan usaha ini dengan biaya pribadi sendiri," katanya saat ditemui di kantor UPT SKB Jalan Pongtiku Kabupaten Nunukan beberapa waktu yang lalu.
Untuk menutupi kekurangan biaya yang dibutuhkan setiap produksi, Darmiah mengaku menggunakan dana bantuan untuk PKBM miliknya dari Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan, sebut Darmiah seraya menengaskan kemasan yang digunakannya dicetak di Yogyakarta dan Jakarta.
Selain membutuhkan dana untuk membeli bahan baku, ia juga harus mengupah karyawan yang dipekerjakan sebanyak 10 orang itu. Oleh karena itu, dari 80 bungkus yang diproduksi setiap minggu dengan perhitungan omzet Rp800.000, dan keuntungan bersih yang diraupnya hanya sekitar Rp300.000 saja. Dengan biaya bahan baku sebesar Rp 300.000 juga.
Kios miliknya di Sedadap dijadikan sebagai pusat penjualan dodol dan kerupuk buatannya yang dijaga oleh seorang karyawan dari keluarganya sendiri.
Ketika ditemui, Lia mengatakan dodol dan kerupuk dari rumput laut lumayan banyak yang terjual. Pembeli pada umumnya dari tamu-tamu dari luar Pulau Nunukan.
Sedangkan di Pusat Oleh-Oleh UKM Centre binaan Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Nunukan, di Jalan Pattimura (Jalan TVRI) tersebut, kerupuk dan dodol buatan Darmiah memang banyak yang dipajang. Menurut Fadli, staf Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Nunukan beberapa waktu sebelumnya, dodol dan kerupuk dari berbagai macam rasa itu lebih banyak dibeli dari tamu-tamu dari Pulau Jawa.
Kepala Bidang Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM) Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Nunukan, Drs Daniel Tampang saat ditemui di ruang kerjanya, pekan lalu mengakui, belum pernah memberikan bantuan kepada UMKM di wilayahnya. Berhubung tidak memiliki anggaran khusus untuk bantuan kepada usaha kecil.
Ia mengatakan anggaran untuk UMKM baru dianggarkan pada APBD 2012 sebesar Rp150 juta, tetapi dana tersebut akan diberikan kepada UMKM yang sudah dilatih oleh Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Nunukan semata dan bagi UMKM yang tidak masuk dalam binaannya tidak mungkin diberikan bantuan termasuk usaha pembuatan dodol dan kerupuk dari rumput laut milik Darmiah.
Daniel mengatakan usaha milik Darmiah merupakan binaan Dinas Pendidikan melalui PKBM, sehingga tidak mungkin dibantu lagi oleh Disperindagkop Kabupaten Nunukan.
Walaupun demikian, usaha pembuatan dodol dan kerupuk rumput laut milik Darmiah yang sudah terdaftar sebagai salah satu UMKM di Disperidagkop Kabupaten Nunukan sehingga tetap akan diupayakan diberikan bantuan dengan ketentuan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh instansi tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Pada awalnya hanya dibuat sekadar iseng, dengan memanfaatkan potensi rumput laut yang banyak dibudidayakan masyarakat di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur.
Berkat keisengannya tersebut, membawa berkah tersendiri baginya karena mampu menciptakan makanan yang saat ini menjadi makanan khas daerahnya yang mulai banyak dikenal dan diminati pelancong yang berkunjung ke daerahnya buat oleh-oleh.
Dodol buatannya diracik dengan dua cita rasa yaitu rasa durian dan coklat. Sementara kerupuk terdapat lima macam rasa yaitu rasa udang, wortel, bayam, keju dan bawang putih.
Kedua makanan ini, yang paling banyak dilirik pelancong adalah dodol yang memang mulai banyak dikenal berkat kerja sama yang dilakukan dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Nunukan, Dinas Kelautan dan Perikanan.
Tahun ini juga direncanakan menjalin kerjasama dengan Badan Pemberdayaan Perempuan, Keluarga Berencana Daerah (BPPKBD) Kabupaten Nunukan.
Menurut ibu rumah tangga paruh baya ini, meskipun belum pernah mendapatkan bantuan dana secara khusus dari pemerintah, tetapi masih mampu menjalankannya sampai sekarang dengan memproduksi sesuai kemampuan dana yang dimilikinya.
"Dalam seminggu hanya mampu memproduksi sebanyak 80 bungkus," ucapnya sambil tersenyum bahagia. Seraya mengatakan setiap produksi mempekerjakan 10 orang ibu rumah tangga yang direkrut dari tetangganya sendiri yang dijadikan pula sebagai warga binaan di dalam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) bentukannya sejak beberapa tahun lalu.
Usaha pembuatan dodol dan kerupuk yang berbahan baku rumput laut ini, mulai dirintis sejak tahun 2011 silam. Setelah mendapatkan pelatihan yang dilakukan oleh Tim Penggerak PKK Kecamatan Nunukan Selatan Kabupaten Nunukan yang diikutinya.
Dan pada tahun 2011, ia mengaku berusaha mandiri dengan membeli mesin pengolah dengan menggunakan uang pribadinya. Berkat keberaniannya itulah, Darmiah yang berstatus PNS di UPT Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan ini akhirnya usahanya mulai diperkenalkan dan dititipkan pada sejumlah minimarket dan pertokoan di daerahnya.
Selama ini katanya, ia baru menitipkan dodol di minimarket Marami, Alaska, Toko Roti Nurlaelah, UKM Centre dan di pajang pada kios miliknya yang berada di Sedadap Kecamatan Nunukan Selatan.
Sementara produksi kerupuk, ujarnya belum layak dipromosikan karena kemasan dan bentuknya belum mampu bersaing dengan kerupuk lainnya yang dinilainya sudah lebih baik.
"Kalau dodol saya sudah banyak menitipkan di minimarket dan pertokoan. Dan banyak yang sudah terjual. Tapi kalau kerupuknya nampaknya belum mampu bersaing dengan kerupuk lainnya yang kemasan dan bentuknya sudah lebih baik," ujar wanita asal Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan ini.
Perbaiki Kemasan
Agar makanan ringan buatannya lebih diminati masyarakat dan pelancong, ke depannya ia akan berusaha lebih memperbaiki kemasan dan bentuknya. Bentuk kerupuk yang dibuatnya masih berupa lingkaran.
Untuk memperbaiki kualitas dan cita rasa dodol dan kerupuk buatannya, ia banyak membuka internet yang berhubungan dengan rumput laut.
Ia menuturkan, setiap saat berusaha membuka-buka internet dan mempelajari apa saja yang bisa dibuat dari rumput laut itu sendiri.
Ke depan ia ingin membuat makanan dan minuman yang bahan bakunya 100 persen rumput laut. Menurutnya, dodol dan kerupuk yang dibuatnya selama ini memang berbahan baku rumput laut tetapi masih menggunakan bahan lain berupa tepung beras ketan dan lainnya.
Darmiah berkeyakinan dalam hatinya, dengan pengamalan membuat makanan dari rumput laut suatu saat akan mampu membuat lagi jenis makanan lainnya yang juga terbuat dari rumput laut.
"Saya ada rencana membuat selai kue dari rumput laut. Kemungkinan rencana tersebut akan dimulai setelah Lebaran nanti," ujarnya.
Sebenarnya Darmiah berkeinginan sekali bisa mengembangkan usahanya ini, namun tidak memiliki dana yang mumpuni. tetapi ia juga enggan mengajukan permohoan bantuan kepada instansi terkait dengan alasan menghindari image, yang telah melekat kepada sejumlah usaha kecil yang hanya mampu meminta bantuan dana tapi tidak mampu berkarya.
"Saya memang tidak mampu minta dana kepada pemerintah karena saya tidak mau dicap seperti pengusaha kecil lainnya yang sudah dapat bantuan tetapi tidak ada karya. Makanya selama ini saya kembangkan usaha ini dengan biaya pribadi sendiri," katanya saat ditemui di kantor UPT SKB Jalan Pongtiku Kabupaten Nunukan beberapa waktu yang lalu.
Untuk menutupi kekurangan biaya yang dibutuhkan setiap produksi, Darmiah mengaku menggunakan dana bantuan untuk PKBM miliknya dari Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan, sebut Darmiah seraya menengaskan kemasan yang digunakannya dicetak di Yogyakarta dan Jakarta.
Selain membutuhkan dana untuk membeli bahan baku, ia juga harus mengupah karyawan yang dipekerjakan sebanyak 10 orang itu. Oleh karena itu, dari 80 bungkus yang diproduksi setiap minggu dengan perhitungan omzet Rp800.000, dan keuntungan bersih yang diraupnya hanya sekitar Rp300.000 saja. Dengan biaya bahan baku sebesar Rp 300.000 juga.
Kios miliknya di Sedadap dijadikan sebagai pusat penjualan dodol dan kerupuk buatannya yang dijaga oleh seorang karyawan dari keluarganya sendiri.
Ketika ditemui, Lia mengatakan dodol dan kerupuk dari rumput laut lumayan banyak yang terjual. Pembeli pada umumnya dari tamu-tamu dari luar Pulau Nunukan.
Sedangkan di Pusat Oleh-Oleh UKM Centre binaan Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Nunukan, di Jalan Pattimura (Jalan TVRI) tersebut, kerupuk dan dodol buatan Darmiah memang banyak yang dipajang. Menurut Fadli, staf Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Nunukan beberapa waktu sebelumnya, dodol dan kerupuk dari berbagai macam rasa itu lebih banyak dibeli dari tamu-tamu dari Pulau Jawa.
Kepala Bidang Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM) Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Nunukan, Drs Daniel Tampang saat ditemui di ruang kerjanya, pekan lalu mengakui, belum pernah memberikan bantuan kepada UMKM di wilayahnya. Berhubung tidak memiliki anggaran khusus untuk bantuan kepada usaha kecil.
Ia mengatakan anggaran untuk UMKM baru dianggarkan pada APBD 2012 sebesar Rp150 juta, tetapi dana tersebut akan diberikan kepada UMKM yang sudah dilatih oleh Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Nunukan semata dan bagi UMKM yang tidak masuk dalam binaannya tidak mungkin diberikan bantuan termasuk usaha pembuatan dodol dan kerupuk dari rumput laut milik Darmiah.
Daniel mengatakan usaha milik Darmiah merupakan binaan Dinas Pendidikan melalui PKBM, sehingga tidak mungkin dibantu lagi oleh Disperindagkop Kabupaten Nunukan.
Walaupun demikian, usaha pembuatan dodol dan kerupuk rumput laut milik Darmiah yang sudah terdaftar sebagai salah satu UMKM di Disperidagkop Kabupaten Nunukan sehingga tetap akan diupayakan diberikan bantuan dengan ketentuan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh instansi tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012