Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Darmiah tidak pernah menyangka, dodol dan kerupuk berbahan dasar rumput  laut yang dibuatnya akan menjadi makanan khas Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur dan incaran pelancong yang berkunjung ke daerah itu.

Awalnya, wanita berstatus pegawai negeri sipil (PNS) itu sekadar buka-buka internet, akhirnya memutuskan mencoba melakukan apa yang dibaca dan dipelajarinya di dalam internet tersebut.

"Pertama kali saya buka-buka internet dan iseng mencoba membuat dodol dan kerupuk dari rumput laut," kata produsen dodol dan kerupuk yang terbuat dari rumput laut di Kabupaten Nunukan itu.

Ditemui di kantornya di Unit Pelaksana Teknis Sanggar Kegiatan Belajar Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan di Jalan Pongtiku, Darmiah menceritakan perihal kiat suksesnya membuat dodol dan kerupuk yang berbahan baku rumput laut yang kini menjadi makanan khas daerahnya.

Menurut PNS di UPT SKB Kabupaten Nunukan ini, sebelumnya pernah mengikuti pembuatan makanan dari rumput laut yang dibuat oleh Tim Penggerak PKK kecamatan Nunuksan Selatan Kabupaten Nunukan pada tahun 2010 lalu.

Dari situlah, ia rajin membuka-buka internet dan apa yang diketahui melalui internet tersebut langsung dilakukannya sendiri.

Dengan keberaniannya mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukannya, Darmiah memutuskan membeli mesin pengolah dengan menggunakan uang pribadinya pada tahun 2011, kemudian memanfaatkan potensi rumput laut yang banyak dibudidaya masyarakat Kabupaten Nunukan hingga sekarang.

Berkat ketekunannya, Darmiah kini memiliki tempat produksi di pinggir laut Sedadap dengan mempekerjakan 10 karyawan yang direkrut dari ibu-ibu sekitar tempat tinggalnya sekaligus menjadi warga binaannya.

Darmiah menjelaskan tata cara pembuatan dodol dari rumput laut. Pertama kali, rumput laut dijemur hingga kering lalu direndam berulang kali dengan air tawar untuk menghilang rasa amis (air laut) hingga berwarna putih.

Setelah itu digiling menggunakan mesin miliknya hingga menjadi tepung. Selanjutnya dicampur dengan tepung beras ketan dan cita rasa seperti durian dan coklat sebagai rasa yang membedakan setiap produknya.

Penambah cita rasa ini juga berfungsi menghilangkan rasa amis yang masih melekat pada rumput laut, jelas ibu paruh baya asal Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan ini.

Selama menekuni pembuatan makanan dari rumput laut ini, ia juga memproduksi kerupuk dengan berbagai rasa yaitu rasa wortel, bayam, bawang putih, keju, dan udang.

Metode pembuatan kerupuk katanya, tidak serumit membuat dodol. Karena rumput laut yang menjadi bahan bakunya tidak terlalu dicuci untuk menghilangkan rasa amisnya.

"Kalau kerupuk tidak ada masalah jika masih ada rasa amisnya, karena masih ditambah dengan bumbu yang rasa khasnya," urainya.

Sejak tahun 2011, memproduksi dodol dan kerupuk sekali dalam seminggu. Sekali produksi mencapai 80 kotak/bungkus yang diperkirakan hasilnya sekitar Rp 800 ribu. Modal produksi diperkirakan sekitar Rp 300 ribu.

Dari hasil inilah, yang digunakan mengupah pekerjanya sesuai jumlah bungkus yang dikerjakannya. Menurutnya, keuntungan bersih yang diperolehnya dari sekali produksi sekitar Rp 300 ribu sudah terhitung biaya yang digunakan dan upah pekerja.

Kemudian sistem pemasarannya, baru dodol yang bisa diandalkan. Karena kerupuk belum mampu bersaing dengan kerupuk lainnya produksi pabrikan yang kemungkinan nilai rasanya lebih standar di kalangan masyarakat daerah itu.

Bentuk promosi dan pemasaran lainnya adalah seringkali dibawa oleh pemerintah Kabupaten Nunukan diikutkan pada pameran-pameran baik lokal maupun nasional, sehingga dodol dan kerupuk buatannya sudah banyak dikenal masyarakat dan sudah menjadi oleh-oleh bagi tamu atau pengunjung setiap akan pulang ke daerahnya.

Selama ini, dodol dititipkan di sejumlah pertokoan dan minimarket seperti minimarket Marami, minimarket Alaska, toko roti Nurlaela, dan UKM Center binaan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM Kabupaten Nunukan di Jalan TVRI serta kios miliknya sendiri di Jalan Ujang Dewa Sedadap Kecamatan Nunukan Selatan Kabupaten Nunukan.

Untuk kerupuk, Darmiah lebih banyak dipasarkan di luar Pulau Nunukan, akibat ketidakmampuannya bersaing dengan jenis kerupuk yang memiliki kemasan dan cita rasa yang lebih baik.

Sebenarnya, kerupuk buatannya mampu bersaing apabila bentuk dan kemasannya lebih ditingkatkan lagi. Setidak-tidaknya mirip dengan kerupuk lainnya dimana kerupuk buatannya hanya berbentuk bulat atau tidak variatif. Sehingga modelnya tidak menarik minat pembeli.

Tetapi yang berusaha lebih inovatif dengan membuat kerupuk yang mampu bersaing dengan jenis kerupuk lainnya. Dalam waktu dekat atau setelah hari raya Idul Fitri 1433 Hijriyah nanti, Darmiah akan mencoba lagi membuat dodol dan kerupuk yang bahan bakunya hanya rumput laut semata.

Agar usahanya lebih berkembang dan mampu bersaing dengan produk lainnya, ia mengharapkan adanya campurtangan pemkab Nunukan untuk mengikutkan pelatihan atau studi banding ke daerah lain.

Soal bantuan dana, ia mengaku hanya mendapatkan bantuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang dibentuknya sejak beberapa tahun lalu. Dana yang diperoleh setiap tahun inilah yang digunakan mengembangkan usahanya sehingga bisa lebih pruduktif seperti sekarang.

"PKBM itu kan melayani pendidikan non formal. Dan usaha pembuatan dodol dan kerupuk ini termasuk di dalamnya, makanya yang saya libatkan adalah warga binaan dari PKBM ini," jelasnya.

Kesempatan mendatang, Darmiah berupaya menjalin kerjasama dengan Disperindagkop dan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Daerah bidang pemberdayaan perempuan yang berkaitan dengan kecakapan khusus terhadap ibu-ibu rumah tangga yang selama ini diberdayakan membuat dodol dan kerupuk rumput laut ini.

Usaha yang dikelolanya, ia mengakui belum pernah mendapatkan bantuan pengembangan dari pemkab Nunukan kecuali hanya pelatihan kewirausahaan semata. Jadi dana yang digunakan adalah bantuan untuk pengembangan PKBM miliknya.

"saya belum pernah mendapatkan bantuan dana dari pemkab Nunukan secara khusus untuk pengembangan usaha dodol dan kerupuk rumput laut ini," ujarnya seraya mengatakan kemasan atau pembungkus plastik yang digunakan dicetak di Yogyakarta dan Jakarta. (*)

Pewarta: Muhammad Rusman

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012