Nunukan (ANTARA News Kaltim) - Ternak warga transmigrasi di Desa Tabur Lestari dan Desa Sanur Kecamatan Seimenggaris Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur diduga sengaja diracun oleh pihak perusahaan kelapa sawit PT Pohon Emas Lestari (PEL).
Hal itu diungkapkan Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Masyarakat Vetereiner Dipsertanak Kabupaten Nunukan, drh Muh Rais Kahar, di Nunukan, Kamis.
Pihak Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan semula mendapatkan laporan bahwa kematian ternak sapi mereka diduga akibat penyakit jembrana.
"Penyakit jembrana ini memang merupakan penyakit spesifik ternak sapi, tetapi tidak mematikan," katanya.
Setelah sampel organ tubuh dari ternak yang sudah mati itu diteliti di laboratorium khusus, ternyata dugaan penyakit jembrana tersebut negatif.
Memperhatikan hasil tersebut, maka diduga ada penyebab lain dari kematian ternak warga transmigrasi ini.
Warga pun diminta mengambil contoh rumput tempat ternak itu mati dan racun tikus yang ditemukan di kawasan perkebunan kelapa sawit PT PEL di sekitar permukiman warga.
Rais menegaskan di sekitar kawasan kebun kelapa sawit banyak racun tikus merk xilaw yang mengandung brodifacoum yang didalamnya ditemukan warfaris super yang ditebarkan oleh PT PEL.
"Setelah diteliti, diyakini bahwa zat brodifacoum yang terkandung di dalam racun tikus itulah yang menyebabkan kematian ternak warga," katanya.
Kasus ini terjadi sejak pertengahan April 2012 dan dilaporkan awal Mei 2012. Hingga saat ini jumlah ternak milik warga yang mati sebanyak 36 ekor dan 20 ekor di antaranya milik warga di kawasan transmigrasi SP2. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Hal itu diungkapkan Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Masyarakat Vetereiner Dipsertanak Kabupaten Nunukan, drh Muh Rais Kahar, di Nunukan, Kamis.
Pihak Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan semula mendapatkan laporan bahwa kematian ternak sapi mereka diduga akibat penyakit jembrana.
"Penyakit jembrana ini memang merupakan penyakit spesifik ternak sapi, tetapi tidak mematikan," katanya.
Setelah sampel organ tubuh dari ternak yang sudah mati itu diteliti di laboratorium khusus, ternyata dugaan penyakit jembrana tersebut negatif.
Memperhatikan hasil tersebut, maka diduga ada penyebab lain dari kematian ternak warga transmigrasi ini.
Warga pun diminta mengambil contoh rumput tempat ternak itu mati dan racun tikus yang ditemukan di kawasan perkebunan kelapa sawit PT PEL di sekitar permukiman warga.
Rais menegaskan di sekitar kawasan kebun kelapa sawit banyak racun tikus merk xilaw yang mengandung brodifacoum yang didalamnya ditemukan warfaris super yang ditebarkan oleh PT PEL.
"Setelah diteliti, diyakini bahwa zat brodifacoum yang terkandung di dalam racun tikus itulah yang menyebabkan kematian ternak warga," katanya.
Kasus ini terjadi sejak pertengahan April 2012 dan dilaporkan awal Mei 2012. Hingga saat ini jumlah ternak milik warga yang mati sebanyak 36 ekor dan 20 ekor di antaranya milik warga di kawasan transmigrasi SP2. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012