Organisasi berbasis komunitas Keluarga Penyangga Indonesia mengatakan penggunaan masker kain merupakan salah satu alternatif yang efektif untuk mencegah penularan wabah COVID-19.
"Kami menilai ketika aturan social dan physical distancing sukar diterapkan, maka penggunaan masker kain untuk umum dinilai cukup efektif untuk menurunkan risiko penularan COVID 19," kata Humas Keluarga Penyangga Indonesia dr M. Hud Suhargono, SpOG(K) melalui keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan sampai saat ini para ahli masih menyepakati tiga strategi utama untuk memutus penularan virus ini di masyarakat, yaitu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, menjaga jarak secara fisik serta menggunakan masker kain saat berada di luar rumah.
Namun, individu dengan asimtomatik carrier (orang tanpa gejala) semakin banyak yang sulit terdeteksi dan individu tersebut masih bebas berinteraksi dengan individu lain karena merasa tidak sakit meskipun telah ada seruan menjaga jarak.
Oleh karena itu, selain terus mengampanyekan perlunya menjaga jarak dan perilaku bersih dengan mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir, organisasi tersebut juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker kain guna mencegah penyebaran virus SARS-COV-2, penyebab penyakit COVID-19.
Berdasarkan rekomendasi Pusat Kendali dan Pencegahan Penyakit (Centre of Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat (AS) penggunaan masker kain buatan rumah juga dapat dijadikan alternatif yang dapat digunakan oleh masyarakat umum. Sedangkan masker medis seperti masker bedah dan masker N95 sebaiknya digunakan oleh tenaga kesehatan yang berhadapan langsung dengan pasien COVID-19.
"Masker sebaiknya digunakan oleh semua orang bukan hanya orang yang sedang sakit batuk pilek dan panas," kata Hud.
Bahan masker dari kain bahan baju diharapkan mempermudah masyarakat untuk memperolehnya atau membuatnya sendiri di rumah, sehingga masyarakat bisa mendapatkan alternatif masker daripada tidak memakai masker sama sekali ketika keluar rumah atau saat berinteraksi dengan orang lain.
"Kami (Keluarga Penyangga Indonesia) menyarankan masyarakat memakai masker kain multi layer untuk meningkatkan efektifitas proteksi terhadap penularan virus. Selain itu, salah satu keuntungan lainnya adalah bahan masker kain ini bisa dicuci lagi dengan deterjen biasa sehingga lebih memudahkan masyarakat dalam merawat dan menggunakannya," katanya.
Menurut penelitian yang dilakukan di Cambridge pada 2013, bahan kain yang digunakan untuk masker nonmedis tersebut ternyata cukup efektif menahan penularan virus.
"Ini dikarenakan ukuran virus COVID-19 sendiri yakni sebesar 0,12-0,18 mikron. Sementara dari hasil penelitian terhadap partikel yang berukuran 0,02 mikron, masker bedah mempunyai efektifitas 97 persen. Sementara itu, bahan kain sejenis lap yang digunakan sebagai masker mempunyai efektifitas hingga 83 persen bila digunakan 1 lapis. Sedangkan bila digunakan dua lapis, maka efektifitasnya hampir sama dengan masker bedah yaitu 93 persen," katanya.
Kemudian, masker yang terbuat dari bahan kain katun bila digunakan satu lapis memiliki efektifitas hingga 69 persen dan bila digunakan dua lapis maka efektifitasnya menjadi 71 persen.
Sementara itu, lebih lanjut Hud mengatakan sosialisasi penggunaan masker kain kepada masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk melindungi diri sendiri, keluarga dan orang lain di sekitarnya.
"Yang perlu ditekankan dalam kampanye penggunaan masker kain untuk publik ini adalah bahwa masker adalah bagian satu paket strategi pemutusan rantai penularan COVID 19, di samping strategi utama mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun serta physical distancing dan lebih banyak melakukan kegiatan di rumah," kata Hud.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020
"Kami menilai ketika aturan social dan physical distancing sukar diterapkan, maka penggunaan masker kain untuk umum dinilai cukup efektif untuk menurunkan risiko penularan COVID 19," kata Humas Keluarga Penyangga Indonesia dr M. Hud Suhargono, SpOG(K) melalui keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan sampai saat ini para ahli masih menyepakati tiga strategi utama untuk memutus penularan virus ini di masyarakat, yaitu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, menjaga jarak secara fisik serta menggunakan masker kain saat berada di luar rumah.
Namun, individu dengan asimtomatik carrier (orang tanpa gejala) semakin banyak yang sulit terdeteksi dan individu tersebut masih bebas berinteraksi dengan individu lain karena merasa tidak sakit meskipun telah ada seruan menjaga jarak.
Oleh karena itu, selain terus mengampanyekan perlunya menjaga jarak dan perilaku bersih dengan mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir, organisasi tersebut juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker kain guna mencegah penyebaran virus SARS-COV-2, penyebab penyakit COVID-19.
Berdasarkan rekomendasi Pusat Kendali dan Pencegahan Penyakit (Centre of Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat (AS) penggunaan masker kain buatan rumah juga dapat dijadikan alternatif yang dapat digunakan oleh masyarakat umum. Sedangkan masker medis seperti masker bedah dan masker N95 sebaiknya digunakan oleh tenaga kesehatan yang berhadapan langsung dengan pasien COVID-19.
"Masker sebaiknya digunakan oleh semua orang bukan hanya orang yang sedang sakit batuk pilek dan panas," kata Hud.
Bahan masker dari kain bahan baju diharapkan mempermudah masyarakat untuk memperolehnya atau membuatnya sendiri di rumah, sehingga masyarakat bisa mendapatkan alternatif masker daripada tidak memakai masker sama sekali ketika keluar rumah atau saat berinteraksi dengan orang lain.
"Kami (Keluarga Penyangga Indonesia) menyarankan masyarakat memakai masker kain multi layer untuk meningkatkan efektifitas proteksi terhadap penularan virus. Selain itu, salah satu keuntungan lainnya adalah bahan masker kain ini bisa dicuci lagi dengan deterjen biasa sehingga lebih memudahkan masyarakat dalam merawat dan menggunakannya," katanya.
Menurut penelitian yang dilakukan di Cambridge pada 2013, bahan kain yang digunakan untuk masker nonmedis tersebut ternyata cukup efektif menahan penularan virus.
"Ini dikarenakan ukuran virus COVID-19 sendiri yakni sebesar 0,12-0,18 mikron. Sementara dari hasil penelitian terhadap partikel yang berukuran 0,02 mikron, masker bedah mempunyai efektifitas 97 persen. Sementara itu, bahan kain sejenis lap yang digunakan sebagai masker mempunyai efektifitas hingga 83 persen bila digunakan 1 lapis. Sedangkan bila digunakan dua lapis, maka efektifitasnya hampir sama dengan masker bedah yaitu 93 persen," katanya.
Kemudian, masker yang terbuat dari bahan kain katun bila digunakan satu lapis memiliki efektifitas hingga 69 persen dan bila digunakan dua lapis maka efektifitasnya menjadi 71 persen.
Sementara itu, lebih lanjut Hud mengatakan sosialisasi penggunaan masker kain kepada masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk melindungi diri sendiri, keluarga dan orang lain di sekitarnya.
"Yang perlu ditekankan dalam kampanye penggunaan masker kain untuk publik ini adalah bahwa masker adalah bagian satu paket strategi pemutusan rantai penularan COVID 19, di samping strategi utama mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun serta physical distancing dan lebih banyak melakukan kegiatan di rumah," kata Hud.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020