Kepala Dinas Perindustrian Kota Samarinda, Muhammad Faisal mengatakan ternyata di Samarinda ada sebuah perusahaan yang memproduksi pupuk NPK slow released atau terurai secara pelan-pelan dengan kekhususan tanaman perkebunan.
 

“Kami baru  mengetahui  ada perusahaan yang memproduksi pupuk NPK  dari data dari Kementerian Perindustrian di Jakarta,” katanya di Samarinda, Senin.

Ia mengatakan setelah mengetahui segera melakukan peninjauan  didampingi Camat Palaran Suwarso dan pak Lurah Bukuan, Suyoto ke  PT. Sumber Subur Rejeki.

Dalam kunjungannnya rombongan Dinas Perindustrian Kota Samarinda bersama aparat kecamatan dan kelurahan mendapat penjelasan dari  pihak perusahaan  Syamsu Alam. Pupuk NPK diproduksi perusahaan PT Sumber Subur Rejeki merupakan pupuk inovasi dengan pola  terurai secara pelan-pelan.

“Pupuk NPK tersebut banyak digunakan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit, terutama di luar Kaltim,” katanya.

Diakui Saymsu Alam bahwa pihaknya masih kesulitan  melakukan pemasaran di wilayah Kaltim, namun justru banyak terjual ke Provinsi lain di Kalimantan hingga ke Riau.

Menurutnya PT Sumber Subur Rejeki mampu memproduksi rata-rata  60 ton/bulan dengan memperkerjakan karyawan sebanyak 40 orang. Dia berharap perkebunan di Kaltim bisa  mencoba pupuk NPK produksi  Samarinda.

Kepala Pemasaran PT Sumber Subur Rejeki,Dadi Suryadi  menambahkan  jika  menggunakan pupuk untuk tanaman dengan jenis granula per pohon memakai 7,5 kg, dan jika menggunakan pupuk berbentuk briket dibutuhkan sebanyak 5 kg.

“Jika menggunakan pupuk NPK slow released ini maka hanya diperlukan sebanyak 2,5 kg saja per tanaman atau jika menggunakan pupuk NPK tabur konvensional perlunya 6 kg maka  dengan sawitree cukup 2 kg saja” jelasnya.

Dikemukakannya dengan kemasan kotak dos seberat 10 kg yang berisi 60 tablet, pupuk NPK produk inovatif dari  kota Samarinda  sudah sangat layak untuk untuk dipakai dan efisien.

 HM Faisal menambahkan bahwa PT Sumber Subur Rejeki secara legalitas sudah  memiliki  perizinannya dan produknya juga sudah mempunyai SNI. Lahan pabrikpun cukup luas  yakni bekas pabrik resin yang sudah tidak aktif lagi.

 

Pewarta: Rhd

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019