Sangatta (ANTARA News Kaltim) - Kementerian Sosial RI memberikan bantuan sebesar Rp110 juta kepada Sekolah Luar Biasa (SLB) Kutai Timur, Kalimantan Timur, yang bersumber dari APBN 2011 untuk membeli buku-buku perpustakaan.

"Dana sebesar Rp110 juta dari pusat melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia itu pada tahun anggaran 2011 dibelanjakan untuk pengadaan buku-buku perpustakaan sebanyak 1.000 buku dengan 1 lebih judul," kata Kepala Sekolah Luar Biasa Kutai Timur Haristo, Senin.

Selain untuk belanja pengadaan buku-buku perpustakaan, yang judulnya bermacam-macam juga untuk membeli meja dan kursi serta satu unit komputer untuk perpustakaan.

Dikatakan Haristo, SLB yang berdiri tahun 2007 dan berlamat di jalan APT Pranoto Sangatta, Kutai Timur kaltim, hanya mendapat bantuan dari pemerintah provinsi melalui Kementerian Sosial.

Seluruh biaya yang digunakan ini masih berupa bantuan atau subsidi Pemerintah Pusat,sedangkan untuk pemerintah kabupaten belum ada.

"Kami berharap agar Pemkab Kutai Timur melalui Dinas Pendidikan memberikan alokasi dana atau dana Bosda untuk biaya operasional sekolah dan gaji guru. Saat ini murid SLB berjumlah 45 orang dengan rincian murid tuna rungu yang jumlahnya 16 orang dan tuna grahita yang berjumlak 20 orang dan selebihnya adalah tunah netra," kata Haritso.

Menurut dia, saat ini SLB juga masih kekuranan tenaga pengajar atau guru, karena seharusnya idelanya delapan guru tetapi sekarang baru memiliki lima guru.

Misalnya untuk murid tuna rungu yang jumlahnya 16 orang itu sudah butuh tiga orang guru, kemudian tuna grahita dengan jumlah 20 orang dibutuhkan empat atau lima orang guru dan untuk guru tuna netra baru mendaftar satu orang.

"Khusus tunah netra ini menurut Haritso tidak sembarang guru mengajar harus memiliki kelebihan dan dan keterampilan harus menguasai brail (membaca hurup timbul, dan tidak banyak yang bisa untuk itu," katanya.

Haristo juga berharap bantuan dana tambahan. Khususnya dari Bosda, karena untuk mengharapkan dana Bos, tidak mungkin cukup. Sebab dana Bos, jumlah yang didapat satu sekolah tergantung jumlah muridnya.

"SLB juga butuh mobil angkutan muris,karena mereka sekolahnya terlalu jauh dari jalur angkutan umum, sementara murid-muridnya juga anak yang kurang dapat dikontrol, sehingga untuk menjamin keselamatannya sampai di sekolah dan sampai ke rumah kembali dengan baik, seharusnya diantar jemput," kata Haristo.

Haristo mengaku selama ini juga ikut mengantar anak-anak sampai ke rumahnya, jika orang tuanya terlambat datang menjemput. "Karena anak-anak ini tidak sama dengan murid yang normal, dapat menunggu dengan sabar," ujarnya.  (*)

Pewarta: Adi Sagaria

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012