Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Kawasan konservasi serta Pusat Rehabilitasi Orangutan Wanariset Semboja, Kutai Kartanegara, Kaltim kini terancam akibat "dikepung" oleh sejumlah perusahaan tambang batu bara.
Manajer Program Borneo Orangutan Survival (BOS) Wilayah Kalimantan, Aschita Boestani Tajudin di Semboja, Selasa menyatakan bahwa dalam lima tahun terakhir kawasan konservasi untuk "sekolah" (meliarkan kembali) orangutan Kaltim (Pongo pygmaues Mario) kian terancam akibat hadirnya perusahaan yang mengantongi izin KP (kuasa penambangan) batu bara.
"Di sekitar kawasan Samboja Lestari sudah mulai banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit kini ditambah lagi hadirnya perusahaan tambang batu bara. Jadi, kondisi itu menyebabkan kawasan ini kian terjepit," katanya.
Ia khawatir bahwa kondisi itu bukan saja berdampak luas terhadap lingkungan juga bisa menimbulkan masalah hukum terkait konflik lahan dengan pihak perusahaan sawit dan batu bara itu.
"Saya khawatir jika kondisi ini terus berlarut-larut maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi konflik lahan. Keberadaan perusahaan tambang yang menyebabkan terjadinya lubang bekas tambang itu juga menyebabkan terjadinya banjir serta kondisi ini juga secara psikologis berdampak bagi upaya rehabilitasi serta meliarkan kembali orangutan," katanya.
Ancaman lain yang dikhawatirkan pihaknya, yakni adanya upaya pengaburan fungsi konservasi dan rehabilitas bukan hanya bagi primata cerdas itu tetapi juga Beruang Madu di areal itu melalui pemberian penghargaan kawasan itu sebagai tempat wisata.
"Pada HUT Provinsi Kaltim ke-55, Gubernur memberikan penghargaan pengelolaan objek wisata terbaik nomor satu sehingga saya khawatir dengan penghargaan ini justru akan mengaburkan fungsi kawasan ini sebagai tempat konservasi," ujarnya.
Wanariset Semboja bukan hanya untuk merehabilitasi orangutan namun juga beberapa satwa langka yang lain, misalnya beruang madu (Helarctos malayanus) yang kini jadi maskot Kota Balikpapan.
"Masalah lain, kawasan ini tidak disinergikan dengan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) baik Provinsi Kaltim maupun Kabupaten Kutai Kartanegara padahal keberadaan kami di sini justru membantu pemerintah," ujarnya.
Di Pusat Rehabilitasi Orangutan Wanariset Semboja itu kini tercatat 234 orangutan yang berada di areal seluas 1.900 hektar padahal idealnya hanya menampung 210 orangutan.
Jumlah populasi orangutan di Wanariset Semboja yang ini melebihi kapasitas menandakan bahwa kawasan hutan yang menjadi habitatnya terus menyusut sehingga satwa langka ini banyak beredar dipelihara masyarakat.
Pusat Rehabilitasi Orangutan adalah tempat untuk menampung, merehabilitasi/meliarkan kembali dan kemudian orangutan itu akan dilepasliarkan di beberapa lokasi, termasuk Sungai Wein Balikpapan dan Bukit Meratus, hutan berbatasan antara Kaltim-Kalsel. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Manajer Program Borneo Orangutan Survival (BOS) Wilayah Kalimantan, Aschita Boestani Tajudin di Semboja, Selasa menyatakan bahwa dalam lima tahun terakhir kawasan konservasi untuk "sekolah" (meliarkan kembali) orangutan Kaltim (Pongo pygmaues Mario) kian terancam akibat hadirnya perusahaan yang mengantongi izin KP (kuasa penambangan) batu bara.
"Di sekitar kawasan Samboja Lestari sudah mulai banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit kini ditambah lagi hadirnya perusahaan tambang batu bara. Jadi, kondisi itu menyebabkan kawasan ini kian terjepit," katanya.
Ia khawatir bahwa kondisi itu bukan saja berdampak luas terhadap lingkungan juga bisa menimbulkan masalah hukum terkait konflik lahan dengan pihak perusahaan sawit dan batu bara itu.
"Saya khawatir jika kondisi ini terus berlarut-larut maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi konflik lahan. Keberadaan perusahaan tambang yang menyebabkan terjadinya lubang bekas tambang itu juga menyebabkan terjadinya banjir serta kondisi ini juga secara psikologis berdampak bagi upaya rehabilitasi serta meliarkan kembali orangutan," katanya.
Ancaman lain yang dikhawatirkan pihaknya, yakni adanya upaya pengaburan fungsi konservasi dan rehabilitas bukan hanya bagi primata cerdas itu tetapi juga Beruang Madu di areal itu melalui pemberian penghargaan kawasan itu sebagai tempat wisata.
"Pada HUT Provinsi Kaltim ke-55, Gubernur memberikan penghargaan pengelolaan objek wisata terbaik nomor satu sehingga saya khawatir dengan penghargaan ini justru akan mengaburkan fungsi kawasan ini sebagai tempat konservasi," ujarnya.
Wanariset Semboja bukan hanya untuk merehabilitasi orangutan namun juga beberapa satwa langka yang lain, misalnya beruang madu (Helarctos malayanus) yang kini jadi maskot Kota Balikpapan.
"Masalah lain, kawasan ini tidak disinergikan dengan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) baik Provinsi Kaltim maupun Kabupaten Kutai Kartanegara padahal keberadaan kami di sini justru membantu pemerintah," ujarnya.
Di Pusat Rehabilitasi Orangutan Wanariset Semboja itu kini tercatat 234 orangutan yang berada di areal seluas 1.900 hektar padahal idealnya hanya menampung 210 orangutan.
Jumlah populasi orangutan di Wanariset Semboja yang ini melebihi kapasitas menandakan bahwa kawasan hutan yang menjadi habitatnya terus menyusut sehingga satwa langka ini banyak beredar dipelihara masyarakat.
Pusat Rehabilitasi Orangutan adalah tempat untuk menampung, merehabilitasi/meliarkan kembali dan kemudian orangutan itu akan dilepasliarkan di beberapa lokasi, termasuk Sungai Wein Balikpapan dan Bukit Meratus, hutan berbatasan antara Kaltim-Kalsel. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012